HAK ASASI

109 9 0
                                    

"Bangun napa! Lo kira gue gak capek apa, udah bolak balik tiga kali?!"

"Masih ngantuk. Ntar aja lo balik lagi". Jawab El yang dengan santainya menarik kembali selimut yang ditarik kakak laki lakinya itu.

"Kaga kaga! Bangun lo!". Kavin mengguncang keras tubuh adiknya.

El membuka matanya secara paksa, Mulai mengubah posisinya, dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah Kavin memastikan adiknya benar benar masuk ke dalam kamar mandi, Kavin segera keluar dari kamar El dan pergi ke meja makan untuk menemui sang bunda.

"Gimana vin?". Tanya Resta yang tengah menyiapkan sarapan untuk kedua putranya.

"Ya gitu bun. Gak bisa pake cara halus ternyata". Jawab Kavin menghampiri bunda nya.

Setelah lengkap dengan setelan seragam yang sengaja tak ia rapihkan, El turun untuk sarapan.

"Udah jam segini masih mau sarapan?". Tanya Resta.

"Yaampun bun, kok tega sama El? Jadi El gak boleh sarapan nih?"

"Bukan gitu maksud bunda Imanuelll. Bunda udah siapin ini buat kamu sarapan di sekolah"

Resta menyodorkan kotak makan berwarna hitam kepada El.

"Gak usah bun, ini udah cukup. Itu buat Kavin aja. Aku berangkat ya"

El berjalan keluar rumah dengan sepotong roti yang berbalut selai kacang, setelah mencium punggung tangan bunda nya.

Resta yang melihat sikap anaknya, menggelengkan kepalanya jengah.

El berangkat ke sekolah dengan vespa matic berwarna dark grey dan helm fullface berwarna hitam.

Jalanan agak sedikit licin karena semalam hujan mengguyur kota Bandung. Namun karena El takut jika ia akan terlambat, El melajukan motornya dengan kecepatan penuh dan,

Byurr..

Gadis cantik dipinggir jalan yang sedang menunggu bus di halte, terkena cipratan kubangan air karna ulah El.

El hanya menoleh sesaat, kemudian kembali melajukan motornya.

"Woi! Gila lo ya?!"

"Masih pagi udah bikin orang emosi aja!"

"Minimal minta maaf kek"

Jihan terus menggerutu sambil menyumpah serapah laki laki yang membuat bajunya kotor.

"Dih, berisik banget sih pagi pagi"

Jihan menoleh ke sumber suara. Didapatinya Yuda, sang kekasih yang berada tak jauh darinya.

"Gimana gak berisik, baju aku kotor gini"

Yuda terkekeh lalu mendekat kearah Jihan.

"Masih tetep cantik kok". Yuda mengusap pucuk kepala Jihan.

Jihan tak merespon perkataan Yuda.

"Tumben kamu belum jalan?". Tanya Yuda memecahkan keheningan.

"Kesiangan". Jawab Jihan dingin.

"Masih bete?"

Jihan membalas dengan gelengan kepala.

Yuda terkekeh dan merangkul Jihan menjauh dari halte. Jihan yang dirangkul hanya pasrah, ingin rasanya menepis tangan Yuda kuat kuat.

ImanuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang