5

9 1 0
                                    

Kriiing.... Kriiing... Kriiing...

Bunyi alarm yang menunjukkan pukul 04.30. Tasya terbangun karena bunyi nyaring alarm itu dan mematikannya. Ia lalu beranjak dari tempat tidur dan pergi memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut.

15 menit sudah berlalu, Tasya lalu keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang melekat ditubuhnya.
Ia membuka lemari dan mengambil seragam sekolah lalu memakainya.

Tidak lama kemudian, Tasya sudah siap dengan penampilannya. Penampilan Tasya hari ini memang agak berbeda, biasanya ia akan mengikat surai panjangnya dengan poni tipis yang melengkapinya. Tetapi tidak dengan hari ini, ia menggerai surai panjangnya tanpa poni yang biasa melengkapi penampilannya.

Tasya keluar dari kamar dengan tas ransel warna peach yang ada di bahunya. Sebelum ia turun ke ruang makan untuk sarapan, gadis itu menghampiri pintu bercat biru muda dengan hiasan mote yang menggantung di depan pintu.

"Kak udah siap belum?" Tanya Tasya dari luar kamar Thania.

Pintu pun dibuka oleh si pemilik kamar. Memunculkan Thania dengan penampilannya yang sudah rapi.

"Udah, yuk turun." Ajak Thania.
Mereka berdua lalu menuruni tangga menuju ruang makan.
Di sana sudah ada mama dan papa yang menunggu. Tasya lupa kalau semalam papa Rendra dan mama Mira pulang dari LA untuk mengurusi perusahaan keluarga Anggara yang belakangan ini mengalami masalah.

"Eh, cantiknya mama udah siap mau berangkat sekolah." Puji Mira yang sangat bahagia bisa melihat si kembar bersatu lagi setelah sekian lamanya mereka dipisahkan.

"Ayo duduk dan sarapan sama-sama. Habis itu biar papa yang nganterin kalian." Ucap Rendra.

"Pa, aku dijemput Satria. Jadi papa nganterin Tasya aja." Jawab Thania tak enak.

"Papa di rumah cuma sebentar Thania, besuk pagi papa dan mama udah harus take off ke Swiss buat jenguk kakek yang lagi sakit di sana." Ucap Rendra. Sebenarnya ia tidak rela harus meninggalkan kedua putrinya lagi, tetapi ia harus mengunjungi ayah dari istrinya, Mira. Yang sedang sakit parah di Swiss.

"Yaudah kalau gitu mama aja yang ngabarin Satria biar dia ga perlu jemput kamu." Ucap Mira final.

Mereka pun melanjutkan makannya dengan tenang, sesekali Thania melontarkan candaannya. Tetapi Tasya hanya menanggapi dengan senyum canggung. Mungkin ia belum terbiasa dengan suasana seperti ini, dengan orang yang baru dikenalnya walaupun sebenarnya papa Rendra adalah adik kandung dari Farel, ayah kandung si kembar. Tetapi memang dari kecil Tasya tidak pernah bertemu dengan Rendra jadi itu termasuk sebabnya Tasya masih canggung.

Selesai mereka sarapan, Rendra langsung bersiap untuk mengantar kedua putrinya ke sekolah. Walaupun bukan putri kandungnya, tetapi Mira dan Rendra sudah menganggap si kembar sebagai anak kandung mereka sendiri.

Selama perjalanan, tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Sampai akhirnya mobil Ford putih itu berhenti di depan halaman sekolah Tasya.

"Pa, Tasya pamit ya. Em.. makasih udah nganterin Tasya." Ucap Tasya dengan senyum manisnya.
Ia lalu mencium tangan Rendra untuk pamit dan bergegas keluar dari mobil tersebut. Sebelum keluar ia juga sudah berpamitan dengan Thania.

"Iya sayang. Yang pinter sekolahnya, dengerin guru kalau lagi di jelasin." Jawab Rendra dengan pesan yang ia berikan kepada Tasya seperti mengingatkan seorang bocah SD.

Rendra pun melajukan mobilnya untuk segera mengantar Thania ke sekolah. Karena memang kedua saudara tersebut memutuskan untuk pisah tempat sekolah dengan alasan akan mengejutkan banyak orang nanti jika satu sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang