Senja Aldira Pangestu

17 1 0
                                    

.
.
.
.
Gadis yang saat ini sudah menginjak umur 17 tahun itu masih saja terlelap dalam tidurnya, ia tidak terganggu meskipun cahaya matahari sudah menembus jendela kamarnya.
...

"Pagi Ayah Aza, Bunda Kia." sapa Bintang.
Ya,  begitulah panggilan Bintang kepada kedua orang tua Senja.

"Ehh, Bintang. Pagi juga" balas Kia ramah.

"Kamu nyari Senja ya, Bin?" tanya Kia.

"Hehee.. Bunda tau ajaahh. " Bintang nyengir.

"Yah jelaslah tau, orang kamu tiap minggu kesini." Ayah Aza ikut berbicara.

"Ohh. Iyayah. Suka lupa Bintang, Yah." sahutnya dengan wajah sok polos.

"Ckk kamu ini... Senja masih dikamar, Bin. Dianya belum bangun. Tadi malem tuh anak begadang. Bunda minta tolong kamu bangunin dia ya. Bilang sama dia, sarapan dulu sebelum berangkat." kata Kia.

"Heuuhhh. Kebiasaan mahh. Ya sudah, aku ke atas dulu ya Ayah, Bunda." diangguki oleh keduanya, Bintang berlalu menaiki anak tangga menuju kamar Senja.
...

Sesampainya didepan Kamar Senja.

"Senjaaa... Bintang datang nihhh" teriaknya di depan pintu kamar. Namun, tidak ada sahutan.

"Eerghh. Dasar manusia kebo. Suara merdu gue jadi keluar gara-gara dia. " kesalnya.

"Njaaa. Banguuunn. " gedornya di depan pintu.
Namun tetap nihil. Seakan senja menulikan telinga nya.

"Eugh. Awas aja lu Nja, gue tendang kalo gue masuk."

...

Bintang membuka pintu kamar senja secara perlahan.
"Ehh. Ga dikunci. Kenapa ga dari tadi aja dibuka. Huhh, ngerepotin banget lu Nja." batinnya.

Ketika pintu sudah dibuka, nampaklah sesosok gadis remaja seusianya masih bergelut dengan mimpi dalam ranjang queensize nya.

Selimut yang menutup tubuh ramping Senja hanya sebatas pinggul. Menampilkan punggungnya yang putih bersih sebab pakaian yang ia pakai hanya pakaian tidur tipis, dan seulas celana dalam tanpa bra. Membuat siapapun yang melihatnya akan meneguk ludah.
...

Ketika Bintang sudah menutup pintu,  dan berbalik ingin meneriaki Senja,  akan tetapi suaranya tercekat...

"Sen.... " ucapannya terhenti ketika ia melihat senja yang sedang tidur dengan damai.

"So sexy" batinnya.
...

*Bintang pov'

Aku meneguk salivaku dengan kasar. Melihat pemandangan seperti ini di pagi hari membuat jiwa laki-lakiku bangkit.
Ohh, shit!! Celanaku mulai sesak.
Argghh.. Ayolahh, aku ini pria normal.
.
.
Kenapa dia sangat menggoda, padahal ia tidak melakukan apapun. Pertama kalinya aku seperti ini hanya karena melihat dia dengan pakaian seperti itu.
Astagaaa....

...

Perlahan-lahan aku mendekat ke tempat tidurnya. Aku berusaha menahan agar tidak lepas kendali. Tuhan, tolong kuatkan aku!!

Aku duduk di sampingnya, menggoyangkan tubuhnya agar terbangun.

"Woy, bangun lu kebo, udah pagi nihh." ucapku terus berusaha menahan gairahku pada tubuhnya. Aargghh, ini cobaan. Melihatnya sedekat ini semakin membuat adik kecilku tersiksa.

"Eummmm..." Senja menggeliat merenggangkan tubuhnya.
Kalian tahu?  Aku mendengarnya seperti dia sedang mendesah. Oh otakku benar-benar sedang bervirus.

...

"Nja, bangun. " aku menggoyangkan tubuhnya lagi.

"Iya Bin. Bentar dulu." ucapnya masih memejamkan mata sambil menguap.
Cup

Ohh astagaa. Aku mengecup bibirnya. Ugh, bodoh kau Bintang!!!

Senja langsung membuka matanya.
Kulihat wajahnya memerah, entah karena malu atau menahan amarah. Tanpa aba-aba, dia memukulkan bantal gulingnya ke arahku.

"Bintaaaaaaangggggg. Kau mengambil first kiss ku" teriaknya, mengamuk.

Apa?  First kiss ? Aaahhh kenapa rasanya bahagia sekali.

Dia terus-terusan memukulku dengan gulingnya. Hingga...

Hap...

Aku menangkap tangannya dan langsung menindihnya. Sekejap, aku menatap mata coklatnya, ahh Senjaku sangat manis ternyata. Kenapa aku baru saja sadar, lihatlah mata coklatnya yang indah, hidungnya yang mancung, apalagi bibir tipisnya yang sedari tadi menggodaku.

Tanpa aba-aba aku langsung melumatnya, awalnya senja terkejut dengan seranganku, dia ingin berontak. Namun, aku menahannya.

Ini memang ciuman pertamaku, aku sebenarnya tidak mengerti apapun tentang ciuman, aku hanya menggunakan instingku untuk melakukannya.

Senja memejamkan matanya, disaat aku melahap bibir tipisnya dengan lembut. Ku hentikan ciumanku agar senja dapat menghirup oksigen, nafasnya terengah-engah.

"Buka matamu, Nja. " ucapku masih dengan nafas memburu. Posisiku masih tidak berubah, bahkan wajahnya dan wajahku sangat dekat, hingga aku dapat merasakan hangat nafasnya.
Ia mulai membuka matanya. Kami kembali saling menatap.

Ku singkirkan rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Kamu cantik" ungkapku, kembali mengecup bibirnya.

Wajahnya bersemu merah, ku elus pipi nya yang merona. Dia masih diam membisu.

"Senja Aldira Pangestu, kamu adalah canduku."

*pov' end
...
.
.
.
.
.
.
Wkwk. Typo..
Moon maaf yaa..

Bintang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang