Janda Kembung

247 38 15
                                    

When I touch me, I'm wanting someone else
I don't even think about you

Reminisce it, wish I had it

'Cause it wasn't even that good
Wasn't even that good

Forget you, I can't forget you...

Lupa, Jisoo sudah cukup lupa mengenai Junmyeon. Mengenai Junmyeon yang selalu sabar ketika Jisoo mengumpat, tentang Junmyeon yang ketika tersenyum meluluh lantahkan dunia Jisoo, dan banyak lagi sesuatu mengenai Junmyeon yang tidak-bisa-Jisoo-lupakan.

Need you, but I need you
Forget you, I can't forget you

Tiba-tiba Jisoo merasa harus menuntaskan rasa melankolis ini, harusnya ia tidak ikut nonton bareng drama India, bawa perasaan  jadinya. Tempiasnya bakal sangat parah, seperti saat ini dua dini hari di koridor sepi rumah sakit, mewek dan ingusan parah. Untung tidak ada pasien atau sesama dokter yang melihat ini, image-nya pasti tumbang.

Jisoo memang memiliki syndrome aneh, yang ia yakin banyak diderita populasi wanita di dunia ini, tidak bisa bangkit dari kenangan masa lalu dengan mudah. Wanita itu merenggangkan tubuhnya, tulang belakang terasa osteoporosis begitu juga dengan hatinya. 

"Kamu apa kabar?"

Jika bisa di majas hiperbolakan, jantung Jisoo bakal melompat kegirangan saat ini. Pandangan mata beku menembus retina cokelat itu, tersenyum, sembari satu tangan merujukan satu botol teh. 

Jisoo yakin ia tidak sedang berhalusinasi, sosok didepannya nyata, lebih nyata dari tampilan frozen 2 yang ia tonton minggu lalu bersama Hayi. Sosok itu sama dengan sosok yang berdiri tegap didepan Jisoo empat belas tahun lalu, payung putih digenggamnya, menutupi Jisoo remaja dari hujan yang menerpa. Tubuhnya dibiarkan basah, hujan menusuk-nusuknya dibalik seragam putih dongker.

"Calon dokter tidak boleh sakit, kalau kamu sakit Ibu bakal jewer saya, katanya tidak becus menjaga calon istri." Begitu ujaran Junmyeon Afif Rahman di hujan sore menjelang maghrib di depan gerbang sekolah menengah pertama.

****

27 Mei 2018

Tidak ada perasaan yang bisa mendefinisikan hari itu bagi Junmyeon, bagi pria itu; ini adalah salah satu hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun.

Hari itu, putusan pengadilan. Butuh waktu yang cukup lama hingga, penikahan berasaskan keinginan orangtua selama tujuh bulan itu berakhir secara hukum dan agama. Aryania Jisoo dan Junmyeon Afif Rahman resmi bercerai.

Tepat hari itu pula, Junmyeon lihat ada serpihan kaca menancap di mata wanita yang saat itu belum menjadi mantan istrinya, mereka sedang berjalan menuju ruang persidangan dalam sunyi. "Tidak usah mengkhawatirkanku, ini sudah menjadi keputusan bersama. Toh, air  mata ini karena raung kekecewaan bunda dan Ibu."

Tetapi Junmyeon bukanlah pria yang mudah diyakinkan oleh sebuah perkataan, dihentikannya jalan wanita itu. Lalu ia tatap lamat-lamat, beradu pandang tetapi Jisoo tetap saja menangis. Junmyeon melangkah mendekat, satu langkah lebarnya membawa ia sangat dekat dengan wanita yang tinggal menghitung jam lagi akan secara sah menjadi mantan istrinya.

Bibir pria itu mendarat di kening Jisoo, merengkuhnya erat perlahan sembari membungkuk. "Ini yang terakhir, istriku."

Dan memang benar itu menjadi yang terakhir kalinya bagi Jisoo, Junmyeon sudah tidak pernah menemukan Jisoo lagi. Ibunya seolah menutup pintu untuknya, dan untuk sekedar saling tatap bersama Jisoo, bisa dibayangkan betapa benci Ibunya terhadap sang anak tunggal.

Dua minggu setelah itu, Junmyeon datang di rumah wanita impiannya. Namun sepertinya lelaki itu terlambat, remuk hatinya melihat Irene Sarlastika dipersunting Harmino Rajawali. Dengan kasus yang sama, mereka dijodohkan. Tetapi endingnya berbeda dengan asmara kandas Jisoo-Junmyeon.

Merke berdua jatuh cinta, sementara Junmyeon jatuh sejatuh-jatuhnya.

***

Setelah melahap dua porsi salad sayur dan saus thousand island, Jisoo tidak bisa bangkit dari kasurnya. Sementara cuaca juga sangat mendukung untuk rebahan, hujan turun semenjak mentari terbit.

"Kurangi rebahan, untuk perubahan! gimana mau nikahan kalau masih aja rebahan!" Itu adalah seruan maha dahsyat menohok telinga dan hati Jisoo dari sang Bunda, Rania.

Tidak hanya itu cubitan serta gelitikan tidak henti-hentinya menghinggapi pergelangan kaki dan perut rata Jisoo, Bundanya begitu antusias mendengar cerita Jisoo yang sepotong mengenai pertemuannya bersama menantu kesayangan.

Tidak ada pilihan lain bagi teknisi kesehatan jelita itu untuk bangun dan meladeni sang Bunda. "Kenapa coba kamu lari saat Junjun tanyain kabar?!" gemas Rania.

Jisoo memutar bola mata, begini modelan ibu tidak pengertian. Jisoo sedang masa terpikat masa lalu, ia butuh pelukan bukan omelan.

"Aku juga punya kewajiban, bun. Ada operasi cito dadakan, ibu pra-eklamsi berat. Ya aku juga canggung buat pamit, secara udah lama nggak face to face sama doi!" Jelas Jisoo panjang lebar, ia lalu meneguk dengan ganas teh hijau yang Bundanya bawakan.

Tiba-tiba wanita setengah baya itu memeluk putrinya, lalu mengelus pundak anak gadisnya itu dengan sayang. "Kamu memang anak Ibu, nggak ketuker sama si anaknya eci! usahakan pepet terus, jangan kasih kendor!"

Jisoo menghela nafas gusar, sebelum tersenyum manis dan membalas pelukan Ibunya yang nyentrik abis. Ibunya memang perngertian, kadang-kadang.

Brak!

Sesi peluk-meluk itu jelas kacau, si setan atau biasa Jisoo panggil bang Jin dengan nama asli Jinarga Artaya menggebrak pintu sang adik dengan air muka serius. "Bunda, Jin yang tampan sekali ini hendak bertanya!"

Jisoo memanyunkan bibirnya, drama alay sudah dimulai. Si perjaka Indie ini memang suka mengacaukan suasana. Dengan tubuh jakung yang tangannya menempel di konseng pintu. "Dua tiga tutup botol.."

"Jadi tanya tidak tolol?" Sarkas Rania dengan wajah santai, kedua anaknya ini memang suka bikin rusuh. Air muka Jin masam, ia mendekati sang Ibu dan adik di ranjang dan merebahkan tubuh besarnya disana.

"Eh jangan tidur disini bang Jin! ketek lo bau asem!" Jin tidak bergeming, diangkatnya ketiak busuknya itu tinggi-tinggi.

Rania menggelngkan kepalanya, melihat dua manusia yang tidakpernah ia bayangkan melahirkan dan membesarkan mereka. tidak ada yang waras.

"Bun, mau hadiah apa dari Jin? udah mau setengah abad aja nih."

"cucu."

"Jangan becanda lah, bun. Jin belom nikah-"

"Nikah belum, kawin tiap hari, ye."

Jisoo terbahak, mau lihat si setan mengelak apa lagi kalau dia sudah tidak perjaka. Rupanya si setan tidak terima dan malah menggosokkan tangannya ke ketiaknya, lalu menaruh tangan malang itu di hidung adiknya.

"Kampret bau! Bunda lihat nih bocah asem, nikahin gih sama si Inem!" Adu Jisoo sementara Bundanya sibuk tik-tok di sudut kamar.

"Eh dek, mantan suami lo di teras sedari tadi!" Ujar Jin menghentikkan aksi joroknya itu.

"Tapi boong-"

"Beneran tolol, hampir setengah jam disana. Mau technical meeting rujuk katanya." Untuk saat itu, Jin malas untuk berbohong pada adiknya yang janda kembung.

.

.






sorry not sorryWhere stories live. Discover now