Part 7: Patner

96 14 1
                                    

☘☘☘


Esoknya aku dan Taehyung kembali ke atas, yang ternyata pintu menuju ruang bawah tanah adalah memasuki lift. Lift terbuka di ruangan kosong masih terlihat seperti ruang bawah tanah dengan dinding besi yang sama, hanya saja di depan kami ada tangga menuju ke lantai atas dan pintu biasa di ujung tangga. Begitu keluar lift Taehuyng mengendongku, Seokjin mengangkat kursi roda. Begitu Taehyung mengendongku aku menyandar nyaman di badannya. Seokjin yang berjalan di depan membuka pintu, dia membuka lipatan kursi roda dan Taehyung kembali mendudukanku di sana.

Seokjin menutup pintu dan menekan tombol di samping pintu, lalu sesuatu muncul dari atas, sebuah lemari dengan penuh buku. "Wow, kau menemukan pintu masuk ruang bawah tanah di balik lemari?"

"Benar sekali, klasik." Jawab Seokjin. Aku tidak berharap dia menjawabnya.

"Jadi, aku bebas pergi kemana pun?" Taehyung mendorong kursi rodaku dan Seokjin berjalan di depan.

"Ya, terserahmu. Asal aman-aman saja. Oh, kau mungkin akan kewalahan kalau naik turun tangga-"

"Ada Taehyung, dia akan menggendongku. Jangan khawatir." Aku menepuk tangan Taehyung untuk segera pergi, dia menurutiku. "Thanks, Seokjin."

Seokjin menggeleng, "Jangan lupa, aku akan mengecek setiap hari kondisimu."

"Ya, aku ingat. Tapi bantu kami naik ke lantai tiga ya. Kau bawakan kursinya." Aku tersenyum manis sekali, sedangkan Seokjin mengerutkan kening.

"Ya, tentu." Tapi dia tidak banyak tanya lagi.

Taehyung membawaku ke kamarnya. Aku di turunkan di sofa ruang tengah kamar Taehyung, sedangkan yang punya kamar duduk di sebelahku. Seokjin menyimpan kursi roda di dekat lemari.
"Terimakasih Seokjin,"

"Sama-sama." Ucapnya sebelum pergi.

Aku melirik Taehyung. "Mau aku pijatkan lenganmu? Pasti pegal-pegal setelah menggendongku kesana-kemari." Taehyung terkekeh, dia menyerahkan kedua lengannya dihadapanku. "Satu-satu dulu, aku hanya bisa memijat dengan satu tangan." Keluhku. Aku memijat lengan kiri Taehyung dengan sebelah tanganku, alih-alih memijat aku seperti meremas-remas lengannya yang agak alot. "Ini penuh dengan otot," aku menekan ibu jariku dengan keras di bagian lekukan sikunya. Taehyung hampir meloncat.

Sakit! Hei! Dia menepis tanganku.

"Ck, namanya juga pijat. Ya sakit. Sini, satu lagi." Taehyung tidak menolak ketika aku memijat lengan kanannya. Kali ini dia tenang-tenang saja walau aku menekan lekukan sikunya, "Aduh, sekarang malah pergelangan tangan kiriku yang pegal karena memijatmu." Aku mengerakan pergelangan tangan kiriku.

Taehyung tertawa, tapi ia menyentuh telapak tanganku dan memijatnya dengan kedua tangannya. 

Kau yakin mau tinggal di kamarku?

Aku melihat matanya dan bisikan lembut itu datang sehembus angin. "Ya, aku entahlah." Aku menarik tanganku dari Taehyung. Lalu aku melirik televisi, "Boleh aku menontin berita hari ini? Aku ingin tahu apa saja yang terjadi di luar sana." Taehyung menyalakan televisi tanpa banyak komentar, dia memberiku remote dan dia sendiri pergi menuju dapur, entah membuat apa.

Ratusan kota di negara Asia Tenggara telah dikonfirmasikan mengalami kelumpuhan total. Mentri pertahanan serta Mentri kemiliteran Amerika telah melakukan pertemuan dengan para Mentri negara lain yaitu negara China, Eropa, Australia, Taiwan, Jepang, dan Korea. Mereka mengkonfirmasi bahwa penyerangan perang yang dilakukan di Negara Asia Tenggara itu bukanlah dari pihak mereka.
Saat ini kemungkinan penyerangan dilakukan oleh negara lain- oh! Tunggu! Ada informasi penting masuk dari sebagian negara yang belum mengkonfirmasi.

I Love You, Whoever You Are. || Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang