"Taiga? A-apa yang kau lakukan di sini, Pak?" gugup Nico menyembunyikan luka di wajah dan sikunya.
Taiga tidak menjawab, matanya menatap tajam pada Nico yang sedang memalingkan wajahnya. Tadi ia sempat melihat Nico yang ke luar dari kamar Lily. Dirinya menyuruh couple yang baru jadian itu pergi berjalan-jalan tentunya dengan uang sakunya. Ah, menyebalkan.
"Biar kulihat." Taiga memutar tubuh Nico agar menghadapnya.
"Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa bisa memar seperti ini?""Ah, aku baru saja mendapatkan laporan tentan AR yang mulai beroperasi. Lagi, aku harus berhadapan dengan dirimu yang terluka seperti ini. Arghh … lengkap sudah penderitaan," keluh Taiga frustasi.
Nico terdiam. Diintograsi seperti ini membuatnya semakin gugup. Bagaimana jika Taiga tahu bahwa Agen Rahasia itu dirinya.
"Emmm … maaf kalau aku menyusahkanmu, Pak." Nico berniat pergi. Namun, suara bariton milik Taiga berhasil membuat lututnya lemas.
"Aku butuh sandaran dan kau malah ingin meninggalkanku."
"Hah?"
Taiga menarik tangan Nico, membawanya menuju balkon kamar. Menaruh obat merah dan es batu di atas meja. Taiga mendudukkan Nico kemudian menarik kursi dan duduk di depannya.
Tangan kekarnya tampak mulai sibuk memasukkan beberapa es batu ke dalam kain. Menekannya ke pipi Nico. Entah kenapa ia bisa sepanik ini. Padahal, ia hanya menganggap Nico seorang anak kecil yang selalu merepotkannya.
"Aduh, sa-sakit Pak," ringis Nico memegang tangan Taiga yang akan mengompresnya lagi.
Taiga sedikit kaget saat tangan Nico memegang pergelangan tangannya. Antara kaget dan gugup. Setiap berada di sekitar gadis ini pasti membuat Taiga bergetar.
Nico melepaskan cekalannya, kembali membiarkan Taiga mengompres wajah imut yang lebam ulah preman sialan itu.
"Sudah. Kau berhutang sesuatu padaku," ujar Taiga.
"Terima kasih, Pak." Nico menundukkan tubuhnya.
Taiga menggeleng. "Bukan itu yang kuinginkan. Jelaskan apa yang terjadi hingga kau terluka seperti ini?"
Nico bungkam. Pertanyaan Taiga tidak mungkin ia jawab dengan alasan jatuh dari sepeda. Oh, ayolah … Taiga tidak sebodoh itu.
"Emmm … a-aku tadi …." Nico semakin binggung. Hingga suara derit pintu membuatnya bisa bernapas lega.
"Lily, sepertinya aku harus pulang sekarang. Permisi," pamit Nico dengan alis bertaut agar Lily paham.
"Oh, baiklah. Hati-hati di jalan," sahut Lily yang paham arti kode dari Nico.
"Aku antar," tawar Taiga. Nico menggeleng cepat.
"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri," tolak Nico halus.
"Tapi …."
"Udahlah Ga. Saiba bisa pulang sendiri, kok. Iyakan Saiba?" kata Lily menyiratkan tanya di akhir kalimat.
Taiga tidak bisa berbuat apa-apa. Dibiarkannya Nico menjauh dan hilang dari pandangan. Helaan napas berat keluar dari bibir Taiga, ia segera melangkah pergi meninggalkan Lily menuju kamarnya.
"Sangat mencurigakan," gumam Taiga kemudian terlelap.
***
Seperti biasa, Nico bangun lebih pagi dari yang lain. Yah, itu memang kebiasannya setiap hari libur. Nico memakai baju dan celana khusus untuknya berolah raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agen Rahasia
AdventureApa jadinya jika dunia ini dipenuhi ketidak adilan? Tentu semuanya akan hancur, bukan? Aksi Taiga Hanaya sebagai seorang Polisi muda dan seorang pacar yang baik bagi Nico Saiba. Aksi pembunuhan, perampokan, penipuan, dan juga hal lain yang melang...