Saat ini Shena menyandarkan punggungnya di sofa, ia begitu lelah, tampak wajahnya yang lesu dan memijat pelipisnya pelan. Ia bukan lelah karena tugas kantornya melainkan sikap Jungkook yang berlebihan padanya. Bagaimana tidak? Saat mereka hendak rapat Jungkook bersikeras untuk ikut dengan Shena ke ruangan dengan alasan takut ditinggal sendiri di ruangan kerja Shena. Padahal Shena tahu jika Jungkook terbiasa sendiri saat di rumah, lalu kenapa saat di kantor Jungkook justru takut? okelah jika karena tidak nyaman, Jungkook bisa ke ruangan ayahnya, tetapi ia tetap kekeuh untuk ikut dengan Shena meeting. Shena pun harus meminta persetujuan dari ayah Jungkook dan ayah Jungkook pun mengiyakannya dengan satu syarat jangan sampai mengganggu dan Jungkook mampu mengiyakannya, ditambah lagi sikap Jungkook saat rapat, ia tidak ingin Jihwan duduk di samping Shena saat Jihwan hendak duduk di sebelah kanan Shena, Jihwa mengerti dengan Jungkook dan ia pun bergeser, Shena hanya menggeleng melas menatap suaminya yang terlihat berlebihan padanya. Satu lagi yang buat Shena tak habis pikir, Jungkook terus menggenggam tangan Shena saat mulai dan selesai rapat, seluruh yang ada di ruangan pun menatapnya penuh dengan kekehan melihat pengantin baru ini, ayah Jungkook hanya berdeham pelan melihat tingkah Jungkook yang blakblakkan, sedangkan Shena hanya tersenyum kikuk dan menahan malu diperlakukan Jungkook seperti itu.
"Shena lelah, ya?" tanya Jungkook memijat lengan Shena. "Jungkook minta maaf soal tadi."
Shena berbalik menatap sendu suaminya yang menunduk merasa bersalah, sepertinya Jungkook tahu jika ini ulahnya. Shena merasa iba pada suaminya. "Sudah, gak apa-apa, kok. Aku tidak marah kok. Jangan sedih lagi, ya." Shena menangkup wajah suaminya mengulas senyum, ia tidak ingin suaminya sedih hanya karena ini.
"Huwaaaa, Jungkook hanya tidak ingin Jihwan mengambil Shena dari Jungkook," isak Jungkook sambil memeluk erat Shena, Shena tertegun melihat sikap spontan suaminya yang terlalu polos dan jujur itu. "Hiks, Shena punya Jungkook, hiks."
Shena membalas pelukan Jungkook lembut sambil mengusap punggung suaminya menenangkan Jungkook, detak jantung Shena berdetak kencang. Ntah mengapa Shena tampak merasa bahagia melihat Jungkook seperti ... cemburu hanya karena Jihwan, padahal Jihwan adalah sahabat Shena kecil. Jadi, wajar saja jika mereka dekat.
"Kookie anak pintar, jangan nangis ya."
"Hiks hiks, Jungkook sayang sama Shena," ungkap Jungkook disela tangisnya. "Jangan tinggalin Jungkook."
Mata Shena berkaca-kaca mendengar penuturan suaminya, bagaimana bisa ia meninggalkan suaminya? sedangkan ia sangat mencintai Jungkook walaupun Jungkook difabel, tetapi namanya cinta? kita tidak akan tahu.
"Shena gak akan ninggalin Jungkook. Shena sayang sama Jungkook," balas Shena menyeka air mata Jungkook. "Jungkook jangan pernah berpikir seperti itu, ya?"
Jungkook mengangguk cepat dan mengacungkan jari kelikingnya pada Shena. "Shena janji?"
Shena tersenyum dan melingkarkan jari kelingkingnya pada Jungkook. "Janji."
Keduanya tersenyum dan saling berpelukan hangat. Rasanya rasa lelah Shena telah hilang dengan sikap Jungkook padanya hari ini. Tanpa terasa Jungkook terlelap dalam pelukan Shena akibat lelah menangis Shena pun membaringkan tubuh Jungkook di sofa dan perlahan. Ia mengusap surai suaminya dan pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian karena ia harus menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.
Makan malam pun telah tiba, kini mereka berdua tengah duduk bersama sambil makan malam, sesekali Jungkook berceloteh riang pada istrinya, Shena hanya terkekeh penuh gemas melihat sikap bawel suaminya.
"Jungkook makannya pelan-pelan dong," ujar Shena sambil menyeka bibir Jungkook yang belepotan.
"Hehe, gomawo, Shena." Jungkook terkekeh kecil sambil meunjukkan gigi kelincinya.
Kini Jungkook berada di atas balkon kamarnya, menatap gugusan bintang dan rembulan yang bersinar indah.
Tampak seorang gadis-- Shena memasuki kamarnya, ia mengernyit heran menatap suaminya yang masih berdiri di balkon, sedangkan ini sudah larut malam. Shena yang tengah membawakan susu untuk suaminya itupun langsung menemuinya.
"Kookie kok belum tidur?" tanya Shena mengusap bahu Jungkook. "Ini sudah jam sebelas, loh."
"Kookie belum ngantuk, Shena," sahut Jungkook menggeleng pelan. "Shena kalau mau tidur, tidur saja."
Shena yang mendengarnya mengerut dahi, ia sangat tahu sikap suaminya ini, Jungkook akan tidur ketika dibacakan dongeng olehnya, tetapi Jungkook justru menyuruhnya tidur.
"Jungkook kenapa? kok tumben gini?"
"Tidak apa-apa, Shena. Shena tidur saja. Jungkook masih betah di sini."
Shena menghele napas pendek dan pergi meninggalkan Jungkook, Jungkook berbalik sebentar menatap punggung istrinya sebentar dan kembali menatap ke langit.
Tiba-tiba, Jungkook tersentak ketika sebuah kain menutupi punggungnya, Jungkook berbalik dan tersenyum tipis, rupanya Shena bukan pergi ke kamarnya melainkan mengambilkan sweater untuknya.
"Pakailah, angin malam tidak baik untuk kesehatan."
Jungkook mengangguk dan memakai sweater-nya. "Gomawo, Shena. Baliklah ke kamar Shena. Shena gak boleh tidur larut malam, besok kan kerja."
"Ah, baiklah. Tapi nanti Jungkook harus tidur, ya. Jangan lama-lama di sini."
Jungkook hanya mengangguk paham sembari tersenyum lembut pada istrinya. Shena mengusap punggung suaminya dan pergi meninggalkannya karena ia pun sebenarnya telah mengantuk. Walaupun sebenarnya ia masih ingin bersama Jungkook dan menanyakan apa yang terjadi pada Jungkook. Namun, ia berpikir kembali mungkin saja Jungkook tidak ingin diganggu dan Shena memakluminya.
Namun, saat hendak keluar, atensi Shena beralih pada benda segi empat kecil di atas meja belajar Jungkook. "Buku diary? sejak kapan suaminya menulis diary?" Shena membatin dan pergi ke luar kamar Jungkook, tak lupa pula ia menutup pintu kamar Jungkook dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat karena besok ia harus bangun cepat karena jam sembilan pagi ia harus meeting bersama klient-nya yang berasal dari Australia.
.
.
.
.
.To be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Jungkook
FanfictionRanking #3 : Warning 18 Rangking #31 : Marriage-life Jeon Jungkook seorang pria berusia 21 tahun ini mengidap penyakit Tuna Grahita sedang. tingkah dan IQ-nya di bawah rata-rata. Bahkan di usia yang seharusnya yang sudah bekerja ini justru menghabis...