“moonlight shinning on water is pretty”
“but now i saw you, you're the most pretty than moonlight”
--
HARI sabtu malam sekitar pukul 7, entahlah aku sedang tidak memakai jam tangan hanya mengira-ngira saja. Aku berjalan menyusuri trotoar sembari menenteng sekantong keresek penuh berisi bermacam-macam kebutuhan yang baru saja ku beli dari minimarket.
Jalanan terlihat kosong, nampak sepi meskipun biasanya tak jarang ku lihat beberapa orang berlalu-lalang padahal cuaca sedang bagus-bagusnya. Sayang sekali melewatkan hal seperti ini.
Ku tatap langit malam itu, indah sekali dengan bulan yang bulat sempurna berpendar menerangi malam yang sunyi. Tak lupa dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip menghiasi langit. Tentu saja aku tak akan menyia-nyiakan momen sebagus ini. Segera ku ambil ponsel ku dari saku jaket hendak mengabadikan momen itu.
Namun, sesuatu membuat fokus ku teralih kan. Tanpa ku sadari beberapa gambar yang ku ambil telah menangkap gambar orang itu juga.
Seseorang yang telah pergi, lalu datang kembali diantar sinar rembulan dan gemerlapnya bintang. Seseorang yang pernah ku tunggu namun pada akhirnya ku tinggal pergi.
Dia Miya Osamu, si cowok manis penyuka Onigiri.
Tapi mengapa dia kelihatan sedih?