"J" : JOY

1. JOY IS INNOCENT

AUTHOR

"Terima kasih anak-anak untuk hari ini, kalian hebat bisa mengerjakannya dengan tenang dan sama sekali tidak ribut, Ibu lihat juga kalian nampak masih seger wajahnya padahal udah seharian makan soal-soal Ujian, kalian hebat, semangat terus ya dan sampai ketemu di Ujian besok !" ucap wanita itu pada seluruh siswa di kelas Joyly lalu ia pun melangkah pergi meninggalkan ruangan dengan tumpukan lembaran di pangkuan tangannya.
Beberapa siswa lain bersahutan ria karena Ujian hari ini telah usai.

Terbiasa disapa Joy, gadis berambut pirang nan bermata indah itu nampak lesu, pucat dan tak terlihat bersemangat. Ava, teman sebangku Joy, merasa ada yang aneh dengan Joy. Ia menepuk bahu Joy sembari dipanggilnya, Hei Joy....
Gadis itupun menoleh.

"Hah... Ada apa?" tanya Joy bak orang kebingungan, Ava menghela nafas panjang.
"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa? Sakit ?" Ava memperhatikan Joy dengan lekat.
"Engga Va, gue... Gue kecewa aja sama diri sendiri" papar Joy, Ava semakin tidak paham.
"Kecewa gimana? Karna apa?"
"Gue salah belajar semalem! Jadi yang gue pelajarin, sama sekali beda dari yang hari ini diujikan, dan gue ga tau sama sekali sama materinya, gue jawab sebisa gue, gue takut nilai gue jelek Va" tuturnya dan membuat Ava seketika menepuk jidad.

"Astaga Joy... Gue kira kenapa, ya terus kenapa lo bisa salah belajar sih? Lo ga liat jadwal ujiannya ya? Atau lo banyak kerjaan dari bos lo itu jadi belajar lo terganggu gini?" cerocos Ava dengan pertanyaan-pertanyaannya. Ava memang sudah tahu tentang kehidupan Joy yang sekarang, termasuk ia yang menjadi asisten CEO, lalu Joy terdiam sejenak.
"Hmm, gue ga tau Va, kayanya gue kecapean jadi ga fokus dan ngerasa jadwal yang gue inget itu udah bener" Joy menarik nafas dalam dan dihembuskannya dengan berat.
"Ya udah gapapa Joy, ga usah terlalu dipikirin, siapa tau nilai lo bagus, kan itu berarti ga seharusnya lo kecewa! Ya udah, inikan dah selesai, dah berlalu, jadiin pelajaran aja, jadi setelah ini lo harus lebih fokus sama sekolah lo, apa perlu gue bantu bilang ke CEO itu biar dia ga ngasih tugas lo banyak-banyak, gimana ?"
"Jangan... Gue gapapa kok Va, thank you banget, ya udah kita pulang yuk!" seketika Joy berdiri dari kursinya, menarik tangan Ava dan merekapun berjalan keluar dari area gedung sekolah.

Setiap sore Joy selalu mampir ke kantor Alex, apapun yang Alex perintahkan, gadis itu selalu melakukannya.
Karena tak jauh dari sekolahnya, terkadang Joy hanya berjalan kaki. Di sepanjang trotoar, Joy berjalan melamun, tatapannya hanya menunduk ke langkah kakinya.

Gue capek bukan karna kerjaan Va... Tapi karna Om Alex yang selalu pengen ngenikmatin tubuh gue, itu yang bikin gue gampang kelelahan...
Tapi, gue ga bisa nolak, dia selalu care ke gue dan entah kenapa, perasaan gue ke dia juga makin berubah, gue ngerasa begitu nyaman sama dia...
Tapi gue juga malu karna gue cuma gadis biasa yang hidupnya ditopang dia...
Kenapa gue jadi terkesan murahan ya...
Ah astaga Tuhan, tolong Joy...
Batin Joy dan tak terasa air matanya menetes, segera Joy pun mengusap kedua pipinya.
Kini ia sudah berada di depan kantor Alex, besar dan terdapat ratusan karyawan yang di pimpin Alex.
Joy berdiam sejenak, menatap lekat gedung besar berlantai 10 itu.

Joy merasa kecil tatkala berada di sana, di antara karyawan unggul lainnya. Namun itu hanya perasaan Joy, sedangkan Alex selalu memperlakukannya lebih dari seorang bawahan, bahkan lebih tepatnya bak seorang tuan Putri, Alex pun tak pernah merasa malu akan kehadiran Joy di kantornya.
Tak sedikit pula karyawan wanita Alex yang iri, cemburu dan kesal dengan Joy yang selalu mendapat perhatian lebih dari Alex. Meski begitu, Alex yakin tak ada yang akan berani memprotes kehadiran Joy, Alex berkuasa penuh atas mereka.

Joy berjalan memasuki gedung itu, ia menuju lift, belum sempat memasuki lift itu, langkah Joy terhenti oleh seseorang yang memanggil namanya, Joy...
Joy tak asing dengan suara itu, ia pun menoleh dan dugaannya tepat, Alex lah yang memanggilnya.
Lelaki bertubuh tinggi gagah itupun melemparinya dengan senyum menawan, ia berjalan mendekati Joy.