Lelaki itu menoleh ke belakang sekali lagi, melihat salah satu bangunan megah dan juga termasuk yang termewah itu rusak di satu bagiannya. Kepulan asap hitam membumbung tinggi ke atas langit Lakara. Gemuruh paska ledakan masih terdengar. Suara sirine mulai bermunculan. Pun dengan jeritan banyak orang yang saling bersahutan. Juga orang-orang di sekitarnya berlarian. Yang berpakaian rapi dan elit terlihat menjauhi titik lokasi kejadian, para pekerja di gedung itu, pekerja Bijou yang... berhasil selamat dan menyelamatkan diri dari kobaran.
Sebaliknya, orang-orang yang sepertinya hanya dapat melihat kemewahan perusahan pengelola berlian dan logam mulia dari luar justru menghampiri, mengerubungi, bahkan memasuki gedung melalui bagian yang mengalami kerusakan paling berat.
Akses masuk gudang penyimpanan Bijou.
Lelaki itu masih melihat bagaimana kepulan asap hitam, untuk pertama kalinya setelah sekian ratus tahun, dengan gagah kembali menyebar ke langit yang konon merupakan aset terbesar yang dimiliki pulau ini. Ia menyeringai, apakah langit itu masih akan memberikan kekayaan pada pulau ini setelah apa yang terjadi barusan?
Ia menyeringai puas.
Kemudian lanjut berjalan dengan santai, kebalikan dari orang-orang di sekitarnya yang berlarian tak tentu arah. Raut ketakutan tak luput dari mereka, ia asik memperhatikan bagaimana reaksi orang-orang yang dijumpainya. Hingga seseorang menabraknya dan terjatuh. Tubuhnya kurus, beberapa bagian bajunya sobek, dan ada lubang di sepatunya.
"Hei, maaf." Ia mengulurkan tangan, namun tak disambut. Orang itu bangkit sendiri dan menatapnya sinis lalu berjalan dengan terburu-buru lagi seakan tidak ingin menjadi yang tertinggal.
Ia memanggil orang itu sekali lagi, lelaki yang lebih muda darinya itu menoleh tanpa berkata, wajahnya pun masih sedatar tadi.
"Good luck," ujarnya pada lelaki muda lusuh itu dengan senyuman.
Tidak peduli sama sekali meski keramahannya tak mendapat sambutan yang serupa.
Ia melanjutkan perjalanan sambil memperbaiki letak posisi topinya. Membuat hanya separuh wajahnya saja yang kelihatan, dari hidung sampai ke dagu. Lengannya ia masukan ke dalam saku celana jeansnya yang sudah belel dan lusuh karena berkawan dengan debu.
Matanya menatap lurus ke depan, seringai masih terpatri congkak.
"Misi beautiful forrest, berhasil."
———🌁
Pusat Intelegensi Lakara
"Gimana, Pak Senior?"
Greandra Kelenggara mengangkat penutup wajahnya yang sejak tadi digunakan saat mengidentifikasi sebuah benda yang mereka duga adalah bom yang sebelumnya berhasil membuat kegaduhan di gedung Bijou. Benda itu berhasil mereka dapatkan di salah satu pantry yang dekat dengan gudang penyimpanan. Yang selanjutnya Lekara memberikan sebuah dugaan bahwa ledakan itu berasal dari kebocoran tabung gas.
Alenia Cendekia tertawa sinis mendengar ini. "Polisi tolol," katanya tepat setelah mulut polisi itu bungkam paska diwawancara.
"Bisa dipastikan, ini bukan kebocoran gas dapur," kata Grean sambil tetap memperhatikan Jayden Mersade yang masih bekerja.
"Beneran bom kan?" sahut Alen cepat.
Jayden meletakan dan merapikan peralatannya, lalu mendorong benda-benda yang mereka duga bagian dari bom ke tengah meja agar rekan-rekannya dapat melihat.
Pihak Lekara tidak menyelidiki lebih dalam, mereka lihat sumber ledakan berasal dari pantry. Dugaan mereka diperkuat dengan kondisi banyaknya tabung gas yang hancur. Mereka sama sekali tidak memikirkan tentang daya ledak luar biasa yang mampu menghancurkan akses masuk menuju gudang penyimpanan dari luar. Mereka juga tidak memperhitungkan jumlah korban jiwa yang mencapai angka puluhan, belum termasuk korban luka-luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulau Lakara
General FictionSelamat datang di Pulau Lakara, sebuah pulau dimana mimpi indah tidak akan pernah menjadi nyata. Jadilah kuat, hiduplah, nikmati pulau surga dengan sejuta keistimewaan, keindahan, dan kemewahan di dalamnya. Pulau dimana bisa kau dapatkan segalanya...