two

116 13 0
                                    

Akhir pekan, biasanya Wonwoo akan bergelung selimut hingga siang menjelang. Tetapi karena sosok seorang lelaki bermarga Kim, Wonwoo harus meninggalkan kehangatan dan ketentraman yang diberikan oleh ranjang dan selimutnya.

Yah, Kim Mingyu menjemputnya pukul sembilan pagi untuk sarapan bersama. Uh, atau mungkin brunch, mengingat waktu yang sudah terlalu siang untuk sarapan.

Kini Wonwoo yang sudah rapi dengan sweater berwarna biru mudanya, duduk di samping Mingyu yang masih asyik bercengkrama dengan ibunya. Entah sejak kapan Mingyu dan nyonya Jeon akrab seperti itu. Wonwoo tak terlalu peduli. Perutnya lapar.

"Ayo, Gyu. Aku sudah sangat lapar." Wonwoo memotong pembicaraan Mingyu dengan ibunya. Membuat sang ibu terkekeh karena gemas dengan tingkah laku putra semata wayangnya.

"Neee, baiklah Tuan Muda Jeon. Ayo kita berangkat. Ibu, aku pamit dan meminta izin untuk menculik putra manismu ini, ya? Aku akan memulangkannya dengan selamat dan utuh tanpa kurang suatu apapun."

Sekali lagi Mingyu memang suka menggoda Wonwoo. Lihatlah wajah putih manisnya, kini sudah merona akibat perkataan Mingyu. Menggemaskan sekali.

"Tentu saja, nak. Bawa saja Wonwoo kemanapun. Dia sangat sulit untuk keluar rumah jika sedang libur seperti ini."

Wonwoo merengut mendengar ucapan ibunya. Menghentakkan kakinya kesal ketika berjalan keluar rumah. Diiringi gelengan kepala dan kekehan gemas dari Mingyu.











Keduanya kini ada di sebuah cafe. Duduk berhadapan sembari menyantap makanan mereka. Sesekali membicarakan hal-hal random untuk mengakrabkan diri.

"Kamu tahu? Sepertinya teman-teman kita saling mengenal. Baru kemarin aku berkata kepada Jihoon Hyung kalau aku akan bertunangan denganmu, dan Jihoon Hyung berkata bahwa ia mengenalmu."

"Hey, Jihoon itu sahabatku sejak sekolah menengah! Kamu ada hubungan apa dengan Jihoon?"

Mingyu tertawa menatap wajah penuh selidik Wonwoo. Hatinya sedikit berdesir menyadari bahwa Wonwoo nampak manis dengan raut wajah penasarannya itu.

"Jihoon hyung adalah pegawai di tempatku bekerja. Ia asistenku." jawab Mingyu. Sesekali menyuapkan makanannya ke mulut Wonwoo. Seolah hal itu sudah menjadi kebiasaan. Nampak natural. Seperti sepasang kekasih kebanyakan.

"Oh? Benarkah? Pantas dia bilang kalau bosnya itu aneh dan terkadang menyebalkan. Ternyata memang benar." Wonwoo gantian meledek Mingyu.

"Jihoon hyung bilang begitu?"

"Tidak. Aku yang bilang begitu."

Mingyu terkekeh dengan jawaban aneh Wonwoo. Sosok di hadapannya ini begitu menggemaskan. Entah sudah berapa kali ia memakai diksi menggemaskan, yang pasti Wonwoo memang benar-benar menggemaskan.

"Aku ingin ice cream..."

Setelah beberapa saat diam, Wonwoo tiba-tiba bergumam dengan wajah memelasnya. Menatap Mingyu yang masih melahap makanannya.

Saat itu seorang anak kecil melintas membawa satu buah ice cream cone berwarna biru dengan hiasan unicorn di atasnya. Wonwoo menatap sang bocah kecil hingga si anak keluar dari pintu cafe.

Mingyu terkekeh melihat tingkah Wonwoo. Ia dan sikap manjanya yang kini dengan nyamannya ia nampakkan di hadapan Mingyu, membuat hatinya tak sadar menghangat.

"Kamu mau ice cream yang sama dengan milik si bocah tadi?" Mingyu mengusak helai rambut Wonwoo.

Wajah si manis nampak berbinar. Ia mengangguk cepat seperti anak anjing yang kesenangan. "Ne!" serunya dengan aksen bayi yang dibuat-buat.

Mingyu makin tersenyum lebar melihat tingkah Wonwoo. Aish, lelaki ini sungguh bisa membuat Mingyu terpana akan pesonanya.

"Baiklah, aku akan memesannya." Mingyu lalu beranjak menuju meja kasir untuk memesan ice cream yang diinginkan Wonwoo. Diiringi tatapan memuja dari seorang Jeon Wonwoo. Ia sangat senang ketika ada lelaki yang menuruti tingkah manjanya.

Tumbuh dengan tekanan dari orang tua membuat Wonwoo tak bisa menikmati masa kecilnya dengan menyenangkan. Ia juga tak bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik di hadapan orang tuanya. Maka dari itu, Wonwoo lebih banyak bersikap manja kepada sahabat-sahabat dekatnya.

Kini hadir Mingyu, yang meskipun pertemuan mereka adalah hasil perjodohan orang tua mereka, tetapi Wonwoo bisa merasakan bahwa Mingyu adalah sosok yang tulus. Itu sebabnya Wonwoo tak merasa sungkan untuk bertingkah manja di hadapan Mingyu. Ia juga tak salah menebak bahwa Mingyu nampak nyaman-nyaman saja dengan sikapnya yang seperti anak kecil.


Dengan senyum merekah Wonwoo menerima ice cream pemberian Mingyu. Wajahnya berseri-seri saat merasakan sensasi dingin dari ice cream yang dijilatnya.

Semetara Mingyu hanya menatap Wonwoo dengan senyum tampannya. Menggemaskan sekali lelaki di hadapannya ini. Menjilati ice cream dengan antusias seperti seorang balita. Astaga...

"Gomawo, Gyu-ya..." dengan wajah cerah Wonwoo berucap. Senyumnya begitu lebar hingga matanya menyipit dan hidungnya mengkerut menggemaskan.

Mingyu tak bisa untuk tak mencubit pipi putih Wonwoo. Tersenyum menampakkan gigi taringnya. "Neee, sama-sama Wonuuu..."

Keduanya berbagi tawa. Sama-sama merasakan hati mereka menghangat. Sehangat sinar mentari di pagi hari yang  cerah. Perasaan mereka pun mulai tumbuh layaknya bunga-bunga di musim semi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita Klasik Perjodohan| Meanie CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang