Jangan-jangan kalian jodoh ya..

36 8 2
                                    

Pagi ini Aldana sudah siap pergi ke sekolah, saat dia turun ia melihat mama, kakak, dan ayahnya sudah berkumpul di meja makan.

"Ma, Pa, Al langsung berangkat aja ya, nanti Al sarapan di kantin aja." Al bergegas mencium pipi kedua orang-tuanya, dan ber-tos dengan sang kakak.

"Tapi nanti pulangnya jangan malem-malem ya Al, mama ajak kamu kerumah Oma." Kali ini sang mama yang berbicara.

Mendengar omongan mamanya yang tiba-tiba mengajaknya ke rumah Oma, membuatnya berbalik.

"Kok ke rumah Oma, emang mau ngapain ma? Kenapa gak sama si Davian." Protes Aldana.

"Gue ada acara kampus nanti malem, makanya mama ngajakin lu. Lu gak kemana-mana kan?", jawab Davian sang kakak.

"Liat nanti ya ma..", Aldana menjawab sambil berlari keluar.

Dalia hanya menghembuskan nafasnya melihat kedua anaknya jarang sekali ada dirumah, sementara sang suami Dion juga akan pergi ke luar negeri selama 2 minggu untuk memantau perusahaan di Singapura.

"Ma, Davian berangkat dulu ya, nanti kalau Al gak pulang-pulang mama telfon Davi gpp." Davian mencoba menenangkan sang mama, dan pamit untuk berangkat ke kampus.

"Kamu serius gpp? Terus acara kamu di kampus gimana?", Tanya Dalia memastikan.

"Gpp kok ma. Yaudah Davi berangkat dulu, pa davi berangkat.", Pamit Davian sembari mencium pipi orang-tuanya.

"Hati-hati Dav..", Ucap Dalia dan Dion bersamaan.

---------

Saat di perjalanan hp yang hendak di ambil dari tas Davian jatuh, membuatnya harus mengambilnya kebawah.

"Eh eh, pimmmmmm...", seseorang hampir tertabrak olehnya. Untung saja jalan lagi sepi, sehingga dia bisa menghindarinya ke kanan.

Davian memutuskan untuk turun melihat keadaan gadis yang hampir ia tabrak, dengan perasaan campur aduk Davian memberanikan dirinya. Ia melihat gadis itu masih terduduk dan tangannya terlihat berdarah.

"Hei, sorry ya tadi gue gak liat. Lu gpp? Gue anter lu ke rumah sakit gimana, nanti biaya pengobatan gue yang tanggung." Tawar Davian dengan ragu-ragu.

"Gak, gausah ini cuma luka dikit ntar juga sem..", Gadis itu mendongakkan wajahnya memperhatikan dengan seksama wajah lelaki yang baru saja hampir menabraknya.

"Kyla..", Davian sedikit kaget ternyata gadis yang hampir ia tabrak adalah gadis kecilnya yang dulu.

"Kak Davi..", sama-sama shock membuat mereka terdiam sejenak.

"Sini aku bantuin..", Davi menbantu Dira untuk bangun dan masuk kedalam mobilnya.

"Maaf ya, tadi aku gak liat kalau ada orang nyebrang. Kamu beneran gpp?", tanyanya lagi.

"Gpp kak, dikasih obat merah ntar pasti langsung sembuh." Jawab Dira.

"Yaudah kita obatin dulu luka kamu ya, biar gak infeksi."

"Gausah kak, nanti biar aku obatin sendiri disekolah." Dira mencoba menolak.

"Gabisa Kyla, ini tuh gak boleh kamu remehin ini bisa infeksi loh kalo didiemin."

Akhirnya Dira hanya pasrah, ia nurut saja dengan Davian yang ingin mengobati luka di telapak tangannya.

Didalam mobil Davian dengan telaten mengobati lalu memerbannya dengan perban yang tersedia dikotak p3k yang selalu ia bawa kemana-mana.

Namun berbeda dengan Dira, ia masih menatap Davian dengan tatapan yang sulit diartikan.

Kenapa sih kak, gue mesti ketemu sama lu. Kenapa juga ketemu harus situasi kek gini, saat kita udah gak bareng-bareng lagi. Batin Dira.

ALKYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang