02. Malvin tetaplah Malvin

1 1 0
                                    


02. Malvin tetaplah Malvin

_o0o_

Pulang sekolah dan setibanya di rumah, Atha langsung menuju kamarnya. Mandi dan mengganti baju. Setelah selesai dia bersantai di kasur sambil memainkan ukulele pemberian sepupunya saat Atha berulang tahun ke 15.

"Tolong.. katakan pada dirinya..."

"Lagu ini kutuliskan untuknya..."

"Namanya slalu ku sebut dalam doa..."

Atha bersenandung sambil memandang tembok yang ia pajang dengan foto Malvin, cewek itu tersenyum lebar. Hatinya tetaplah Malvin. Meskipun banyak cowok yang ia dekati, tidak ada yang seperti Malvin.

Tetapi Malvin tetaplah Malvin, cowok cuek yang sulit didekati.

Flashback on

Atha berjalan menuju perkiraan bersama empat belas peserta seleksi paskibraka dari SMA Cendekia yang lain. Mereka semua lega karena tes pertama lima belas siswa dan siswi yang terpilih perwakilan SMA Cendekia lolos tes kesehatan.

"Untung gue lolos, ehehe." ucap Atha senang.

"Jangan senang dulu, seleksi itu sampai satu minggu. Lo masih mempunyai kemungkinan tidak lolos." ucap Andika pedas.

"Santai dong, Ndik. Yaila sensi an amat jadi cowok." cibir Atha.

"Udah, Andika memang gitu, Tha." Lila menjadi penengah. Dasarnya Andika dan Atha memang mempunyai sifat tidak mau mengalah, dari pada tidak selesai-selesai mending ditengah kan dari sekarang.

Atha melihat Malvin sudah menaiki motornya, dia bersiap untuk pergi menuju lapangan tempat melaksanakan upacara bendera tujuh belas Agustus nanti. Tempat seleksi selanjutnya.

"Malvin!" panggilnya. Malvin menoleh lalu dengan gerakan kepala dia seolah bertanya 'ada apa?'

Atha mendekat, di samping motor Malvin juga ada Bayu yang akan membonceng Malvin.

"Gue sama lo, ya?"

Malvin serta-merta menoleh ke arah Bayu, meminta persetujuan. "Gue udah sama Ba–"

"Bayu biar sama yang lainnya, gue sama lo ya? ya?" mohon Atha. Dalam hati Malvin, dia bertanya-tanya mengapa Atha mendadak ingin membonceng dirinya.

"Memangnya lo mau naik motor seperti ini?" Atha langsung memandangi motor Malvin. Motor Astrea jaman dahulu yang terlihat masih bagus. "Nggak bisa ngebut, nanti yang ada kita malah telat. Dan lo cewek, nanti lo malu."

"Siapa yang bilang gue malu?"

"Maybe,"

"Masalah motor itu nggak penting. Yang penting selamat sampai tujuan. Yaudah berangkat, sudah mau pada berangkat tuh."

"Bayu, lo sama yang lain ya? Gue sama Malvin." ucap Atha dengan nada menyuruh, karena Bayu sudah mengenal Atha sejak SMP maka ia dengan senang hati berangkat ke lapangan dengan membonceng yang lain.

"Beneran lo tidak apa-apa?"

"Bener, udah ayo jalan."

Selama perjalanan, mereka mengobrol seadanya. Ternyata Atha baru sadar Malvin adalah cowok yang cuek. Dingin-dingin menyejukkan.

"Besok berangkat langsung ke lapangan Benteng, ya?" tanya Malvin.

"Iya, kalau hari ini lolos berarti besok langsung ke Benteng." Jawab Atha. "Tapi gue takut, besok nggak ada yang anterin soalnya."

"Kalau gitu berangkat sama gue aja gimana?" Ucap Malvin cepat.

Atha tidak salah dengar kan? Malvin mengajaknya berangkat bersama? Kupingnya mungkin salah.

"Berangkat bareng?" Ulang Atha.

"Iya, katanya lo nggak ada yang anter, langsung aja biar gue ada temen."

Atha tersenyum. "Mau."

Flashback off

Atha menggelengkan kepalanya. Malvin Malvin dan Malvin. Kapan dirinya tidak mengingat cowok itu sehari saja?

Dering ponselnya mengagetkan. Atha melirik benda berwarna silver itu, nama Lila tertera. Atha segera mengangkat panggilan.

"Halo, di sini dengan Atha Anasyiha, ada yang bisa saya bantu?" Jawab Atha menirukan suara constumer servis.

"Ada yang bisa saya bantu, ada yang bisa saya bantu, lo nggak lupa kan hari ini ada latihan? Ngapa lo malah pulang Athaaa??"

"Ha?" Dia melirik jam yang menunjukkan pukul 3. Bagaimana bisa dia lupa kalau hari ini ada latihan PKS? Pasti gara-gara dia terus membayangkan Malvin.

"Ha ho ha ho, lo mending cepetan ke sini! Andika udah ngamuk-ngamuk, kursi aja ditelan sama dia–WOI."

Atha tertawa ringan mendengar suara Andika yang tampak tidak terima. Atha memutuskan panggilan lalu beranjak dari kasur, mengganti baju lapangan serta training dan membawa topi kesayangannya.

Atha keluar kamar dan berpamitan kepada ibunya.

"Mam, mau ke sekolah dulu." Ucapnya.

"Barusan saja pulang, kok mau kembali lagi?" Tanya Mama Dina–ibu Atha.

"Latihan PKS, aku lupa hari ini latihan. Jadinya harus bolak-balik," ujarnya. "Boleh, ya, Mam?"

"Kalau sudah selesai langsung pulang, lho. Jangan mampir mampir." Peringatan Mama Dina.

"Iya, Mam. Siap laksanakan."

"Ya sudah sana berangkat, nanti telat."

Setelah berpamitan, Atha segera keluar rumah. Hari ini dia ingin mengirit bensin, jadi berangkat ke sekolah jalan kaki. Lagi pula jarak sekolah ke rumah tidak begitu jauh, hitung-hitung sebagai olahraga.

_o0o_

Lanjut part berikutnya ya... ehe

Beri tanggapan untuk part ini, koreksi bila salah, ya, teman-teman.. :)

Terima kasih :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEPTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang