2

4.5K 505 177
                                    

"hyung." telapak tangan mungil yang menyembul dari sweater rajut yang ia kenakan mengguncang pelan pundak pria yang lebih tua. "bangun, sudah pagi." katanya dengan suara setengah mengantuk.

mata sipit yang lebih tua mengerjap pelan. dia bukan tipe yang sulit dibangunkan, jadi hanya dengan sentuhan ringan dan kalimat lembut dari yang lebih muda dia sudah bangun. atensinya langsung tertuju pada pemuda manis dalam balutan sweater ungu yang duduk di samping tubuhnya, selimut tersingkap memamerkan paha berbalut kulit pucat namun penuh ruam kemerahan yang bahkan nyaris menyerupai lebam saking gelapnya.

jeno, pria itu kembali mengalihkan matanya, kini menatap wajah manis sang pujaan hati. zhong chenle--tidak, tapi lee chenle karena terhitung sejak kemarin pemuda manis itu sudah menjadi miliknya, pendamping hidup sekaligus calon ibu bagi anak mereka, bayi yang sudah dikandung oleh yang lebih muda.

jeno bangun, mengubah posisi menjadi duduk dan memberi instruksi pada chenle untuk mendekat. bagai kucing jinak, chenle menurut. merebahkan punggungnya di dada telanjang sang suami yang mana langsung disambut pelukan erat dan usakan hidung di puncak kepalanya.

"kau membangunkanku terlalu bagi, baby."

telapak tangan chenle bertumpu pada tangan jeno yang bertengger nyaman di perutnya, jarinya yang kecil menyusuri urat nadi jeno di sepanjang lengan berotot itu. "hyung bilang tidak dapat cuti."

menggeram. jeno menelusupkan hidungnya di leher yang kondisinya sama saja dengan paha yang ia lihat sebelumnya, bahkan jauh lebih mengerikan karena ada dua bekas gigitan di sana.

"aku benci direktur tempatku bekerja."

chenle terkekeh. "dia kakakmu."

"yang lebih menyebalkan dia pasti akan langsung menceceraku dengan pertanyaan tidak penting."

"seperti?"

"kenapa aku menikahimu."

menengok kebelakang, chenle menangkup wajah sang suami. "dia seperti itu karena peduli. pernikahan kita terlalu mendadak dan kau memaksaku untuk tidak membuka mulut sampai sekarang, wajar jika orang-orang bertanya-tanya."

mata jeno terpejam. dia menikmati usapan di wajahnya sebelum kembali membuka mata dan mencuri satu ciuman singkat di pipi yang lebih muda.

"kau benar, kita tidak bisa selamanya sembunyi." tersenyum tipis jeno menarik tangan chenle dari wajahnya dan beralih menggenggam juga memberi remasan lembut di sana. "aku akan mandi. mau bergabung?"

"apa aku punya pilihan untuk menolak?"

jeno terkekeh, menggigit ringan puncak hidung yang lebih muda kemudian menjawab, "tentu saja tidak."

(/)

"begitu mendadak, tidak membicarakan lebih dulu pada keluarga, dilangsungkan tertutup, dan bahkan ayah juga ibu tak tahu alasan kau menikahi chenle. apa sampai akhir kau mau menyembunyikannya lee jeno?"

menghela napas, dugaannya tidak pernah meleset. kakaknya langsung menyerbunya dengan pertanyaan yang paling dia hindari namun tetap harus dia hadapi kini. karena cepat atau lambat dia tetap harus mengatakan kebenarannya.

"kau tahu bukan hubunganku dan jaemin sejak dulu sangat tidak sehat. ketika kami ada masalah dia selalu berlari kepada jisung dan aku ke club malam?"

menghela napas, mark membenarkan kalimat jeno. dia juga ada di saat-saat itu namun adiknya terlalu keras kepala dan tidak mau mendengar sarannya malah lebih memilih mabuk-mabukan hingga kesadarannya habis. itu cara yang biasa jeno lakukan ketika ada masalah. benar-benar tidak membantu, selalu jisung yang membantu jaemin dan menenangkan pria itu dan berakhir jaeminlah yang datang lebih dulu pada jeno. sungguh pecundang sejati bukan lee jeno kita ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

strawberries & cigarettes | jenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang