Jungkook merasa begitu pusing mendengar kicauan istrinya sehabis pulang dari Jepang. Bukannya menjadi semakin pendiam atau dewasa karena sudah ingin memiliki anak kedua, justru semakin kekanak-kanakan. Huh, dirinya merasa seperti memiliki tiga anak saat ini.
"Ahjussi, aku ingin diet. Aku gendut sekali sehabis pulang dari Jepang. Ini semua karena ahjussi." Rose menatap dirinya di kaca. Pipinya menembam, badannya sedikit melebar. Sedikit, lagi pula tidak terlalu kelihatan. Hanya Rose saja yang melebih-lebihkan.
"Jangan gila, tolong." Jungkook menghela napasnya. "Ingat di dalam sana butuh makan, Rose. Jangan melakukan hal yang gila. Lagi pula untuk apa menyiksa diri dengan cara diet? Aku heran dengan manusia jaman sekarang." Jungkook menggelengkan kepalanya. Sudah pusing karena pekerjaan, kini istrinya lagi yang membuat dirinya pusing. Jangan sampai anaknya juga.
"Tapi, ahjussi..." Rose menggantung kalimatnya dan kini ia berpindah untuk duduk di sebelah Jungkook. "Aku jadinya tidak cantik. Aku takut nanti teman-temanku akan mengejekku lagi seperti yang dulu-dulu."
Rose jadi mengingat pesta ulang tahun temannya beberapa tahun lalu. Orang-orang sungguh terkejut karena Rose menikah dengan laki-laki yang memiliki rentan umur yang sangat jauh darinya dan itu membuat sebagian orang mengejek bahkan mencaci. Saat pulang dari pesta, Rose langsung menangis deras di pelukan Jungkook sambil mencurahkan semuanya. Hal itu membuat Jungkook tidak enak hati sedikit, maka dari itu ia sangat melarang Rose untuk keluar masuk rumah.
Jungkook berusaha menarik lengkungan senyum. Kemudian ia mengacak puncak kepala Rose gemas. "Kan aku sudah bilang tidak usah berteman dengan mereka. Mereka itu jahat. Kau masih tidak mengerti juga?"
"Tapi... mereka teman-temanku."
"Aku tau itu." Jungkook melepas kacamatanya, kemudian menarik Rose ke pelukannya. "Tapi jika memang mereka temanmu, seharusnya mereka menghargai keputusanmu dan kisah cintamu. Tidak semuanya semulus yang mereka kira. Lagi pula, tidak hanya kau saja! Lisa juga begitu."
"Tapi... tapi nanti ahjussi tidak suka padaku karena aku jelek." Bibirnya ia majukan seperti muncung bebek.
"Siapa bilang? Selamanya aku akan selalu menyukai Roseanne Jeon," ujarnya tulus dan menghirup bau sampo di puncak kepala Rose. Memang sangat-sangat memabukkan. "Tenang saja, sayang. Ahjussi-mu ini tidak akan pernah meninggalkanmu dan tidak akan mengubah keputusannya. Jangan diet, ya? Kasihan anakku nanti."
"Bukan anak ahjussi saja. Anakku juga!" Rose melotot tidak terima.
"Iya, iya... terserah." Jungkook memutar bolamatanya pasrah. Matanya begitu berat, apa lagi mengingat ini sudah malam. "Ayo tidur," ajak Jungkook, menarik tangannnya.
Saat Rose ingin merebahkan tubuhnya di kasur yang super empuk itu, pintu akses keluar masuk itu terbuka begitu saja dan membuat wanita kelahiran Februari itu menoleh ke arahnya. Seorang perempuan dengan pakaian kerjanya menunjukkan raut wajah yang begitu panik.
"Ada-"
"Tuan, Nyonya, Chaeyoung panas tinggi."
Jungkook yang mendengarnya langsung melompat, berlari menuju ke kamar anaknya. Dia melihat gadis cantik itu terbaring lemah seraya bergumam yang tidak jelas. Jungkook tidak pernah mengurus anak yang sakit seperti ini. Lantas, ia menyuruh salah satu supirnya untuk mengantar mereka sekeluarga ke rumah sakit terdekat.
***
"Ahjussi... Bagaimana Chaeyoung?" tanya Rose yang terisak sedih di dada bidang Jungkook. sedangkan Jungkook tidak menggubris. Ia panik bukan main. Yang bisa ia lakukan hanyalah menelfon Jieun. Hanya ibunyalah yang tau bagaimana menangani ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Fanfiction[Sequel AHJUSSI] "Denyut jantungku akan selalu bekerja jika keluarga kecilku masih tetap bertahan." Kalimat itulah yang menjadi penguat bagi Rose ketika benteng pertahannya mulai menggoyah karena badai yang menerpa.[]