↳ ❝ Langkah Awal, ❞

16 4 0
                                    

   Mei masih bergelut dengan kantuknya pagi itu.
Tapi daripada terlambat lebih baik dia lawan.

    Kini dia lebih cepat dari cheetah.
Dengan sigap berdiri dan meyakinkan dirinya bahwa hari baru ini akan baik-baik saja.

   Di depan gerbang rumahnya sudah ada piyan yang memakai seragam SMA rapi dan sedang nangkring di atas motor.

"Makin sini makin kusut aja tuh muka,"kata Piyan sambil menyerahkan helm.

  Sedangkan Mei,dia masih dengan wajah ngantuk dan badmoodnya.
Ia ambil helm dari tangan Piyan lalu dipakainya helm berwarna putih itu.

"Dahlah gosah dipikirin,napa si emang sama sekolah baru lingkungan baru.jangan jangan grogi ya?"sambung Piyan.

   Mei hanya menghela napas,lalu memukul kepala Piyan yang dilapisi helm.

"Sok tau lu,mana ada gue grogi."tanggap Mei yang nyatanya berbenturan dengan isi hatinya.

" Pagi pagi dah galak,sarapan apa lu?mercon?"

"Berisik Piyan,gosah banyak bacot lah."

  Tanpa banyak basa basi piyan menyalakan mesin motornya.
Lalu berangkat pergi kesekolah baru mereka.

  Kebiasaan Mei saat naik motor bareng Piyan adalah memasukan tangan ke jaket milik Piyan.
Dan yang paling Piyan benci adalah ketika Mei nyolong uang recehan dari saku jaketnya.
padahal itu untuk bayar parkir.

  15 menit berlalu tanpa percakapan.
Mei asik dengan lamunannya,sedangkan Piyan fokus mengendarai motor.
Lalu Piyan membuka obrolan.

"Pulang bareng jangan?"tanya piyan.

Sedangkan mei yang pikirannya sedang berjalan jalan entah kemana terlihat kebingungan.

"Kebiasaan melamun terus,pulang sekolah bareng jangan?"

"Serah sih gue ngikut ae dah,"balas mei.

"Yodah bareng lagi lah ya,"

"Heem."

"Btw,lu udah tau kalau si Arka juga sekolah disana?"

  Jujur,Mei sedang tidak mau mendengar nama arka akhir-akhir ini.terutama hari ini.

  Arka adalah kakak kelas Mei dan Piyan.
Dan yang paling ia benci adalah fakta bahwa Arka adalah mantan Mei.
Pada awalnya,Mereka berdua baik-baik saja.
Tapi,Mei tidak menyukai bagaimana Arka memperlakukan Piyan sebagai sosok yang mengganggu hubungan mereka.
Hingga sampailah mereka pada kata perpisahan yang terjadi 2 minggu lalu.

"Santuy,lagian gue udah bawa jaket punya dia."jawab mei sambil tersenyum paksa.

  Kemudian kembali hening tanpa obrolan.
Hingga sampailah mereka berdua di sekolah.

"Bandung dingin banget dah kalau pagi-pagi begini,"ujar piyan sambil membuka jaketnya.

"Idih lemah lo,kek gak biasa aja sama dinginnya bandung."sahut Mei

"Lo juga jangan ikutan dingin,serem."

"Lah serem kayak?"

"Es batu,"Piyan tertawa garing.

"Sejak kapan es batu nyeremin kek setan Piyan?!"ucap Mei tak kalah gemas.

"Ada,kalau segede gaban serem.tuh kapal titanic tenggelem gegara es batu."

"Itu gunung es Piyan ih!"

  Mei menggetok kepala Piyan untuk yang kedua kalinya pagi ini.
Tak jarang getokkan dikepala yang Mei buat mampu membuat kadar Keanehan,ketololan,dan keidiotan milik Piyan bertambah pesat.
Buktinya,Piyan malah cengar cengir tak berdosa setelah Mei getok kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

❝semesta❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang