The Beginning

7 3 0
                                    


"Kalian kalah, sebagai gantinya salah satu dari kalian harus dikorbankan."

Benda-benda kecil hitam yang mengapung di udara mengerubungi tubuh Wisma sedikit demi sedikit. Tangannya, perutnya, matanya, dan seluruh badannya terseret ke dalam kegelapan.

"Larilaaahh... Sekaaa..." itulah kalimat terakhir yang dia katakan, sebelum tubuhnya menghilang.

Satu hal yang masih kusesali, tubuhku tidak bisa bergerak untuk menolong temanku. Hanya memperhatikannya sampai akhir tanpa berbuat apa-apa. Selemah apa aku ini, apakah aku layak disebut teman?

The Beginning

"Hei, Seka... Hoi...! Liat kesini anjir kalau diajak ngobrol."

"Aduh..., apasih? Gak liat aku lagi fokus main?"

"Main gim terooz..., sampai mampos.... Kau udah ngisi selembaran kemarin belum?"

"Hah? Selembaran?" tanyaku datar sambil terus fokus ke layar gawai.

"Iya, yang dikasih sama OSIS kemarin."

"Ohh, yang itu. Entahlah, kayaknya udah hilang deh. Wait, ehhh...? Ya Tuhan aku lupa, mana ya, mana?"

Baru kuingat, hari ini adalah tenggat waktu pengumpulan angket tahunan yang diberikan OSIS. Isinya tidak terlalu penting sih menurutku. Hal-hal umum seperti kesan dan pesan terhadap sekolah, peminatan ekskul dan hal semacam itulah.

Setelah mengobrak-abrik isi tas, akhirnya kutemukan juga benda menyebalkan ini. Baru saja aku kepikiran untuk memfotokopi milik Wisma.

"Jadi gimana? Apa kau sudah tau mau masuk ekskul apa?"

"Kalau masalah itu... Aku males sebenarnya. Emangnya gak boleh gitu aku kosongin aja?"

"Ya enggaklah bambang. Jelas2 kelas delapan wajib milih minimal satu buat pengganti pramuka."

"Aku jadi agak menyesal sekolah di sini."

"Kayaknya aku tau ekskul yang cocok buat orang sepertimu," dari senyum orang ini aku sudah merasa agak jjanggal Dan benar saja, memang itu yang terjadi.

"Klub misteri? Kau gila ya?"
Berkat Wisma aku jadi terjebak ke dalam sebuah komunitas kurang kerjaan yang hobinya membahas hal yang tidak masuk akal. Tapi jika dipikir-pikir, memang ini satu-satunya ekskul yang bisa aku toleransi.

"Ya sudahlah. Lagian pasti anggotanya dikit. Aku tetep gak perlu ketemu banyak orang juga."

Klub misteri ini membuatku dipertemukan dengan orang-orang yang akhirnya menjadi sahabat, sekaligus yang menemani masa sekolah menengah pertamaku.

***

Klub misteri ini secara mengejutkan membuat kami bertujuh lebih akrab. Sejak saat itu kami jadi sering menghabiskan waktu bersama. Sekedar untuk mendiskusikan misteri-misteri yang belum terpecahkan atau hanya mengisi absen ekskul.

Siapa sangka keisengan kami membawa malapetaka di kemudian hari. Awalnya kami memang hanya mendiskusikan misteri di internet. Lama-kelamaan kami bosan dengan kebiasaan monoton ini. Hingga suatu hari kami mencoba permainan yang konon katanya horor dan berhubungan dengan makhluk gaib.

"Hei, semuanya! Coba lihat ini. Ada sesuatu yang menarik. Aku juga gak tau sih bakal gimana, tapi kayaknya seru. Jadi aku ambil aja," ucap Wisma sambil menunjukkan sebuah kotak kemasan yang sudah agak sobek.

Aku dan yang lainnya mulai tertarik dan mendekat kearah Wisma. Sebenarnya tidak juga, wajah datar kami sama sekali tidak merasa antusias. Wajar memang, sebab kami sudah berkali-kali memainkan permainan yang banyak dibilang horor, tapi apa endingnya? Fake!

Nostalgic Game (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang