Aku mengerjapkan mataku ketika merasakan ada sebuah tangan yang mengguncang tubuhku pelan. Aku membuka mataku perlahan, mereganggkan otot-otot tubuhku yang kaku akibat terlalu lama tertidur di mobil.
"Ma, kita sudah sampai?" Tanya Tania kepada mamanya yang duduk di sampingnya. Mobil yang mereka naiki adalah mobil pickup yang sudah lama tak digunakkan lagi karena usaha papa yang sudah maju.
"Sudah, ayo, Turun!" Ucap sang mama sambil menurunkan kakinya dari mobil, ku lihat papa juga sudah turun dari mobil dan mulai menurunkan barang bawaan. Aku memutuskan untuk membantu dengan membawa barang bawaan milikku sendiri.
"Jadi, ini rumahnya?" Tanyaku pada papa yang berdiri tak jauh di belakangku. "Iya" Ucap papa singkat.
"Memangnya ini rumah siapa, pa?" Tanyaku lagi pada papa. "Rumah eyang kamu" Jawab papa. Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti.Aku membuka pintu rumah tersebut, melihat setiap sudut rumah yang ternyata adalah rumah eyangku. Tidak besar seperti dulu, aku pikir pasti tidak akan menyenangkan tinggal disini, tinggal di desa pinggiran kota dan kumuh seperti ini.
"Ma, kalau bisa kita cepat-cepat pindah lagi ya dari sini! Tania gak suka tinggal disini, semoga saja papa segera mendapatkan pekerjaan lagi" Ucapku dengan menunjukkan raut wajah tidak senang. Mama hanya mengusap puncak kepalaku sambil tersenyum simpul.
Aku memutuskan untuk melihat kamar baruku, menaiki tangga yang di akhir anak tangganya hanya terdapat sebuah pintu, mama bilang itu kamar papa waktu masa muda dan sekarang aku yang menempatinya. Ku buka pintu berwarna hijau yang sudah sedikit kusam tersebut, melihat setiap sudut kamar tersebut dengan teliti, aku sedikit merasa risih karena debu-debu yang berterbangan di ruangan tersebut.
"Hufftt.. kenapa banyak sekali debunya" Ucapku kesal. Aku mulai mengambil sapu yang terdapat di pojok kamar, menyapunya dengan sangat hati-hati, aku tak ingin ada debu sedikit pun yang tertinggal di kamar ini. Biasanya kamarku selalu bersih karena, di rumah ada Bu ela yang selalu membersihkan kamarku tapi, sekarang semua terasa sangat tidak menyenangkan, semua seperti terasa sulit.
"Akhirnya selesai juga" Ucapku sambil menyeka keringat yang mulaieluncur dari dahiku. Meletakkan kembali sapu pada tempatnya dan mulai mengambil barang-barangku untuk dirapihkan pada tempatnya. Tak terasa sudah setengah jam aku merapihkan kamar baruku yang tidak senyaman dulu.
"Tania, makan dulu ,yuk?" Ucap mama padaku sambil berdiri didepan pintu menunggu jawabanku. Aku mendengus kasar. "Ma, Tania gak suka banget tinggal disini, Kenapa kita harus pindah kesini? Kenapa semua ini terjadi dalam hidup Tania? Memangnya Tania pernah ngelakuin kesalahan apa sampai Tania harus dapat cobaan seperti ini?!" Ucapku menaikkan satu suaraku satu oktav dari biasanya.
"Tania, kamu tidak boleh seperti itu, kamu harus belajar bersyukur dengan apa yang kamu miliki sekarang.." Ucapan mama terhenti ketika aku memotongnya. "Yang jelas Tania tidak suka hidup susah seperti ini! Sangat tidak menyenangkan" Ucap Tania dan berlalu meninggalkan sang mama yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
~~~~~~~~~
Mentari kembali datang membangunkanku dari tidurku yang lelap, walaupun tidak seperti dulu. Aku memutuskan untuk segera menyiapkan diri dan sarapan. Setelah selesai aku turun ke bawah untuk sarapan, kali ini meja makannya tidak sebagus dulu, hanya sebuah meja kayu yang dikelilingi oleh 3 kursi.
"Pa, memangnya Tania akan sekolah dimana?" Tanyaku pada papa disela sarapan berlangsung. "Tania, akan sekolah di sekolah papa dulu, SMP 1 Bandung" Jawab papa sedikit antusias. Aku yang mendengarnya hanya menganggukkan kepala karena aku tahu sekolah disini tidak akan menyenangkan
Saat sampai disekolah aku berjalan bersama seorang guru disampingku, ia yang akan menunjukkan dimana kelas baruku. Aku mengikutinya sampai aku masuk ke ruang kelasku yang baru, aku memperkenalkan diriku didepan semuanya dengan tersenyum ramah.
(Tet..tet..)
Bel pulang sekolah berbunyi, aku bergegas untuk langsung pulang ke rumah. Di perjalanan pulang aku melihat seorang anak yang aku pikir seumuran denganku sedang mengais sampah di tempat jalan."Hai! Kamu, tidak sekolah?" Tanyaku padanya. Ia menoleh ke arahku lalu menggeleng kan kepalanya. "Kenapa? Lalu rumahmu dimana?" Tanyaku lagi dengan penasaran. "Aku tidak punya biaya untuk bersekolah, untuk makan saja sudah susah, orang tuaku sudah lama tiada, aku yatim piatu, dan aku tidak punya tempat tinggal, aku tidur dijalanan" Ucapanya sendu. Aku terkejut dengan ucapannya, aku teralalu banyak mengeluh selama ini sampai lupa jika diluar sana masih banyak yang lebih sudah dari padaku.
Aku berlari memasuki rumah, mencari keberadaan mama dan papa.
"Ma, pa, Tania pulang" Ucapku sambil terus mencari mereka berdua, aku melangkahkan kakiku menuju ruang makan dan benar saja mama dan papa ada disana."Pa, ma!" Panggilku sambil mendudukkan diriku di kursi yang masih kosong. "Tania, minta maaf ya, Tania sudah buat mama dan papa sedih dengan ucapan Tania yang tidak suka tinggal disini, Tania suka banget tinggal disini, makasih ya pa, ma, kalian sudah bekerja keras selama ini untuk Tania, sekali lagi Tania minta maaf ya, Tania sayang papa dan mama" Ucapku sambil memeluk kedua orang tuaku, tak terasa air mata turun begitu saja.
Hari ini aku memutuskan bahwa aku sangat bahagia dengan hidupku, tidak perduli dengan materi, aku akan tetap bahagia selama papa dan mama selalu berada di sampingku. Aku baru tahu ternyata bersyukur itu sangat indah.
Selesai~
KAMU SEDANG MEMBACA
Indahnya Bersyukur
Короткий рассказMenceritakan tentang seorang remaja cantik yang selalu terpenuhi segala keinginannya. Tapi semua berubah begitu saja dengan sangat cepat diluar kendalinya.