Sudah 1 tahun ini kai hanya hidup berdua dengan Yori, adik perempuannya yang terpaut 8 tahun lebih muda darinya. orang tua mereka memutuskan untuk bercerai karena sang ayah yang hobi mabuk dan tidak jarang ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di tongkrongan milik para penjudi. tidak ada pilihan lain selain ibunya memutuskan untuk berpisah dengan suami yang dulu merupakan sosok yang lembut dan penyayang namun berubah menjadi sosok yang kacau setelah krisis ekonomi keluarganya melanda.
Kai yang sedari SMA mulai hidup berdua dengan ibu dan adiknya, menjadi sosok pemimpin pengganti, sekaligus tulang punggung keluarga. setelah lulus SMA kai harus bekerja sembari kuliah demi bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, adiknya dan pengobatan ibunya yang mengidap stroke berat, menjadikan kai sebagai pria yang tangguh dan pekerja keras.Sikap ambisius dan pekerja keras dari diri kai, berhasil membawanya memutar roda kehidupannya yang semula krisis akan keuangan hingga saat ini berhasil menjadi pemilik perusahaan cukup besar di Jakarta.
Masa lalu keluarganya menjadi luka yang sangat dalam bagi dirinya. gambaran ayah dalam hidupnya pupus bahkan ia sempat membenci kata itu.
Terhitung sudah setahun semenjak kematian ibunya, kai hanya hidup berdua dengan adiknya, Yori.
Yori saat ini berumur 16 tahun, dan memang baru memasuki masa SMA. sosoknya yang dahulu kai kenal sebagai gadis cerewet, ceria dan terbuka, belakangan ini mendadak membuat kai cemas. sudah satu tahun ini adik kesayangannya itu berubah menjadi gadis pendiam dan senang mengurung diri di kamarnya. tidak ada lagi Yori ceria di hidupnya semenjak kepergian ibunya.
Awalnya Kai mengira Yori berubah hanya karena kepergian ibunya dan kai mengerti akan hal itu. wajar, itu semua pasti berat bagi Yori termasuk bagi Kai, menurutnya. sampai kesibukan Kai, membuatnya semakin jarang berbicara dengan adik semata wayangnya itu.
Setiap hari Kai lembur dan terpaksa pulang malam, adiknya sudah tidur dan Kai tidak tega untuk membangunkannya hanya untuk bertukar cerita, setiap pagi pun Kai bangun ketika matahari sudah terbit terang, dikala adiknya itu sudah berangkat ke sekolah. Selalu seperti itu setahun belakangan ini.
Weekend? Kai bahkan tidak tau bedanya dengan hari hari biasanya. Sabtu dan minggu kai selalu terisi dengan proposal proposal perusahaan yang harus segera di tanda tangani, karena perusahaannya yang memang sedang menjalani kerjasama dengan berbagai perusahan lain. Sesibuk itu kai di satu tahun belakangan ini
“Pak, anu..” bibi jungah tiba-tiba angkat bicara setelah meletakkan roti dan susu untuk Kai
“Ada apa bi? uang belanja ya?”
“eh, b-bukan pak”
“lalu?”
“Anu, saya gak enak ngomongnya. tapi kemarin nona Yori pulang agak malam...”
“Oh ya? kok dia gak izin saya apa apa ya? nanti coba saya tanyakan deh”
“anu pak..”
“ya?”
“Kemarin nona Yori pulang dengan keadaan menangis dan ada beberapa luka lebam di wajahnya, saya khawatir pak”
Seperti ada yang mendorong kai terjun ke jurang curam, apa yang barusan ia dengar? adiknya? adik semata wayangnya menangis? tidak bisa kai biarkan.
“Bi tolong taro kembali tas saya di ruang kerja ya, saya gak jadi berangkat”
“baik pak”
Apa yang terjadi dengan adiknya? mereka memang sudah jarang bertatap muka sehingga kai tidak pernah tau apa yang sedang adiknya lakukan. Adiknya juga lebih suka berada didalam kamarnya yang terkunci. Kai tidak pernah mau mengganggu adiknya itu. Tapi kali ini kai rasa sudah saatnya ia mencari tau, apa yang terjadi dengan adiknya itu.