2

58 6 0
                                    

"Oh kalian. Ya ampun kalian sudah besar ya." Pak Madon menepuk-nepuk pundak Joan. Pak Madon terkejut ketika ia mengingat siapa dua sejoli ini. "Kalian masih sekolah?"

"Iya pak, kita masih kuliah. Saya S1 semester ke 3 dan dia S1 semester ke 5." Cassandra sangat senang bisa bertemu dengan Pak Madon lagi. Karena terakhir Pak Madon mempunyai satu penyakit yang membuat dia dirawat cukup lama. Syukur Pak Madon sudah kembali sehat.

"Pak kita boleh keliling-keliling di sekolah ini?" Cassandra berhati-hati menggunakan kata katanya. Ya itu karena supaya mereka mendapatkan izin dari Pak Madon.

"Untuk apa nak?"

"Kita hanya ingin mengingat-ingat kembali kenangan yang dulu pak. Disaat dimana kita masih kecil, dan penuh dengan canda tawa" Cassandra benar-benar berhati-hati dalam berbicara.

"Kalian ini yah. Ya sudah kalian boleh kok berkeliling disini. Bapak mau lanjutkan olahraga nya." Pak Madon mengembangkan senyum yang sering di gunakan seorang ayah. Cassandra merasakan bahwa orang yang ada di depannya adalah ayahnya sendiri.

Secara tidak sengaja cairan bening yang ia tahan itu tumpah dari matanya. Joan yang merasakan mood cassandra berubah langsung menenangkan cassandra.

"Cass udh ya, udh, hust, jangan nangis lagi ya, husst."

Cassandra merasakan hangatnya dekapan dan elusan tangan Joan di pundak kepalanya. Cassandra tidak ingin lepas dari dekapan itu.

"Gw tau kok, apa yang lu rasain sekarang. Jangan sedih ya." Joan melepaskan pelukan nya itu lalu diikuti dengan jari-jemari nya yang menghapus air mata cassandra yang jatuh terlalu banyak.

"Makasih." Cassandra tersenyum. Tapi Joan tahu senyum itu adalah senyum agar Joan tidak khawatir terhadap Cassandra.

Pak Madon yang yang melihat itu hanya kejadian tadi hanya bisa terdiam dan bertanya. "Nak Cassandra, kamu kenapa nak?"

Yang ditanya hanya bisa tertunduk diam. Joan yang mengerti situasi ini memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan pak Madon.

"Gini pak, Cassandra itu kehilangan orang tuanya lima tahun yang lalu. Mungkin dia merasakan diri ayahnya di diri bapak" Joan merasa iba dan tidak tega sebenarnya telah mengatakan itu.

"Oh ya ampun, bapak turut berduka cita ya nak" Pak Madon memeluk dan mengusap mengusap punggung Cassandra, berusaha untuk membuat Cassandra lebih tenang.

Cassandra merasakan pelukan seorang ayah, yang mungkin tidak akan dia rasakan lagi. Cassandra tersenyum, mood nya membaik sekarang.
"Iya pak, makasih pak" Cassandra mengatakan itu ketika pak Madon melepaskan pelukan nya.

"jangan sedih lagi ya nak, oh ya nanti kalau sudah masuk kian harus tetep menaati peraturan kebersihan dan keamanan. Kalian masih ingat kan?"

"Masih kok pak, kita masuk dulu ya" Joan sudah tidak sabar untuk masuk ke gedung sekolah itu.

"Iya nak, bagus kalau kalian masih ingat, ya sudah, silahkan masuk, hati hati ya nak, bapak bisa nemenin kalian di luar, masih banyak pekerjaan yang harus bapak kerjakan.

Akhirnya Joan langsung menarik tangan Cassandra dan berlari. Dengan susah payah Cassandra menyetarakan langkah nya dengan langkah Joan yang besar.

Terlihat koridor yang panjang ketika mereka membuka pintu utama gedung skolah itu. Cassandra melangkah kan kakinya tidak percaya. Gedung sekolah itu tidak berubah sama sekali. Masih terawat dengan baik. Masih sama seperti dulu.

"Cass kenapa?" Joan menyadari ada yang aneh dengan Cassandra karena Cassandra hanya terdiam.

"Hah, kenapa? Gpp kok hehe"

IM FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang