one

157 17 5
                                    

Mingyu merapikan kerah kemejanya di hadapan kaca besar di dalam kamarnya. Pukul enam tiga puluh, dan sebentar lagi ia harus menghadapi takdirnya. Dalam hitungan minggu, status lajangnya akan berubah menjadi menikah. Ia akan menjadi suami dari sosok yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Mingyu tak mengerti apa yang dimau keluarganya. Sejak dulu bahkan kedua orang tuanya tak pernah mengekang dirinya. Ia dibebaskan memilih apapun yang ia ingin lakukan, dengan syarat ia bertanggung jawab dengan apa yang ia tekuni. Kini Mingyu sudah berhasil menjadi seorang CEO sebuah agensi entertainment yang ia rintis sejak duduk di bangku kuliah. Meminjam modal dari ayahnya, dan kini Mingyu adalah salah satu pengusaha sukses di bidangnya.

Tapi entah mengapa, kedua orang tuanya bersikeras untuk melaksanakan perjodohan konyol ini. Semata karena sosok yang akan menjadi pasangannya adalah anak dari sahabat ayahnya. Lalu, Mingyu harus dikorbankan dengan tragis seperti ini?

Terkadang memang memiliki anak membuat banyak orang tua melupakan hakikat manusia seutuhnya hanya karena mereka merasa 'memiliki' sang anak. Karena membesarkan dan merawat anak mereka anggap sebagai sebuah jasa yang suatu saat harus dibalas oleh anak mereka, mereka mengekang kebebasan sang anak dan membentuk anak mereka menjadi apa yang mereka inginkan. Tanpa peduli apa yang sebenarnya anak mereka mau.

Mingyu mungkin masih bisa dibilang beruntung. Karena selain masalah perjodohan ini, ia dibebaskan untuk menentukan masa depannya sendiri. Tapi ia yakin, masih banyak anak-anak yang lain yang harus menuruti ego orang tua mereka, dan tersiksa karena harus selalu menjadi sempurna dimata kedua orang tua mereka.

Hah... entahlah. Sepertinya memang begitulah manusia, ego yang setinggi langit, dan tak peduli perasaan orang lain.















Malam ini, Mingyu sudah duduk di restoran milik Seungcheol hyung. Kakak tingkatnya di universitas dulu, yang kini sukses membuka restoran mewah yang cabangnya tersebar di beberapa negara.

Mingyu duduk bersama kedua orang tuanya. Menanti keluarga Jeon yang akan menjadi teman makan malam mereka.

Mingyu tentu sudah mengerti makan malam macam apa yang akan terjadi. Tentu tak jauh-jauh dari masalah perjodohan dan tetek bengeknya. Mingyu pening.

Masa depannya yang cemerlang, tiba-tiba dihadang masalah jodoh seperti ini. Rasanya Mingyu ingin kabur saja membawa aset perusahaannya, yang tentunya tidak bisa, mengingat bahwa ayahnya memiliki saham yang lumayan besar di agensinya.

Mingyu hanya bisa pasrah saat ini. Mungkin mencoba bekerja sama dengan calon pasangannya untuk hidup sendiri-sendiri dan melupakan bahwa mereka telah menikah. Atau membuat aturan-aturan konyol seperti tidak berinteraksi sama sekali, dan hidup seperti orang asing. Astaga... ia terlalu banyak membaca novel romansa yang aneh.

Tak lama kemudian, datanglah keluarga Jeon. Mereka duduk di hadapan Mingyu dan keluarganya, dengan sang anak yang duduk persis di depan Mingyu. 

Sejenak Mingyu tertegun menatap wajah tanpa cela itu.

Kedua mata tajam yang dihiasi eye shadow gelap yang mempertegas garis matanya. Pipi yang putih bersih, dan bibir plum kemerahan. Mingyu tersedot pesona dari anak keluarga Jeon. Sungguh menawan.

Tak sadar Mingyu terus saja menatapi rupa dari Jeon Wonwoo, hingga akhirnya kedua pasang netra bertemu. Wonwoo dan Mingyu tenggelam dalam pesona satu sama lain. Entah berapa lama mereka saling tatap hingga ibu Mingyu mencubit pelan lengannya. Membuatnya mengaduh kesakitan.

