¶ have

170 43 9
                                    

Hari demi hari terlewati begitu cepat. Dan dalam kurun waktu lima hari yang telah berlalu, Dahyun sudah mengunjungi studio tari sebanyak tiga kali, termasuk hari ini. Namun, bukan Jisoo yang mengantarnya pergi ke sana, melainkan sang ayah yang kebetulan sedang memiliki waktu luang, sehingga ia mempergunakan waktunya yang ada sebisa mungkin untuk memenuhi keinginan putri bungsunya.

“Kau butuh Ayah temani?” tanya ayah Kim kepada putrinya ketika mobil yang ia kendarai sudah sampai di depan halaman studio tari.

“Hm... kurasa tidak,” sahut Dahyun. “Bolehkah aku meminta Ayah menjemputku nanti saat urusanku di sini sudah selesai?” tanyanya, yang segera diangguki sang ayah sambil tersenyum hangat.

“Telepon saja Ayah, maka Ayah akan segera kemari untuk menjemputmu,” ujar ayah Kim lembut.

Bertepatan dengan Dahyun dan ayahnya yang keluar dari mobil; pun dengan sang ayah yang mengambilkan kruknya dari jok belakang, Dahyun menangkap presensi Hanbin serta Hanbyul yang berjalan memasuki wilayah studio tari; dengan Hanbyul yang menggenggam tangan kanan Hanbin sembari menggumamkan lagu anak-anak dengan riang.

Refleks, Dahyun melambaikan tangan, bermaksud agar Hanbin mengetahui keberadaannya yang sedikit terhalangi oleh mobil ayah Kim. Dan, berhasil. Hanbin menggulirkan fokus pada Dahyun yang sedang tersenyum lebar ke arahnya, seolah-olah Hanbin merupakan teman dekatnya sendiri. Bukannya merasa canggung, Hanbin justru menghentikan langkah, melepas sejenak genggaman tangan Hanbyul demi membalas lambaian serta senyuman lebar sang gadis.

Hanbyul yang kebingungan dengan tingkah kakaknya pun bertanya, “Kak, ada apa?”

“Oh,” Hanbin menunduk menatap adiknya, “ada seorang teman menyapa Kakak,” jawabnya kemudian.

“Teman?” Lantas, Hanbyul mengikuti arah pandang Hanbin. Eksistensi Dahyun dan ayahnya langsung menyapanya. “Kakak perempuan itu teman Kakak?” tanyanya lagi.

“Eh... iya.” Hanbin meringis. “Ayo kita hampiri dia.”

Keduanya kini berjalan menghampiri Dahyun yang masih berdiri di tempatnya. Sama seperti Hanbin, Hanbyul tidak sedikit pun menunjukkan rasa canggungnya, malah ia dengan mudahnya menyuguhi cengiran lebar yang menampilkan deretan gigi depannya kepada Dahyun serta ayah Kim.

“Halo, Kakak!” Hanbyul-lah yang menyapa Dahyun lebih dulu.

“Halo, Hanbyul,” sahut Dahyun ringan, seiring dengan rona tipis menyebar di kedua pipinya. Ah... selalu saja begini.

“Oh? Kakak sudah tahu namaku?” Hanbyul memasang ekspresi terkejut, sementara ketiga orang dewasa di dekatnya lekas menertawai respons menggemaskan bocah cilik tersebut.

“Kakak memberitahukan namamu pada kak Dahyun. Tidak apa-apa, kan?” jawab Hanbin, mengalihkan pandangan Hanbyul dari Dahyun padanya.

“Ya, tentu,” sahut Hanbyul kemudian. “Bukankah kakak ini adalah teman Kak Hanbin?”

Giliran Hanbin yang merasa wajahnya memerah karena malu.

Tawa singkat ayah Kim menjadi pemecah suasana canggung yang mendadak tertarik melingkupi mereka; khususnya Dahyun dan Hanbin. “Jadi, siapa namamu, Anak Muda?”

Hanbin seolah diserang sengatan listrik kecil, membuatnya membungkuk hormat pada ayah Kim dan menyebutkan namanya, “Nama saya Kim Hanbin, Paman. Senang bertemu dengan Paman.”

“Kau adalah teman anakku?”

Hening sesaat.

“Y-ya,” sahut Hanbin ragu.

Namun, tak berselang lama, Dahyun memantapkan jawaban ragu Hanbin, “Ya, dia temanku, Ayah. Lebih tepatnya, teman baruku di sini.”

“Ah... begitu.” Ayah Kim mengangguk paham. “Kalau begitu, senang bertemu denganmu juga, Hanbin, tetapi sayang sekali pertemuan kita tidak bisa berlangsung lama. Aku harus pergi ke suatu tempat sekarang,” sesalnya.

J'ai Un Rêve | Hanbin ft. DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang