02. 🦊🐰

867 109 22
                                    

Its more than 3000

" Kamu tau apa yang berbahaya dari pipimu? "
Kata Yeonjun begitu Soobin baru saja keluar dari perpustakaan dengan beberapa buku yang ada ditangannya.

" Apa? "
Tanya Soobin tetap melanjutkan langkahnya yang diikuti oleh Yeonjun berjalan disampingnya.

" Lesung pipimu. Itu ilegal. Harusnya gak semua orang yang lihat itu "
Kata Yeonjun dengan suaranya yang sedikit berat. Kalau saja Soobin tidak langsung sigap kali ini Yeonjun lagi -lagi akan membisikkan rayuannya ke telinga Soobin.

" Yak Choi Yeonjun. Berhenti untuk merayuku "
Sambung Soobin yang langsung berhenti dan menatap tajam ke arah Yeonjun.

Langkah kaki mereka yang tadi seirima kini berhenti. Yeonjun menghadapkan tubuh mereka saling berhadapan, lalu tangannya mengambil alih buku-buku yang ada dibawa oleh Soobin tadi.

" Aku udah bilang kan, biar aku yang bawa. Aku gak tega kamu bawa buku seberat ini "
Katanya  lagi tanpa merasa kalau Soobin sedang menatapnya.

" Berhenti menyiksaku Choi Yeonjun! "

" Aku gak akan berhenti sebelum kau memilih "

" Aku benci kamu. Bukankah semua udah sia-sia? "

" Aku juga menyukaimu. Aku masih sama seperti dulu. Jadi berhentilah menolakku Choi Soobin "
Kata Yeonjun dan berlalu meninggalkankan Soobin dan membawa buku itu ditangannya.

" Jun. Bukankah semuanya udah terlambat? "
Batin Soobin.

🦊🐰

Soobin menyanderkan tubuhnya dikursi. Lalu menatap makanan yang ada diatas mejanya. Perutnya sebenarnya sudah merasa lapar tapi lagi-lagi pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya membuat perutnya mendadak merasa kenyang.

" Baiklah aku juga setuju kalau bercerai "

Kedua telapak tangannya menutup kedua telinga lalu memejamkan matanya. Percuma saja melakukan hal itu karena Soobin tetap saja mendengar pertengkaran yang hampir setiap hari di dengarnya.

Sebagian orang beruntung memiliki kedua orangtua yang hidup harmonis. Sebagian lagi merasakan apa yang kini dirasakan oleh Soobin.

Kedua orangtuanya mengaku tidak saling mencintai. Mereka hidup bersama untuk membesarkan anak tunggalnya. Tapi sejak Soobin duduk disekolah menengah atas, pertengkaran kedua orangtuanya hampir setiap hari terjadi. Jujur saja Soobin bahkan sudah merasa muak, tapi rasanya Soobin tidak tahu harus berbicara darimana.

Membesarkan? Bahkan Soobin merasa bahwa pekerja dirumah merekalah yang membesarkannya. Bagaimana tidak? Kedua orangtuanya selalu sibuk diluar negeri mengurus perusahannya masing-masing.

Soobin memilih masuk kedalam kamarnya. Lalu membuka buku tugasnya untuk menghilangkan pikiran yang mengganggunya.

Soobin mengernyitkan keningnya setelah melihat ada lembar buku yang sudah tertulis tangan.

" Hai Soobin. Maaf aku menulis dilembaran bukumu.
Kamu tau aku gak bisa menuliskan surat cinta. Jadi kamu mau baca tulisanku ? "

2016.
Kurasa kau belum lupa kalau aku pernah menabrakmu waktu aku berlari mengejar Beomgyu. Ah maaf kalau aku membawa namanya disini. Waktu itu kamu meringis kesakitan. Dan ternyata lututmu terluka dan kamu membiarkan aku meniupnya. Padahal aku gak tau waktu itu apa yang kulakukan.
Tapi ternyata setelah melihat wajahmu yang meringis itu, aku seakan terhipnotis. Padahal posisinya kita masih remaja.

20cm " Yeonbin "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang