la reunión

38 7 0
                                    

Pertemuan adalah awal dari
Kisah kita dimulai

Fania berjalan menyusuri sekolah baru nya, sekolah yang dianggap elit oleh banyak orang. Sekolah favorit dan selalu menjadi incaran pertama untuk murid yang baru lulus jenjang menengah pertama. Banyak yang Fania lihat di sekolah ini. Benar kata orang-orang, sekolah ini sangat elit. Bagaimana tidak? Sekolah ini mempunyai lapangan luas dengan pohon-pohon yang mengitarinya setiap 2 meter, serta lapang basket yang disediakan tribun di sisi-sisi lapangan.

Selain itu, sekolah ini juga mempunyai taman yang membuat siapa saja akan betah berlama-lama di sana. Pantas saja banyak orang yang bilang bila berada di sekolah ini akan merasa nyaman, namun itu justru berbanding terbalik dengan Fania. Ia justru merasa ayahnya terlalu berlebihan dengan memasukkan ia ke sekolah ini. Bukan ia tidak suka, namun ia merasa tidak terlalu nyaman bersekolah di sekolah seperti ini.

“Hai!” seorang gadis menyapa saat ia tengah menyusuri koridor sekolah.

“Kamu anak baru ya?” Fania tersenyum seraya mengangguk. Entah apa yang harus ia ucapkan, ia terlalu takjub melihat sekolah barunya.

“Ayo aku anter ke ruang kepala sekolah, ehmm.. sebelumnya perkenalkan namaku Dara, kamu?” gadis bernama Dara itu mengulurkan tangannya. Fania membalas uluran tangan Dara sembari tersenyum hangat.

“Aku Refania, panggil aja Fania. Senang berkenalan dengan mu.” Lesung pipi Fania seketika timbul saat ia tersenyum.

“Fania? nama yang indah. Ayo ikuti aku! Akan kutunjukkan letak ruang kepala sekolah.” Dara berjalan menyusuri lorong-lorong kelas mulai dari blok ipa sampai ips. Fania mengikuti langkah kaki Dara, mengekor di belakangnya.
Dara berhenti ketika menemukan sebuah pintu yang bertuliskan Ruang Kepala Sekolah. Dara menoleh pada Fania.

“Oke ini ruang kepala sekolahnya, kamu bisa masuk sekarang. Kebetulan aku harus segera ke kelas, maaf aku tidak bisa menunggumu!”

Fania tersenyum sesaat, “tidak apa apa kok, sebelumnya terimakasih ya.”

“Sama sama.” Dara meninggalkan Fania di depan ruang kepala sekolah, pergi menuju kelasnya.

Toktotok..

Fania mengetuk pintu di hadapannya. Merapikan sedikit seragam yang ia pakai, lalu menghembuskan nafas untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerang.

“Masuk!”sahut seseorang di dalam sana.
Fania memutar kenop pintu, mendorong pintu hingga terbuka menampilkan seorang pria yang sudah memasuki usia lanjut. Tengah duduk di kursi kebanggaan untuk seorang kepala sekolah. Udara dingin mulai menusuk ke dalam sela sela pori-pori kulit Fania karena di ruangan terdapat pendingin ruangan.

“Permisi pak,” ucapan fania menyadarkan pria bernama Roger Putra dari kesibukan yang tengah ia lakukan.

“Ya ada apa?” Suara berat bergema memasuki gendang telinga Fania.

“Saya murid baru disini pak, saya Refania Anastasia Raule.“ Fania mulai memperkenalkan dirinya seraya sedikit menundukkan badan.

“Kamu ternyata anak barunya, cantik ya! Mirip seperti mendiang ibumu.” Fania tersenyum kala kepala sekolah tersebut memujinya, namun hatinya sedikit terenyuh ketika mengingat bayang-bayang sang Mama. Pikiran Fania bekerja keras untuk melupakan kejadian 1 tahun silam, karena rasa kehilangan itu masih ada sampai sekarang.

Fania tersadar saat sebuah tangan melambai-lambai di hadapannya. Ternyata Pak Roger berusaha menyadarakan keterdiaman Fania.

“Hei, kamu baik-baik saja?” Tanya Pak Roger, alisnya mengernyit saat melihat Fania diam saja .

AluraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang