"Ketua, kami tidak apa-apa, sungguh""Benar ketua, kami sudah terbiasa tidur di bawah pohon"
"Bahkan langit sudah tidak heran lagi jika kami menjadikannya atap"
Jiang Cheng memicingkan matanya menatap lima orang dihadapannya. Dua orang menunduk takut dan dua lainnya memberinya tatapan memohon, sisanya hanya membuang wajahnya kesal.
"Wanyin"
Baru Jiang Cheng akan kembali berargumen dengan adik seperguruannya ketika Lan Xichen menginterupsi. Lelaki tersebut muncul di belakangnya.
"Yasudah, bubarlah kalian"Setelah melihat kelimanya pergi, Jiang Cheng membalikkan badan demi mendapati Lan Xichen menatapnya dengan ekspresi bersalah.
"Mereka tetap tidak ingin berbagi, sebagian dari kalian bisa beristirahat di tendaku"Jiang Cheng mendecih, "Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu Lan Xichen, berhenti bersikap sok baik" melangkah menjauh, tetapi ia tertahan oleh tangan yang mencekal pergelangan tangan kanannya.
"Wanyin, aku peduli padamu"
'Peduli padaku tetapi tidak cukup percaya padaku untuk berbagi kesusahan? Dasar hipokrit,' batin Jiang Cheng.
"Lepaskan tanganku, Tuan Muda Pertama Lan" Jiang Cheng mencengkeram lengan bawah Lan Xichen yang menahannya, dengan tangan lain. Tadinya ia sudah berusaha menarik tangannya namun tidak berhasil, dan dengan inilah Jiang Cheng memberi tahu lelaki di depannya untuk melepas genggamannya.
"Lepas dan enyah!" Jiang Cheng mendesis, semakin mencengkeram tangan Lan Xichen.
Raut wajah Lan Xichen berubah kesakitan, meskipun tidak terlalu jelas, Jiang Cheng masih bisa mengartikannya.
"Wanyin, apa aku membuat salah padamu?" Lan Xichen putus asa, ia tidak tahu mengapa Jiang Cheng tiba-tiba berubah sikap padanya. Awalnya bersikap formal, sekarang bersikap cenderung kasar.
"Katakan padaku Wanyin, apa salahku dan aku akan memperbaikinya"Jiang Cheng tidak mengatakan apapun, manik amethysnya masih menatap tajam ke arah Lan Xichen. Tangannya menggenggam lengan bawah Lan Xichen seolah ingin meremukkan tulangnya.
"Hentikan! Apa kau tidak bisa merasakan luka Tuan Muda Pertama Lan kembali terbuka!"
Jiang Cheng langsung menoleh ke arah sumber suara, Meng Yao tengah berjalan ke arah mereka. Jiang Cheng mengerutkan alisnya, tatapan tajamnya berganti ia tujukan pada Meng Yao.
"Lihat apa yang kau lakukan" Meng Yao berusaha melepas cengkeraman Jiang Cheng pada lengan Lan Xichen. Ia menatap sedih kepada area lengan yang kembali berdarah, hingga seragam yang sebelumnya putih bersih hampir rata berwarna merah di bagian lengan bawah.
Jiang Cheng terkesiap, menyadari apa yang ia lakukan. Ia tidak tahu jika lengan Lan Xichen sedang terluka. Sedetik kemudian ia ingat pada noda di bagian punggung seragamnya, kenapa Jiang Cheng begitu sembrono? Dan mengapa Lan Xichen hanya diam saja?
"A-Yao, tidak apa, ini hanya luka kecil" bela Lan Xichen.
"Anda sendiri tahu betul bahwa 'luka kecil' ini tidak mau mengering," Meng Yao melirik Jiang Cheng tajam "Sebaiknya anda berhenti menyia-nyiakan perhatian anda pada seseorang yang tidak pantas mendapatkannya"
Jiang Cheng yang tahu diri, ia hanya mendengus kemudian pergi menjauh dari keduanya.
"Wanyin, tunggu" Lan Xichen bahkan masih nekat untuk mengejar Jiang Cheng.
Jiang Cheng berhenti sebentar, tanpa menoleh ia berkata, "Kita bicara setelah kau merawat lukamu" lalu kembali berjalan menjauh.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anymore
FanfictionFandom: Mo Dao Zu Shi/The Grandmaster of Demonic Cultivation/The Founder of Diabolism Characters: Jiang Cheng/Jiang Wanyin Lan Huan/Lan Xichen Main Pair: XiCheng Genre: Fanfiction, Alternate Universe [AU], Action, Romance, Family, Omegaverse, Boys...