5

371 52 50
                                    

SEUNGRI POV

Jika mereka bilang aku bahagia dengan kehidupan rumah tanggaku, mereka tak sepenuhnya salah. Aku memang bahagia, terutama melihat betapa bahagianya ibuku. Meski sebagian hatiku hampa, aku berusaha untuk tak mempedulikan itu. Tapi rupanya cukup sulit kala apapun yang ada disekitarku mengingatkanku padanya. Jalan yang kulewati, makanan kesukaannya yang sudah menjadi favoritku juga. Barang yang kumiliki sebagian besar adalah dari Jiyong. Bahkan bisnisku sekalipun. Tidak mudah melepaskan diri dari bayang-bayangnya. Sebenarnya aku punya apa?? Adakah yang benar-benar murni dariku sendiri??

Namun lagi-lagi aku memilih egoku. Kutepis segala pikiran apapun tentangnya. Rasa bersalah, menyesal dan lain sebagainya ku kubur dalam-dalam. Semua sudah terlanjur. Aku tak bisa mundur, apa lagi kini aku sudah menikah. Aku berusaha hidup senormal mungkin dengan kehidupanku sekarang meski banyak mendapat cacian. Bukankah ini yang kuharapkan??

Iya. Harusnya.

Tapi hatiku ternyata jauh lebih tahu daripada aku sendiri. Setiap ke agensi atau kemanapun aku pergi, aku berharap bisa bertemu dengannya. Meski hanya dari jauhpun tak apa. Karena aku tahu aku sudah tak bisa menemuinya lagi. Dan itu adalah salahku sendiri. Aku tak bisa memungkiri hatiku yang tersiksa rindu.

Dulu aku berpikir aku pasti bisa mengatasi itu. Tapi ternyata betapa naifnya aku. Aku masih tak mampu melepasnya dari pikiran dan hatiku. Setiap waktu aku merindukannya. Meski istriku selalu bisa menghiburku, ditambah kehamilannya yang membuatku gembira, tapi itu tak cukup mampu mengalihkan hatiku. Aku baru sadar, yang aku miliki saat ini hanyalah kebahagiaan semu. Sedang aku telah melepas kebahagiaan abadiku.

Lalu apa yang bisa kulakukan sekarang? Semua sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur. Hanya menjalani pilihanku ini dengan sebaik-baiknya adalah cara untuk menebus penyesalanku. Mungkin memang aku tak pantas bersamanya, dia terlalu baik, tapi membayangkannya dengan orang lain membuat dadaku ngilu. Jika aku saja merasa begini hanya dengan membayangkan, apa kabar dia kemarin yang menyaksikanku??

Tuhannn!!!! Betapa kejamnya aku!!! 😭

Sudahlah. Aku harus bisa melupakannya. Harus.

'Ayolah Lee Seungri. Kamu pasti bisa. Lihat wajah bahagia ibumu dan istrimu. Lihatlah kedepan bagaimana calon penerusmu tertawa bahagia. Hanya itu yang perlu kau ingat terus diotakmu yang sempit itu!!!!' kata-kata itu yang selalu aku teriakan dalam hati dan kepalaku setiap kali aku mulai goyah.

Aku tahu ayah selama ini memperhatikanku dari jauh. Tapi beliau tak pernah mengatakan apapun padaku. Dan akupun tak tahu harus bilang apa seandainya dia bertanya padaku. Tapi entah mengapa, jauh didalam lubuk hatiku aku merasa ayah tahu semuanya. Beliau memang tak berkomentar atau bertanya apapun, tapi sorot matanya seperti bisa menembus diriku jauh kedalam bilik hatiku yang berusaha kukunci. Dan aku hanya bisa membalasnya dengan tersenyum "Gwenchana, aku baik-baik saja ayah tak perlu kawatir". 

Dan malam itu, aku melihat Jiyong dipesta. Sebenarnya aku tahu dia bakal datang, aku sudah mencari tahu terlebih dahulu. Dengan segala cara aku berusaha untuk bisa hadir juga dipesta tersebut hanya untuk bisa bertemu dengannya. Tapi yang kuterima adalah kekecewaan dan terluka ketika dia mengacuhkan keberadaanku. Dia sama sekali tak melihatku, bahkan aku bisa merasakan kalau dia tak menganggapku ada. Emosiku mulai tak stabil, akhirnya aku melampiaskan dengan mencium istriku dilantai dansa. Untung aku segera sadar kesalahanku, segera kuakhiri sesi ciumanku dan mengedarkan pandanganku mencarinya. Ketika kenihilan yang kudapat, hatiku benar-benar hancur, kecewa dan marah pada diriku sendiri. Menyesal dengan perbuatanku sendiri. Betapa bodohnya aku!!!!

'Pobo kau Seungri!!!! Bodoh!!! Apa yang telah kau lakukan hahhh???!!!! Mau sampai kamu akan terus menyakitinya hahh???!!! Pantas saja dia tak mau melihatmu lagi bodoh!!!' umpatku pada diriku sendiri.

Love Story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang