prologue

380 43 5
                                    

"Pernikahan itu, menyatukan dua insan. Bukan tiga insan."

Keterlaluan, ini sudah di luar batas-- kebodohannya. Jisoo lafal mati dalil mengenai betapa dibencinya perceraian oleh yang maha kuasa, tapi wanita itu bukan stand 'wanita teguh siap poligami'.

Kelas 3 sekolah dasar, Jisoo mengenal Junmyeon Afif Rahman; anak konglomerat yang sudah jadi tunangannya. Mereka bahkan diperbolehkan duduk bersama di kelas, asal jangan seranjang bersama.

Di umur ke 10 tahun, Jisoo mendengar sayup-sayup memuja Junmyeon untuk pertama kali. Terhadap si pembawa bendera upacara hari sumpah pemuda, "Irene Sarlastika cantik ya, dia mau jadi istri keduaku?" kata bocah yang baru sebulan lalu sunat itu.

"Poligami diperbolehkan dalam agama kan'?, Irene mau tidak ya, Jisoo?", Itu adalah percakapan 'berat' mereka di masa putih-donker, dan Jisoo sah-sah saja, selagi di traktir batagor oleh tunangannya itu.

Sampai dimana masa abu-abu menghampiri, mereka tidak hanya terlibat dalam suatu relasi pasti namun dalam organisasi yang membuat Jisoo-- mencintai calon suaminya itu dengan setulus hati.

Tapi kesenjangan makin meraja, Junmyeon makin memelitkan kata demi kata untuk Jisoo, meski batagor tetap jalan. "Irene mau, dipoligami."

Sejak kala itu, perasaan Jisoo bukan pupus malah terpupuk. Imbasnya sungguh mengerikan, Jisoo harus menelan pil asin serasa ketiak Junmyeon, bahwasanya Irene juga ingin menghadiahkan surga untuk Junmyeon.

Salah Junmyeon tidak menanyakan kerelaan Jisoo untuk dimadu, apakah Jisoo pernah mengiyakan, atau-- Apa Junmyeon pernah memberikan pertanyaan selain pernyataan ingin berpoligami.

Jisoo patah hati, ingin menikahi leader exo saja, bukan si curut penggila istri dua.

-


sorry not sorryWhere stories live. Discover now