Jimin terlihat berjalan mondar-mandir di depan kelas kakak tingkatnya, Min Yoongi.
Mahasiswa yang melewatinya menatap aneh Jimin. Jimin yang ditatap seperti itu tak ia pedulikan. Jimin merasa tidak berurusan dengan mereka. Ada seseorang yang lebih penting ketimbang hal itu.
Jimin duduk, lalu bangkit lagi. Terus begitu sampai berulang kali. Sesekali melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya untuk memastikan berapa lama lagi dia harus menunggu. Lalu kembali duduk seperti semula setelah diketahuinya jika waktu tidak banyak berubah.
Mencoba untuk bersabar sedikit lagi, Jimin memilih untuk memainkan ponselnya, berusaha melawan suntuk. Tapi itu tidak bertahan lama, ini sudah jam dua siang dan Yoongi tak kunjung terlihat.
Waktu berlajan dari detik ke detik menuju senja. Jimin tentunya masih saja setia menunggu Yoongi. Demi menghilangkan rasa kantuk dan bosan, dia akan melakukan peregangan, lari-lari kecil, sampai dengan konyolnya melakukan push up beberapa kali. Apa saja dia lakukan agar waktu berlalu dengan cepat dan Yoongi segera datang nenemuinya.
Keudian ssetelahnya Jimin akan merasa lelah, dan memutuskan untuk merebahkan diri di bangku panjang yang ia tempati.
"Yoongi, cepatlah. Jangan membuatku menunggu lebih lama lagi," lirihnya sebelum Jimin jatuh tertidur.
Jimin menghabiskan beberapa menit kedepan hanya dengan tertidur. Berharap Yoongi akan segera datang.
***
"Jimin.."
"Jimin? Park Jimin?"
Jimin mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan goncangan pelan di bahu. Lalu, tersentak saat mendapati seseorang berada tepat di depannya.
"Yoongi?!" serunya keras. Orang yang disahuti hanya meringis.
Ternyata bukan Yoongi, batinya.
"Oh, Namjoon-hyung? Maaf, kupikir Yoongi." Suaranya serak. Jimin menggerak-gerakkan tangannya yang terasa kebas. Punggug dan bahunya terasa pegal dan sakit sekali.
Ah ... berapa lama ia tertidur?
"Kenapa kau tidur di sini? Pulanglah," katanya.
Jimin meringis. "Aku menunggu seseorang, Hyung."
Namjoon mengangkat alisnya heran, "Seseorang? Apa itu Yoongi?"
Ya, siapa lagi yang setiap harinya menempel satu sama lain? Jelas Min Yoongi seorang.
"Iya, Hyung." Sebernarnya Jimin merasa malu. Dia tidak tahu akan tidur semudah itu. Dibangunkan oleh orang lain dalam keadaan berantakan jelas sangat memalukan bagi Jimin.
"Bukankah kelasnya sudah berakhir?"
"Ya, tapi kami sudah berjanji untuk bertemu. Dan dia memintaku untuk menunggunya di sini." Jelas Jimin. Dia masih saja terlihat kikuk. Padahal Namjoon bukan orang lain.
Setelah melakukan pembicaraan yang cukup panjang. Namjoon pamit pergi karena seseorang baru saja menghubunginya. Jimin lagi-lagi diam sendiri. Melihat Namjoon yang terburu-buru setelah panggilan itu berakhir, Jimin jadi teringat kembali pada Yoongi. Apa Yoongi akan seperti itu juga ketika tahu berapa lama Jimin menunggunya di sini? Apa dia akan memikirkan orang yang menunggunya di sini? Apa Yoongi juga akan terburu-buru pergi dari tempatnya saat ini dan datang menemui Jimin?
Ya, andaikan itu semua terjadi. Maka Jimin tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini. Seorang diri. Menunggu Yoongi, miliknya yang tak kunjung datang menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine Yoongi [pjmxmyg] ✓
Novela Juvenil"Jimin, aku rindu." Sesekali Jimin terdiam dan menghirup napas dalam-dalam, jawaban tadi sedikit membuat nyalinya kecut. Jimin datang dengan perasaan menggebu dan harus berhadapan dengan fakta sederhana, "Tak memanggilmu bukan berarti aku tak rindu...