SATU

21 3 0
                                    

'Bugh'

'Brak'

'Bugh'

'Bugh'

Suara pukulan bergema di seluruh sudut ruangan gudang  itu. Badannya terasa remuk. Terlihat cowo' berkaca mata tebal duduk dengan memeluk kedua kakinya. Keringat dingin bercucuran di wajahnya. Ketakutan melihat kakak kelasnya yang kejam ini.

'Lihatlah gayanya,seperti preman' pikir cowo' itu. Baju kusut yang di keluarkan ,dasi yang di ikat di kepala.

"Cih... Seperti bukan pelajar" gumamnya pelan,tapi sayang itu terdengar oleh kakak kelasnya ini.

Rendi Martin.

Preman SMA Adytama. Cowo' beringas yang kejam,suka membulli siswa yang lemah,sepertinya. Bersama teman-temannya,Dimas dan Irfan. Mereka akan membulli siapa saja yang berani mengganggu mereka. Bentakan Rendi menyadarkannya dari lamunannya.

"Ngomong apa lo cupu?!"

"Saya cuman ngomong kakak bukan seperti pelajar" tantangnya dengan penekanan di setiap katanya.

"Oh berani lu yah,udah ngadu ke guru BK,sekarang ngelawan!!" bentakan dari Dimas juga membuat nyalinya ciut.

"Dasar,mentang-mentang pinter. Trus minta perlindungan guru. Cowo' bukan lo?!"

Yah benar kata Irfan,ia hanya berlindung di belakang guru. Ia terlalu pengecut untuk hal seperti ini.

'Bugh'

Pipinya terasa nyeri. Ia ingin menangis --berteriak.

"Napa lo!!Pengen nangis?!mau minta tolong?! Makanya gak usah sok kebagusan jadi orang. Ngadu ke guru-guru kalo gue ngerokok bareng mereka!".

"Udah Ren ngabisin tenaga aja lo,kalo dia ngadu lagi,tinggal gebukin lagi aja" tengah Irfan

"Kalo bisa dia gak usah liat matahari lagi"tambah Dimas, Rendi tampak berfikir,terlihat dari kerutan di dahinya.

"Hahahaha... Bener kalian,Heh lo cupu!! SAMPE LO NGADU LAGI LIAT AJA LO!!"

Ancaman Rendi membuatnya bergidik. Ia tahu bagaimana Rendi dan teman-temannya,mereka tidak main-main dengan ucapannya.

"Yok cabut"

Akhirnya. Rendi,Irfan,dan Dimas pergi. Ini yang di nantinya. Ia membuka kaca matanya,mengelap peluh di wajahnya. Ia keluar dari gedung tua itu. Melihat jamnya,jam 5 sore. Ia melewati koridor sekolah,sepi. Tak ada siapa pun,disana.

Menuju loker,dan membukanya.
Dan...

'Byurr'

Amis,itu yang ia cium pertama kali. Bajunya basah pasti ini ulah kakak kelasnya itu. Untung di dalam lokernya ada hoodie hitam miliknya. Ia pergi setelah mengunci lokernya,di persimpangan koridor ia melihat seorang gadis sedang menuruni tangga. Berbelok lalu menghilang di balik tembok. Yah ia tahu gadis itu.

Feyaza Madava

Seantero sekolah pun tahu dia. Gadis yang kerap di sapa dengan sebutan Fey itu suka terlambat sekolah dan sering membuat onar.Gadis cantik dengan rambut coklat,mata hitam yang tajam serta tinggi yang ideal. Gadis nakal yang sering keluar masuk BK. Itu yang ia tahu.

Ia tak terlalu memusingkan ketenaran gadis itu,yang ia pikirkan sekarang adalah mengganti bajunya. Pergi ke kamar mandi dan menggantinya.

Di kaca kamar mandi,ia melihat pantulan dirinya. Sangat berantakan lebam tercetak jelas di bagian wajahnya. Beruntung ia membawa salep,membuat luka lebam itu tak terlihat. Ia tersenyum kecut melihat penampilannya.

"Lemah..." berbalik dan masuk ke dalam salah satu bilik untuk mengganti baju.

Setelah mengganti baju,ia menelpon supirnya untuk menjemputnya. Berjalan gontai ke parkiran sekolah,di parkian sekolah Ia melihat Fey,sedang mengenakan helm dan menghidupkan mesin motornya. Ia mulai mengendarai motor sport hitam miliknya ke arah Rayen.

Yah,Rayen Adytama. Rayen mulai melamun.

Gadis cantik agak tomboy pikirnya. Gadis liar dan pembuat onar,pemberani serta pemberontak,membuat kesan berbeda dengan gadis itu. Gadis dingin yang irit kata,berwajah datar,dan tak pernah tersenyum. Jujur, Rayen penasaran dengan senyum gadis itu,gadis yang ia rasa kuat?

Benarkah?

Tanpa di sadarinya,motor Fey sudah  tepat di depannya. Tapi Rayen tetap di posisinya,dengan pandangan kosong mengarah ke Fey --berusaha melihat wajah yang tersembunyi di balik kaca helm yang hitam. Dan ia baru menyadarinya,Fey menggunakan jeans panjang berwarna hitam senada dengan jaketnya. Semuanya hitam? Sangat kelam.

Fey yang merasa risih terus di tatap oleh Rayen memutar bola matanya jengah. Apa yang di lakukan si cupu' ini disini?? Apa yang di inginkannya? Apa yang di pikirkannya??

Fey menghalau pertanyaan di otaknya,memencet tombol klakson lama.

'Tinnnnn'

Suara klekson motor Fey yang nyaring membuat Rayen terlonjak kaget. Ia bergeser dan memberi ruang untuk Fey. Fey melajukan kembali motornya.

Ia tak ingin mencari gara-gara dengan gadis berbahaya itu,mengetahui Rendi menyukai Fey. Ia tak mau dekat-dekat dengannya.

"Dek kenapa melamun ayo masuk,ini udah mau maghrib" suara pak Arif menyadarkannya,supir pribadi keluarganya.

"Oh iya pak"

Rayen masuk dan pak Arif melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota yang padat. Melihat pemandangan di luar jendela. Pikirannya melayang ke kejadian tadi dimana ia bertemu Fey. Ia sering bertemu dengannya mengingat mereka sekelas. Di saat jam pelajaran berlangsung, Fey selalu tidur.

Ada yang aneh dengan dirinya. Untuk apa ia memikirkan gadis es itu?. Rayen menggelengkan kepalanya menghalau pikiran itu. Pak Arif yang melihatnya bertanya
"Dek kenapa? Ada yang sakit"

"Oh gak papa pak,bapak fokus aja nyetirnya"

Pak Arif mengangguk. Rayen kembali menatap ke luar jendela. Langit sudah memerah. Ia ingin cepat ke rumah dan beristirahat. Ia lelah. Ia lelah menghadapi masalah yang menghantuinya.

√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√
Hallo gaes...
Voment nya di tunggu.ok..

See you...👋

My BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang