Prolog

94 15 22
                                    

    Sebelum baca, tonton trailernya dulu ya^^. Like dan subscribenya jangan lupa👉👈

***
    
     Suara hiruk pikuk kota London di malam hari sangat kontras dengan cuaca di London pada malam itu. Suhu udara di sana mulai menurun, menandakan akan datangnya musim dingin. Musim dimana anak-anak keluar untuk bermain di hamparan lapangan putih. Kemudian membentuknya menjadi sebuah boneka salju. Musim dimana keluarga berkumpul di depan perapian untuk menghangatkan diri.

     Biasanya, pada musim ini anak rantauan akan pulang ke kampung halaman mereka. Namun, tidak dengan gadis kecil ini. Ia memutuskan untuk tetap di London sampai segala beban yang ia miliki terselesaikan.

     "Ra, kau tidak pulang?"

     "Sepertinya tidak, lihatlah aku harus menyelesaikan ini semua. Jika tidak aku akan dihantui olehnya di sana"

     "Kau sudah berusaha semaksimal mungkin, Ra. Setidaknya kau butuh istirahat. Lihatlah kantung matamu. Aku tak tega melihatmu seperti ini. Kau seperti bukan Aera yang kukenal"

     Aera tersenyum. Kegiatannya terhenti, kemudian mengalihkan pandangannya pada sahabatnya yang mulai menceramahinya seperti seorang ibu.

     "Aku mengerti Veey, sangat mengerti. Tapi, kau juga tahu jika aku tidak suka mengerjakan setengah-setengah" ucap Aera kembali mengerjakan tugasnya.

     "Aku mengerti, setidaknya perhatikan dirimu, Aera. Lihatlah" Veey meletakkan cermin di depan Aera. Ia terlampau kesal pada Aera, karena tidak pernah mau mendengar ucapannya.

     Aera melihat pantulan dirinya. Bagaikan orang sakit, tidak ada cahaya sedikitpun di wajahnya. Bibirnya pucat, pipinya tirus, terdapat kantung mata di sana, matanya mulai memerah, dan rambutnya berantakan.

     "Veey, mengerikan sekali. Apa ini aku?" tanyanya yang masih menatap pantulan dirinya.

     "Ya, dirimu yang tak pernah mau mendengarkan ucapanku"

     Aera tersenyum melihat pantulan Veey dari cermin. Dapat dilihat wajah kesal Veey padanya.

     "Maaf"

     Veey menghela napasnya berat. Cukup diakui, Aera sangat sulit untuk diberitahu. Ia keras kepala jika sudah berurusan dengan tugas-tugasnya. Ia hanya memikirkan semua yang dikerjakan harus selesai tepat waktu tanpa memikirkan kesehatannya sendiri. Veey sampai kewalahan merawat Aera.

     "Yasudah. Beberapa minggu kedepan, idol mu akan mengadakan konser di sini"

     "Apa?! Ya ampun aku lupa, bagaimana ini Veey? Aku pasti tidak akan mendapatkan tiketnya" ucap Aera menumpukan kepalanya di atas meja.

     "Kau tidak perlu cemas. Aku sudah mengambil start duluan jika kau tahu"

      "Veey, kau serius?"

      Veey mengangguk, dan diserang ciuman bertubi-tubi di pipinya oleh Aera. Aera sangat senang, beberapa minggu ke depan ia akan bertemu dengan idolanya. Idol yang selalu ia mimpikan. Mulai saat ini, ia akan merawat dirinya dengan baik demi bertemu sang idol.

***

London, hari pertama~

     Hari demi hari Aera lewati. Kondisi Aera semakin membaik. Dan tentunya tugas-tugas yang diembannya telah selesai. Ia semakin tidak sabar untuk bertemu idolanya. Dimana pun dan kapanpun, ia selalu mengutarakan perasaannya pada Veey tentang keinginannya untuk segera bertemu dengan sang idola. Sampai-sampai, Veey pusing sendiri mendengarnya. Ia sangat tahu Aera sangat menyukai sang idol. Dan perlu diketahui, gambar sang idol tersusun rapi di kamar Aera.

Aera, Please Choose!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang