BAB III Perpisahan

268 3 0
                                    

"Sungguh sangat tragis sekali,” aku menarik nafas merasakan kepiluan yang dialami pria baik hati itu.

“Kemudian, bagaimana kabar pria itu  ? “ aku mulai penasaran lagi, mengganggu bapak itu yang sedang menggoreng.

“Bagaimana Bapak bisa tahu kalau payung ini adalah miliknya?” tanyaku lagi.

Bapak itu menjawab , “ karena setiap tahun tepat di tanggal kematian sang kekasih, pria itu selalu datang ke Halte ini sambil membawa payung merah tersebut menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang."

“Kebetulan seminggu yang lalu ketika Mbak bertemu dengan pria itu tepat di tanggal yang sama”, sambil membereskan makanannya bapak itu kembali berkata, “ Jadi kemungkinan Mbak tidak akan bertemu dengan pria itu lagi sampai dengan tahun depan tepat di tanggal yang sama.”

Mendengar jawaban dari bapak pedagang itu hatiku tersentak kaget dan menjatuhkan payung milik pria itu. Sungguh cerita yang baru saja aku dengar sangat mengharukan dan tragis. Ternyata setelah Lima tahun berlalu sang kekasih masih saja datang menuggu cintanya yang tak akan pernah kembali. Aku mengambil payung merah itu dan menyimpannya di dalam tas.

Bus yang aku nanti akhirnya datang juga, aku naik dengan rasa sedih teramat dalam. Membayangkan betapa sedih dan betapa sakitnya hati pria itu. Sambil duduk memeluk tas di pangkuan, aku melihat dari balik jendela, hujan rintik-rintik sudah mulai turun. Aku akan menyimpan payung lipat kecil merah ini dan akan mengembalikan kepada sang pemiliknya satu tahun lagi di tanggal yang sama..

The end.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Payung merahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang