Siwon menatap wajah pucat putra bungsunya yang terduduk di ranjang putih rumah sakit. Wajahnya terlihat kelelahan, tapi tawa renyahnya masih terdengar berderai-derai mendengarkan cerita lucu yang disampaikan oleh kakak sepupunya. Di sampingnya, seorang lelaki muda dengan lesung pipi yang kentara, sesekali menimpali cerita sang sepupu.
"Dan kau tahu apa yang dikatakan oleh Johnny kala itu? Dia bilang, 'wah, aku tidak tahu bahwa perempuan juga bisa punya bulu kaki yang panjang' padahal yang ia lihat adalah Ten yang berdandan perempuan untuk acara cross-dressing!" Yuta, sang saudara sepupu, dengan berapi-api menceritakan pengalamannya bersama teman-temannya ketika mengikuti acara festival kampus beberapa hari sebelumnya.
Jaehyun, pemuda dengan lesung pipi itu, tertawa sambil menimpali, "Ya, kau ingat wajahnya Ten saat mendengar Johnny berkata begitu? Ia tak mengira Johnny tidak akan mengenalinya!"
"Benar, tolol sekali saat itu Ten berlari dan memeluk Johnny, dan Johnny malah berteriak, 'maaf, tapi aku tak suka perempuan!', ahahah..." Yuta mengusap airmata yang keluar dari matanya saking kerasnya ia tertawa. "Jaemin-ah, andai saat itu kau ada di sana, kau pasti akan tertawa sampai terjatuh. Mark saja bilang dia hampir ngompol melihat Johnny dan Ten."
Anak lelaki yang dipanggil Jaemin itu tertawa lagi mendengar cerita Yuta. Kakak sepupunya itu memang sangat pandai bercerita, kadang ia membubuhi cerita itu dengan sedikit berlebihan, oh tapi siapa yang tak suka cerita yang dibumbui? Jaemin dan Jaehyun, kakak beradik itu, termasuk orang yang menikmati cerita-cerita konyol Yuta.
"Nanti pokoknya kau harus menunjukkan hal-hal seru padaku, Hyung!" pinta Jaemin pada Yuta dan Jaehyun yang merupakan mahasiswa di kampus tersebut. "Ayah," pandangannya berganti pada sang Ayah yang duduk di sofa tak jauh darinya. "kapan aku bisa pulang? Festival kampus mereka akan selesai minggu depan, Jeno dan yang lain mengajakku ke sana akhir minggu ini."
Siwon tersenyum kecut. Tak tahu harus menjawab apa. Ia menyenggol lengan istrinya, Irene, yang sedari tadi membaca majalah di sampingnya.
"Sayang, dokter belum membolehkanmu untuk pulang, mungkin besok atau lusa. Tapi kita lihat nanti ya." Irene, sang ibu, dengan tegas menjawabnya, membuat Jaemin mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Sementara ia kembali bersendau-gurau dengan Jaehyun dan Yuta, Siwon berbisik pelan kepada istrinya.
"Bukankah hari ini hasil tes darah Jaemin keluar?" tanyanya.
Irene mengangguk, belum sempat ia menjawabnya, seorang suster mengetuk pintu dan masuk ke ruang rawat Jaemin.
"Keluarga Choi Jaemin?" panggil suster tersebut. "Tuan Choi Siwon dan Nyonya Irene diminta untuk bertemu dengan Dokter Lee di ruangannya."
Siwon dan Irene saling tatap sebelum akhirnya berdiri dan keluar ruangan, tak menyadari tatapan Jaehyun yang mengikuti kepergian mereka.
Suster tersebut mengantar mereka ke sebuah koridor yang cukup asing bagi Siwon dan Irene. Perasaannya semakin tak enak ketika ia melewati sebuah penanda dengan tulisan "Pediatric Oncology Ward", ia bukan tenaga medis, ia hanyalah seorang pengusaha dengan latar belakang ekonom, namun begitu tak bisa dibohongi bahwa ini bukan pertanda yang baik. Dengan gugup Siwon mengetuk pintu ruangan dengan papan nama Dokter Lee Taeyong tersebut. Sebuah jawaban dari dalam mempersilakan mereka masuk.
Siwon melihat seorang dokter yang cukup muda duduk di meja kerjanya seraya memperhatikan sebuah kertas yang sepertinya adalah hasil kertas hasil diagnosis. Begitu melihat kehadiran Siwon dan Irene, ia berdiri sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan.
"Salam kenal, aku Lee Taeyong, kalian bisa memanggilku Dokter Lee, silakan duduk, aku akan menjelaskan pada kalian beberapa hal." Nadanya yang ramah tak membuat kegugupan Siwon berkurang. "Apakah betul kalian orang tua dari Choi Jaemin?"
"Ya, betul," jawab Irene. "Dokter Lee, kalau boleh tahu, kapan Jaemin bisa pulang? Ia sudah sehat, kan?" Siwon meraih tangan Irene dan menggenggamnya. Walau istrinya itu jarang menampakkan ekspresi, namun Siwon tahu benar dari nada suaranya, bahwa istrinya juga khawatir.
"Mengenai hal itu..." Dokter Lee menelan ludah. Ia mengangsurkan sebuah kertas yang tadi dipegangnya. Siwon tak mengerti dengan angka-angka dan grafik yang ada di kertas tersebut, apalagi dengan istilah-istilah medis. Dokter Lee menunjuk dengan balpoinnya sebuah kata yang dicetak tebal di bagian bawah. Diagnosis: APL.
"Dari hasil cek Jaemin, kami mendiagnosis ia menderita APL, acute promyelocytic leukemia."
"Maaf, anda bisa mengulanginya?" Siwon tak mendengarnya pertama kali. Jaemin, anak bungsunya, hanya menderita anemia kan? Sakit kepala yang ia keluhkan akhir-akhir ini, demam yang datang dan pergi, dan mimisan yang tiba-tiba muncul, itu semua tanda anemia kan? Anaknya hanya kekurangan darah kan? Irene juga anemia, ia sering mengeluh pusing.
Dokter Lee membasahi bibirnya dan kembali mengulum ludah. "Leukemia, Jaemin menderita leukimia tipe akut."
"Dokter Lee," sergah Irene dengan cepat. "Anda pasti salah. Anda pasti salah diagnosis, keluarga kami tidak ada yang memiliki penyakit itu, tak ada seorang pun di keluarga kami yang sakit kanker. Jaemin, Jaemin-ku, anakku tak mungkin sakit kanker. Saya yakin Anda pasti salah, bagaimana kalau pemeriksaannya diulang? Aku akan bilang ke Jaemin untuk bersadar sedikit, pasti ada yang salah dengan hasil pemeriksaan ini."
Siwon memandang Irene. Ia tahu istrinya, kenal dengan baik. Irene hanya berbicara dengan nada cepat seperti ini bila ia sedang panik dan terguncang. Siwon tak bisa berkata-kata, lidahnya terasa kelu. Ia tak mempercayai pendengarannya. Ia tak ingin percaya bahwa anaknya mengidap kanker darah.
"Jaemin, dia... masih lima belas tahun," gumam Siwon. Sebuah airmata menitik jatuh di pipinya. "Dia masih lima belas tahun, Dokter, baru dua bulan lalu dia masuk sekolah menengah."
Dokter Lee dengan pandangan mengasihani mengangguk. "Benar, Tuan, Nyonya, dia masih lima belas tahun, tapi kami yakin dengan diagnosis ini. Kami mengulangnya sebanyak dua kali, pemeriksaan ini."
Dengan terburu-buru Irene berdiri dari kursinya, wajahnya pucat dengan ekspresi tak terbaca. "Aku akan cari second opinion, aku akan pindahkan Jaemin ke rumah sakit lain, ia tak mungkin sakit kanker!" Dengan cepat ia berbalik dan keluar dari ruangan Dokter Lee. Siwon dengan segera mengejar sang istri tanpa sempat berpamitan pada Dokter Lee.
"Irene, berhenti!" Siwon berusaha mengejar Irene yang berjalan cepat. "Berhenti, dengarkan aku!" Ia menahan lengan sang istri dan membalik badannya. Siwon tak bisa menahan airmatanya sendiri tatkala ia melihat mata istrinya telah penuh dengan airmata yang membasahi pipinya.
"Jaemin tak apa-apa, Oppa, aku yakin itu!" kata Irene dengan terisak. "Ia tak mungkin punya leukimia, aku yang mengandungnya, aku yang melahirkannya, aku yang menjaganya dari ia bayi, bagaimana... bagaimana mungkin..."
Tak mampu berkata-kata, Siwon mendekap Irene yang membenamkan wajahnya di dada sang suami. Ia sendiri dalam kondisi terguncang, tapi mendengar isakan Irene yang menyayat hati, ia pun berusaha menguatkan dirinya. Siwon menggigit bibirnya keras-keras, airmatanya tak hentinya mengalir. Wajah Jaemin yang sedang tertawa terbayang di angannya.
"Aku berjanji apapun yang terjadi, Jaemin akan sembuh."
***
Author's note:
yaa, ini bukannya nerusin story yang udah jalan, malah bikin story baru, yah, gimana yaa diperbudak memang saya sama nana dan gerombolannya. kali ini ceritanya agak tragedi gitu tapi tenang aja ga akan sad ending kok (semoga ya)
pls vote and comment yaa, thanks!
YOU ARE READING
Silver Lining
FanfictionSiwon tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dokter. Jaemin, Jaemin-nya, Nana-nya, si bungsu yang ia kasihi, kini harus dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit yang menyakitkan. Tapi Siwon berjanji apapun yang terjadi, bahkan Tuhan pun tak akan b...