Nyonya Jeon terkekeh melihat Mingyu yang menggerutu pelan karena dimarahi oleh ibunya. Ia tahu bahwa Mingyu setidaknya memiliki ketertarikan kepada anaknya. Juga, Wonwoo sepertinya tertarik kepada Mingyu. Walaupun baru secara fisik, setidaknya hal itu merupakan sedikit kemajuan.

Kedua keluarga itu memulai makan malam dengan pembahasan ringan. Seperti bagaimana kabar masing-masing, dan kondisi keluarga serta perusahaan mereka. Terkadang tuan Jeon dan tuan Kim akan bercanda, diselingi candaan lain oleh nyonya Kim yang sepertinya gemar berbicara juga. 

"Jadi, bagaimana kelanjutan perjodohan anak-anak kita, Jeon?" tuan Kim lalu mulai menuju pembahasan yang sebenarnya. 

"Seperti yang kemarin kita diskusikan lewat telepon, Kim. Kita akan melangsungkan pertunangan mereka dua minggu lagi. Aku sudah mempersiapkan semuanya, jadi kalian hanya perlu datang saja." Balas tuan Jeon.

Kedua kepala keluarga itu lantas kembali mendiskusikan hal lain setelah mendapat persetujuan dari nyonya Jeon dan nyonya Kim. Kedua anak mereka? Tentu saja hanya bisa diam dan menerima. Huft... derita seorang anak.




























"Apa tidak apa-apa jika kamu mengantarku pulang?" Wonwoo kini duduk di dalam mobil milik Mingyu.

Mingyu memang menaiki kendaraan terpisah dari orang tuanya. Jadi sesuai yang disarankan oleh tuan Kim, kini Mingyu akan mengantar Wonwoo pulang. Mungkin ayahnya ingin Mingyu dan Wonwoo untuk mengakrabkan diri.

"Tidak apa-apa. Tenang saja, aku akan mengantarmu sampai ke rumah dengan selamat."

Wonwoo mendengus geli. Memangnya Mingyu akan melakukan apa hingga Wonwoo harus merasa terancam?

"Tentu saja, tuan Kim." ledek Wonwoo.

"Hey! Itu nama ayahku. Panggil aku Mingyu saja."

Wonwoo terkekeh melihat ekspresi Mingyu yang tengah cemberut itu. Lelaki macam apa yang ber-aegyo seperti itu? Bahkan Wonwoo yang jelas-jelas pihak bawah saja tak pernah melakukan hal yang aneh seperti itu.

"Hentikan tingkah sok imutmu, Gyu. Itu menjijikkan."

"Gyu?"

Wonwoo menatap Mingyu yang kini tersenyum lebar hingga gigi taringnya nampak. Uh, ia terlihat tampan.

"Wae? Tidak bolehkah aku memanggilmu seperti itu? Apakah kekasihmu saja yang boleh memanggilmu dengan panggilan itu?" Wonwoo mencecar Mingyu yang lantas tertawa.

"Whoa... whoa... whoa... kamu nampak seperti orang yang sedang cemburu, Jeon Wonwoo. Tentu saja kamu boleh memanggilku sesukamu. Bahkan jika suatu saat kamu menjadi pasanganku, kamu boleh meng-eksklusifkan panggilan itu untuk dirimu sendiri."

Godaan Mingyu sepertinya berpengaruh pada Wonwoo. Karena pipi putihnya kini nampak merona, menggemaskan. Mingyu yang sedikit-sedikit melirik, tersenyum lebar melihatnya.

Sementara Wonwoo hanya diam tak menjawab. Membuat Mingyu makin gemas karena tak lama kemudian Wonwoo menampakkan wajah merajuknya. Kesal digoda Mingyu.



Hey, sepertinya menikah dengan lelaki manis di sampingnya ini tak akan terasa begitu buruk. Benar bukan?

Cerita Klasik Perjodohan| Meanie CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang