Setelah beberapa saat telvon yang aku letakan tepat disampigku kembali berbunyi dan bergetar, aku yang sedang membayang masa lalu disofa dinas berwarna merah masa masa sulit bersama mama pada saat itu hilang dan kabur semua kenangan.
Aku angkat hanpone, segera aku lihat siapa yang menghubungi tak ada nama pada hp yang aku punya, entah siapa aku tidak tahu.
"Selamat siang" kataku seraya penasaran ingin mendengar suara yang menelvonku.
"Siang gilang,,ini nomer baruku agar orang tuaku tidak tahu" balas salam dari suara wanita yang sepertinya aku tidak asing lagi.
Benar,, dia,, apalagi dengan informasi semacam itu.
Wanita yang pernah ada dalam perasaanku ingatanku kembali pada saat awal aku pulang dari sebuah perguruan tinggi yang aku jalani diluar negeri.
"Gilang, apa kamu sudah bilang terhadap mamamu? Dan kapan akan membawaku kesanah?"katanya lembut dengan penuh pengharapan.
"Aku sedang dalam keadaan dinas dian,, dan aku belum bilang apapun terhadap kita, ke siapapun."kataku dengan perasaan yang sangat amat menyesal.
"Lantas kapan?"katanya menagih,
"Sabar diana,, mamaku sedang sakit, dan dia meminta kepadaku kueh yang dulu pernah ku minta padanya disaat saat sulit itu, sabarlah sebentar!!"
"Aku sudah muak!!kita selalu menutupi apapun yang terjadi pada siapapun, bahkan orang tuaku selalu menanyakan keberadaanku gilang! Kau harus tau itu!"katanya marah marah kepadaku.
"Baik, kau tunggu aku akan kesanah setelah aku berangkat ketempat mamaku dulu malam ini!"kataku tak ada pilihan lain selain aku berangkat menemui keduanya, namun tetap mamaku yang harus selalu aku utamakan lebih dari siapapun.Dalam perjalanan aku selalu mencari toko yang ada kueh yang diinginkan mamaku, hampir setiap toko kueh besar tak ada yang membuat kueh itu, dengan alasan kueh itu sudah terlalu lama tidak ada. katanya, makanan itu sudah tidak zaman lagi saat ini, dan mereka selalu menawarkan kueh kueh lain padaku, entahlah menurut mereka kueh yang aku cari sudah tidak lebih nikmat dibanding kueh kueh yang sekarang.
Aku sudah sampai dikota, hari sudah larut malam, aku putuskan untuk tidur sejenak dalam mobil menunggu matahari terbit lalu memulai kembali perjalanan mencari kueh yang diinginkan mama. Aku tidak mau pulang kerumah sebelum aku berhasil menemukan kueh yang mama inginkan, aku harus berusaha mencari sampai dapat.
"Papa,,papa dimana? Jangan sembunyi terlalu jauh dariku pah"katanya sembari mencariku dibawah meja.
"Papa disinih sayang,, cari pelan-pelan sayang,, gunakan tongkatmu sayang,," kataku memberi arahan dan suara agar dapat mencariku dengan benar.
"Iyah pah,," katanya menurut kepadaku.
"Aduh papa ketahuan, kamu semakin cepat sayang mencari papa jika papa sembunyi" kataku untuk selalu menyemangati anakku yang cantik dengan kelebihan pendengaran, dan penciuman yang sangat tajam.
Dina rahayu, nama yang cantik untuk anakku yang tunanetra dengan bangga aku memilikinya, dan aku selalu menyayanginya.
"Papa,, kenapah papa akhir akhir ini jarang dirumah?" Katanya menanyakan.
"Iyah sayang,, boleh tidak jika papa mencari mama baru untukmu?" kataku dengan maksud meledeknya.
"Ihh papa,, memang papa tidak cinta lagi dengan ibu? Oyya pah, kapan kita akan ke makam ibu lagi?" Katanya menanyakan.
"Nanti yah sayang,, kita sekalian ke makam nene, papah sudah lama sekali tidak kemakam nene kan?" Kataku padanya.
"Oyya pahh,, yeyy ayo ayo kapan pah?" Katanya dengan semangat.Aku memang selalu kagum dengan anakku karena dia selalu semangat dan berusaha. Dia persis seperti neneknya, dia akan berusaha untuk mencapai tujuan tujuannya walaupun tanpa melihat dia tidak pernah mengeluh apapun, selalu dilakukan dengan wajah yang selalu ceria tanpa ada raut cemberut bahkan terhadap kondisi dan keadaannyapun tidak pernah meratapi atau bahkan menyesali.
Sampai tepat didepan makam dia terlihat murung wajahnya, wajah dimana baru pertama aku temui selama hidupnya, wajah yang menampakan wajah mama saat akan ku tinggal sekolah di luar negeri, wajah yang benar benar muram terlihat kelam.
"Kamu kenapah sayang?kenapah cemberut?" kataku bingung menanyakan.
Itu karena baru pertama kalinya wajahnya murung, sebelumnya setiap kemakam dia selalu ceria karena mangi wangian bunga kemboja, lantas mengapa dia kali ini cemberut dan memasang wajah seperti terluka hatinya? Entahlah,,
"Papah,, aku benci,, aku takut,, aku ingin sekali melihat wajah ibu dan nenek pah!!" Katanya sembari menitikan air mata.
"Sayang,, kamu tidak baik bicara seperti itu sayang,, ini dimakam tidak boleh bicara sembarangan" kataku untuk menenangkan.
"Papah, kenapa pah? Kenapah ibu dan nenek meninggalkanku sebelum aku besar pah?" Katanya lagi memarahiku dengan derai air mata yang sudah tidak dapat lagi terhitung titik jatuhnya.
"Sayang,, itu semua takdir sayang sayang,, tuhan yang mengatur semua kehendak" kataku berusaha menenangkan sembari mengusap rambut yang panjang nan cantik.
"Seandainya ada ibu dan nenek mungkin aku bisa menikmatinya pah, bermain, berlari kesanah kemari melihat ibu dan nenek! Aku benci pah aku benci!!!" katanya semakin kencang dan marah.
Sama sekali tidak tahu apa yang membuatnya begitu marah besar bahkan menyesali segala yang telah terjadi, seumur hidupku baru kali ini aku merasa benar benar heran dan kesal terhadapnya.
"Jika mereka tidak meninggalpun kamu tetap tidak akan bisa melihatnya dina!!! Kamu buta, kamu buta dina!!!" Kataku spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
rainbow cake
Short Storyanak yang cerdas dan punya kemauan untuk belajar yang begitu tinggi, yaitu aku. mengingat kepedihan disaat saat aku dan mama begitu keras untuk bertahan hidup dan mencoba bangkit dari semua keterpurukan hidup, mengingat kelamnya kehidupan mama pada...