Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Tak heran koridor yang Jisoo lewati telah sepi. Ia memang sengaja memilih waktu yang sepi untuk keluar kelas. Di punggungnya menjinjing tas punggung warna ungu kesukaannya, sedangkan di tangan kanan membawa tas warna hitam yang sudah jelas milik pria. Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu masuk UKS. Perlahan ia membuka pintu UKS, pemandangan yang ia lihat masih sama sebelum ia meninggalkan UKS tadi. Pemuda itu masih terlelap dalam tidurnya dengan posisi tengkurap.
"Yong," panggil Jisoo lembut, saat sudah berada di samping brankar UKS yang Taeyong tempati.
Taeyong mengerang sebentar, sebelum membuka mata. "Udah jam pulang?" Suara Taeyong terdengar serak, kali ini Taeyong tidur sungguhan tak seperti tadi.
Jisoo mengangguk. "Ayo pulang."
Taeyong mengerjapkan mata agar kesadarannya pulih sepenuhnya. Setelahnya ia bangun dan berdiri di depan Jisoo.
"Ini tas kamu." Jisoo menyodorkan tas miliknya.
"Makasih."
Jisoo tersenyum manis.
"Hari ini kamu gak mengikuti kelas sama sekali, besok gak boleh bolos satu pelajaran pun atau aku marah." Terdengar mengancam, tapi raut wajahnya masih hangat, seperti biasa.Taeyong hanya mengangguk.
"Aku pulang dulu ya, jangan lama-lama di sini."
Taeyong lagi-lagi hanya mengangguk. Setelahnya Jisoo keluar meninggalkan ruang kesehatan menuju lapangan parkir sekolah.
"Jangan bosan, Ji," lirihnya sambil menatap punggung Jisoo yang mulai menjauh. Ia hanya berani berucap di belakang gadis itu. Ia tak memiliki keberanian untuk mengatakannya di depan Jisoo langsung. Ia hanya berharap, Jisoo tidak bosan menjadi temannya.
####
Sesampainya di tempat parkir, Jisoo celingukan mencari Bobby—sahabat sekaligus tetangganya. Mereka sudah biasa pulang pergi sekolah bersama. Biasanya Bobby akan selalu menunggunya di sini selama apa pun dia harus menunggu, tapi kenapa Jisoo tak melihat batang gigi itu orang? Motornya pun tak ada, masak iya, Bobby ninggalin Jisoo, sih. Awas aja kalo bener! Jisoo janji akan merontokkan gigi tonggos kebanggaan Bobby itu.
Jisoo berjengit saking kagetnya saat tiba-tiba ada yang meniup telinga kirinya. "Bangsat!" umpat Jisoo saat menoleh dan mendapati wajah menyebalkan Sehun di belakangnya.
Sehun tertawa puas melihat wajah kesal Jisoo. "Sepi tau gak, seharian ini gak ganggu lo di dalam kelas," ucap Sehun setelah berhenti tertawa.
Wajah Jisoo yang sudah cemberut menjadi semakin cemberut. "Katanya mau berubah!" sengit Jisoo.
"Kan belom dapetin Jennie."
"Ya, mana mau Jennie sama lo, kalo kelakuan lo kayak gini!" nada Jisoo mulai meninggi.
"Gua baik di depan Jennie, tapi sekarang kan gak ada Jennie," jawab Sehun enteng.
"Gua aduin lo nanti!" Jisoo memicingkan mata, menatap Sehun tajam.
"Gua gangguin lo seumur hidup. Mudah 'kan?" Dengan santai pemuda itu menjawab.
Jisoo menghentakkan kaki kesal, mood-nya benar-benar hancur hanya dengan mendengar tawa meledek Sehun. Dari dulu Sehun itu suka banget gangguin Jisoo. Sampek Jisoo bosen sendiri liat muka ngeselin Sehun. Jisoo harus sabar, sebentar lagi 'kan Sehun akan jadian sama Jennie, maka sebentar lagi hidup Jisoo akan tenang di sekolah tanpa gangguan Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? ✓ (Proses Revisi)
FanficJisoo ingin selamanya bersandar di bahu Sehun Jisoo ingin selamanya seperti itu tapi Jisoo memiliki janji yang tak bisa ia lupakan janji untuk selalu menggenggam tangan Taeyong membiarkan tangannya selalu digenggam Taeyong Jisoo tak bisa memilih ant...