satu

34 6 2
                                    

Matahari pagi menyinari sebagian bagunan apartemen di pusat kota. Cahaya matahari masuk lewat celah celah jendela di dalam sebuah kamar apartemen. Di dalam ruangan terdapat gumpalan selimut di atas kasur berukuran king size.

'Kriiiiiiing...............kriiiiiiiing'

"Eugh..... berisik"  Ujar suara di balik gumpalan selimut itu sambil mengeluarkan tangannya dari balik selimut.

Tangan putih itu terulur ke meja nakas di samping tempat tidur seraya meraba raba mencari suatu benda yang mengacaukan paginya itu. Tangan tersebut menggapai jam alaram di atas nakas dan membuangnya dengan kejam ke dinding seberang nakas sampai menghasilkan bunyi memekakkan telinga.

Tak lama kemudian ruangan itu sunyi kembali, tangan putih itu meluncur kebawah menandakan pemiliknya tidur lagi.

'Tringtringtringtringtringtring'

Sebuah tangan terulur kembali meraba meja nakas tapi kali ini sumber suara itu tidak di lempar seperti sebelumnya, sebuah tangan lagi menyibak selimut hingga memperlihatkan kepalanya. Dengan malas ia melihat siapa penelepon yang mengganggu tidur lelapnya ini.

"Menyebalkan" gerutunya pelan.

"H-ha...lo?" Ujarnya sambil menguap.

"Quuuueeeeen bangun!!!!" Triak seseorang di seberang telepon.

"Siapa?" Ujar Quen sambil menggaruk kepalannya yang tidak gatal.

"Bintang abang lu!!! Adik durhaka ama abang sendiri di lupain" jawab Bintang selaku abangnya Quen.

"Ah..... abang!!!" Quen menanggapi sambil membelalakan matanya.

"Jam berapa ini sekarang hm? Adek abang yang ngeselin" Ujar Bintang nahan emosi. Pasalnya adik kesayangannya ini tidak bisa bangun pagi bahasanya suka telat. Kerjaannya tidur mulu jadi sebagai abangnya berasa dapet tugas bangunin adeknya ini.

"Baru juga jam setengah tujuh bang, kenapa emang bang?" Jawab quen santai sambil mengucek matanya.

"Lu kebo mulu bangun napa!!! Hari ini kan lu jadi murid pindahan!!!" Ujar Bintang neken emosi walo udah mentok emosinya ampe ubun ubun.

"Oh iya bang lupa astaga, gimana ni bang apartemen ke sekolah cuman 5 menit itu pun jalan kaki, mana nyampe ni belum apa apa juga. Apa libur dulu gimana bang?" Jawab Quen kalem.

"Mana bisa, cuci muka gih trs pake seragam ga usah mandi juga ga papa semprot parfum yang banyak biar ga ketauan kalo lu belum mandi." Ujar Bintang memberikan solusi.

"Rambutnya ntar lepek bang keliatan banget kalo belum mandi, trs makan apa ni bang ga ada apa apa juga." Jawab Quen sambil meregangkan badannya.

"Abis pake seragam lu ngaca trs rambut lu kasi bedak dikit ntar ga keliatan lepek, kalo makan lu cek kulkas deh ada nasgor di dalem." Ujar Bintang.

"Ya bang baek banget lu mah. Dah lah dah jam tujuh kurang lima belas menit ni. Bye bang!" Ujar Quen sambil    berdiri.

"Ya udah, awas lu telat." Jawab Bintang mengakhiri telepon.

Quen berjalan menuju kamar mandi, sesuai perkataan abangnya ia hanya mencuci muka saja.

"Mata berbentuk persik basah yang bisa mengungkapkan kata kata hanya dalam pandangan, bibir pink penuh, hidung-_ argh kenapa hidung ini pesek aaaa.... tidak adil seharusnya mancung seperti abang bintang sempurna." Ratapan pagi Quen menggema di kamarmandi sambil memandangi wajahnya yang terbilang cantik minus hidung peseknya.

Quen berjalan keluar menggunakan seragam lengkap dan tas di bahunya ia melihat pantulan dirinya di cermin sambil menaburkan bedak di rambutnya hingga rata. Tak lupa ia menyemprotkan parfum yang banyak seperti ajaran abangnya.

Is this love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang