Rain

2K 167 19
                                    

Saint memijat pelipisnya kuat-kuat. Meeting dengan klien dari Belanda kali ini sedikit lebih cepat dari bayangannya. Namun kondisi tubuhnya seakan tidak  bisa diajak kompromi lagi. Perlahan nafasnya mulai sesak,dia menyadari sepenuhnya wajahnya mungkin sudah sangat pucat sekarang.

Setelah proses penandatanganan dokumen berakhir saint tidak bisa menggantarkan klien nya ke lobby hotel seperti biasa. Hanya mean dan plan yang mengantarkan mereka.

Sepeninggal mean, saint meletakkan kepalanya di meja. Kedua matanya terpejam. Dia sudah tidak memikirkan lagi keberadaannya,yang utama kontrak kerja telah ditanda tangani,hatinya sudah tenang sekarang. Namun tidak dengan orang yang ada di sekitarnya.

Begitu meeting selesai blue segera masuk dan memeriksa keadaan saint. Antara kesal dan prihatin blue mulai berusaha membangunkan saint. Beruntung dia masih berjaga tadi pagi jika tidak,entah bagaimana keadaan saint.

"Saint.. Saint..ayo pindah ke kamar. Ayo..aku sudah bilang untuk istirahat saja tapi kau masih saja memaksa untuk datang" omel  blue seraya memapah saint menuju kamar yang sudah mereka booking sebelumnya,di samping ruang meeting.

Ceklek.

Dengan sedikit sempoyongan akhirnya blue bisa membaringkan saint di ranjang hotel. Setelah itu dia mulai memeriksa keadaan saint. Memasangkan selang oksigen karena dia melihat saint mulai kesulitan bernafas. Seorang perawat membantunya. Blue sengaja membawa seorang asisten,takut terjadi hal yang lebih parah.

"Phi.."

"Tenanglah..phi bersamamu...istirahatlah nong..."ucap blue seraya mengusap sayang kepala saint yang mulai memejamkan matanya. Obat penenang yang disuntikkan melalui cairan infus  blue mulai bekerja.

Brakk!

"Saint..!!"

"Mae..phao..bagaimana kalian bisa ada di sini?" tanya blue mengatasi keterkejutannya, melihat kedua orang tuanya kini berada satu ruangan dengannya. Padahal tidak ada satupun yang memberi tahu mereka dimana saint berada pagi ini.

"Ibumu memaksa mengikuti saint ke mari.." jawab Tae. Memahami pandangan penuh tanya blue.

"Saint..saint buka matamu nak..ini mae..saint.."ucap Tee berusaha membangunkan saint.

"Sstt..dia baru saja tertidur mae.."ucap blue lirih. Dia bisa melihat kekhawatiran di mata ibu angkatnya,saat melihat adik bungsunya itu terbaring lemah di atas ranjang.

Bagi blue,pemandangan semacam ini sudah hal yang biasa,tapi bagi Tee ini mungkin pertama kalinya. Karena saint tidak pernah sampai jatuh sakit di rumah.

"Apa yang terjadi pada saint blue?" tanya Tae pada putra angkatnya. Sementara Tee sudah menghampiri saint yang terbaring di atas ranjang. Kedua matanya telah basah oleh air mata. Dia menggenggam tangan saint erat. Berusaha membangunkan saint.

"Kita bicara di luar phao"

Tae mengikuti blue keluar meninggalkan kamar. Blue tidak mungkin membicarakan kondisi saint sebenarnya di hadapan ibu angkatnya.

"Katakan pada phao apa yang terjadi pada saint!"

"Saint mengalami kelainan pada paru-paru kanannya phao. Terdapat robekan selebar 0,3 cm di dekat bronkusnya."

"Bagaimana ini bisa terjadi? Selama ini.."

"Bawaan genetik. Awalnya ini tidak terlalu bermasalah,dan lebarnya tidak seperti sekarang,tapi mungkin karena terlalu lelah dan beban pikiran yang berat,entah itu apa,kelainan ini mulai mengganggu aktivitasnya phao. Lubang itu terbuka  ternyata, suplai oksigen berkurang dan akibatnya dia pingsan. Ini sudah yang kedua kalinya selama sebulan."papar blue tenang.

OUR GREY SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang