DUA

11 1 0
                                    

Waktu menjelang pagi, mentari mulai menampakan dirinya di balik awan, burung berkicau merdu sambil menggapakkan sayapnya, seorang pria masih nyenyak dalam tidurnya sembari memeluk gulingnya. Bahkan Sinar mentari masuk di celah gorden kamarnya pun tidak membuatnya bangun dalam tidurnya. Mungkin saja dia masih bergulat dengan mimpi indahnya itu.

Shena memasuki kamarnya dan tersenyum lembut menatap pria di depannya ini. Dia benar-benar polos. Shena mulai duduk di tepi kasurnya dan mengusap surai coklat suaminya.

"Kookie, bangun," lirih Shena membangunkan Jungkook, Shena suka menyebut nama Jungkook dengan sebutan Kookie, baginya itu sangat lucu dan menggemaskan bagi seorang Jungkook. Jungkook kadang kesal jika dia harus dipanggil Kookie, dia sering bilang bahwa namanya Jungkook bukan Kookie dan itu membuat Shena tertawa.

Jungkook menggeleng dan menutup kepalanya dengan selimut. "Jungkook gak mau bangun, Shena. Jungkook masih ngantuk."

"Harus bangun, Kook. Anak pintar gak boleh tidur terus," ujar Shena sembari mengusap punggung Jungkook lembut. "Sarapan sudah siap, Kook. Ayo mandi dan kita sarapan bersama."

Jungkook membuka kelopak matanya, ia menggeliat sambil menguap lalu mengucek matanya perlahan. "Shena, buatkan Jungkook susu coklat."

"Baiklah, tapi Jungkook mandi dulu ya, aku sudah siapkan air hangat di bathube Jungkook. Jungkook siap-siap dan turun ke bawah, oke?" kata Shena sambil mencubit pipi gemas suaminya.

Jungkook mengangguk dan berjalan gontai ke kamar mandi, ia masih benar-benar mengantuk. Shena yang melihatnya tertawa geli, Shena pun mulai merapikan tempat tidur Jungkook, memilah pakaian Jungkook di lemari yang akan Jungkook kenakan, kebiasaan seorang istri melayani suaminya, setelah selesai Shena pun turun ke bawah untuk menunggu Jungkook sarapan bersama.

Derap langkah Jungkook terdengar di telinga Shena, ia yang tengah duduk manis di meja makan melirik suaminya sambil mengulas senyum, suaminya telah selesai mandi, terlihat rambutnya yang basah dengan pakaian yang dipilihkan oleh Shena tadi.

"Loh, kenapa rambutnya belum disisir, Kook?" tanya Shena menilik Jungkook yang tengah duduk di samping Shena.

"Malas, Shena. Jungkook sudah lapar," sahut Jungkook melipat tangannya di atas meja dengan bibir yang mengerucut.

Shena menggeleng pelan melihat tingkah suaminya ini, ia pun mulai mengambilkan makanan suaminya dan tak lupa pula dengan susu coklatnya permintaan suaminya di setiap pagi. Jungkook tersenyum lebar saat melihat makanan yang disajikan untuknya, makanan kesukaan Jungkook, nasi goreng dengan telur ceplok. Jungkook pun mulai memakannya dengan lahap, Shena terkekeh sambil mengusap bahu suaminya, terkadang ia sedih andai Jungkook tidak mengalami penyakit seperti ini mungkin saja Jungkook sudah kuliah atau bekerja membantu Ayahnya di perusaahaan. Namun, inilah kenyataannya, keluarga Jungkook pun tidak bisa mengubah takdir yang ada di diri Jungkook, mereka pun tetap menyayangi Jungkook dan  merawat Jungkook dengan baik tanpa mengeluh sedikit pun.

"Shena, kamu mau berangkat kerja, ya? Jungkook mau ikut! Jungkook bosan ditinggal di rumah sendirian," ungkap Jungkook disela makannya.

"Boleh kok. Nanti setelah makan, Jungkook ganti pakaian dan kita berangkat ke kantor sama-sama." Shena tersenyum lebar mendengar Jungkook yang mau ikut dengannya ke kantor, karena selama Shena bekerja Jungkook hanya tinggal sendiri di rumah, walaupun demikian Shena telah menyediakan segala persediaan Jungkook selama ia tinggal bekerja, Jungkook pun tidak nakal dan tidak ke mana-mana sampai Shena pulang karena Shena selalu memberi nasehat agar Jungkook tetap menjadi anak baik selama ia tinggalkan, Jungkook pun menjalankan perintah Shena dengan baik tanpa membantah sedikit pun.

****

Kini Jungkook dan Shena tengah berada di kantor tempat Shena bekerja-- perusahaan ayah Jungkook, setelah sampai Shena mengantar Jungkook ke ruangan ayahnya, ayahnya begitu bahagia melihat putranya datang, ia menyambut dengan penuh hangat dan berbincang sebentar hingga Shena pamit bekerja, Jungkook pun ikut menyusul karena ia tidak ingin jauh dari Shena, ayahnya pun memakluminya karena memang Jungkook harus tetap di samping Shena.

Di sinilah Jungkook, di ruangan Shena sambil duduk di samping Shena dengan mainan robot-robotnya, ia tampak anteng di sana, tidak menganggu Shena yang sibuk bergulat dengan pekerjannya.

Seisi kantor tersenyum melihat Jungkook saat berpapasan tiap kali lewat di meja Shena. Mereka semua tahu siapa Jungkook dan Shena, mereka juga tahu penyakit Jungkook. Mereka pun tampak gemas dan kagum menatap ketampanan dan tingkah Jungkook yang begitu polos dalam bermain dengan permainannya.

Tiba-tiba datang seorang pria di hadapan Shena, ia memberikan sebuah map untuk dikerjakan oleh Shena-- Park Jihwan pria yang memiliki paras tampan nan tinggi ditambah pula dengan gingsul di sebelah kirinya menambah kesan manisnya bagi yang menatapnya.

"Na, ini berkas yang harus kamu kerjakan, usai jam makan siang kita rapat," ujar Jihwan menampilkan gingsulnya. Shena mengambil map tersebut sambil mengangguk paham.

Jungkook yang melihat tingkah keduanya menatapnya kesal, ia mengepalkan tangannya tanda tak suka melihat kedekatan Jihwan dan Shena yang tebar-tebar senyuman. "Shena! Jungkook lapar!"

Jihwan dan Shena tersentak mengalihkan pandangannya ke Jungkook. Jungkook memicingkan matanya pada Jihwan membuat Shena mengerut dahi, sedangkan Jihwan justru tersenyum lebar pada Jungkook.

"Loh, perasaan kita baru dua jam yang lalu sarapan di rumah, tumben Jungkook minta makan lagi, hm?" tanya Shena bingung melihat gelagat Jungkook yang sedikit aneh baginya. Ia tahu betul jika ini bukan jam makan Jungkook, ia akan makan ketika jam sepuluh, sedangkan ini baru jam sembilan pagi.

"Pokoknya Jungkook mau makan!" pekik Jungkook sambil meremas robot-robotnya. "Kita makan di luar."

Shena menelan salivanya gusar melihat sikap Jungkook berteriak seperti itu, ini bukan Jungkook yang Shena kenal, Jungkook tidak pernah memekik selama ini, Shena memijat pelipinya pelan, Jihwan yang melihat Shena pun memegang bahu Shena perlahan.

"Sudahlah, temani Jungkook makan, nanti kamu lanjutkan pekerjaan kamu, Na." Jihwa berujar lembut menenangkan Shena yang tampak bingung melihat ulah Jungkook.

"Jangan pegang, Shena! Shena milik Jungkook!" Jungkook menepis tangan Jihwan yang tengah mengusap bahu Shena, Jihwan dan Shena terbelalak dan menatap bingung pada Jungkook. Apa yang salah menurut keduanya? Jihwan hanya menenangkan Shena bukan mengambil Shena dari Jungkook.

"Ah, mianhae. Aku pergi dulu, Na." Jihwan membungkuk dan pamit meninggalkan keduanya untuk ke ruangannya kembali. Shena hanya membalas dengan tersenyum kikuk sedangkan Jungkook menyunggingkan senyumannya tanda kemenangan.

"Ayo, kita keluar, kita beli makanan buat Kookie," ajak Shena menarik lengan Jungkook lembut. "Kookie mau makan apa?"

"Gak jadi, Jungkook gak jadi lapar, Shena. Shena lanjutin saja pekerjaan Shena. Jungkook tungguin," sahut Jungkook menggeleng membuat Shena menghela napas pendek dibuatnya, ntah apa yang terjadi dengan suaminya ini. Tingkahnya membuat Shena pusing. Shena pun mengangguk dan melanjutkan mengerjakan berkasnya agar cepat selesai.

.
.
.
.

To be continued~

Diary JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang