CHAPTER 2

18 2 0
                                    

SAAT PELAJARAN TERAKHIR

"Baiklah anak-anak, sampai disitu saja untuk hari ini, sekarang tolong kumpulkan tugas kalian yang ibu minta kerjakan minggu lalu" ucap seorang guru perempuan yang sedang mengajar dikelas 11 IPS

Para murid yang mendengar itu segera mengumpulkan buku mereka masing-masing ke meja guru.

"Ibu bilang kumpulkan semuanya, tampa terkecuali!" ucap guru tersebut ketika selesai menghitung buku para murid yang ternyata kurang satu.

Ternyata murid yang tidak mengumpulkan tugasnya adalah seorang siswi terpintar dikelas itu yang tidak lain adalah Silfia Maharani. Terlihat dibangkunya, Silfia memiliki ekspreksi yang ketakutan sambil meremas ujung roknya dan pandangannya tidak pernah lepas dari bukunya yang memiliki bekas sobekan kertas yang hilang, dan terlebih lagi kertas yang hilang itu adalah kertas yang terdapat jawaban tugas miliknya.

Guru yang masih didalam kelas merasa jengah akan murid yang tidak mengumpulkan tugasnya dan memilih melihat nama-nama pemilik buku yang di kumpulkan. Kemudian setelah itu terlihat muka ibu guru yang mengkerut heran.

"Silfia Maharani!, berdiri!" perintahnya pada silfia yang dituruti dengan patuh oleh silfia dengan ekspreksi ketakutan.

Guru tersebut yang melihat Silfia sudah berdiri, segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Silfia.

"Silfia, kenapa kau tidak mengumpulkan tugasmu?" tanya guru setelah berada di samping bangku silfia.

"A-anu bu, entah ke-kenapa tugas yang saya kerjakan menghilang" ucap Silfia sambil menunduk, sementara para murid menatap puas kepadanya entah mengapa.

"Menghilang?, apa maksudmu?" tanya ibu guru, dan dengan gemetaran Silfia membuka bukunya dan terlihat bekas robekan kertas disana.

"Robek?, apa ini alasanmu kenapa tidak mengumpulkan bukumu?" tanya guru lagi yang hanya dibalas anggukan kecil Silfia.

"Dari kapan kertasnya sobek?"

"Sa-saya tidak tau bu, tapi pas tadi waktu istirahat, buku saya masih utuh dan saya meminjamkannya ke teman" jujur Silfia, para murid yang mendengar itu menjadi panik.

"Siapa yang meminjamnya Silfia?"

"Vi-vina" nama itu mulus keluar dari mulut silfia dan juga itu sukses membuat para murid tambah panik terutama Vina yang merupakan pelaku dan otak dari rencana penyobekan kertas tugas Silfia.

"Vina Mellani, berdiri!" perintah guru yang langsung dituruti Vina.

"Vina, coba jelaskan!, kenapa kau meminjam buku Silfia!, dan apa kau juga tau dari kapan buku Silfia robek?!" ~ guru

"Sa-saya meminjam buku milik Silfia karena tulisan milik saya minggu lalu tidak dapat saya mengerti dan karena itu saya meminjam buku Silfia untuk menulis ulang. Kalau tentang kertas yang sobek, saya tidak tahu apa-apa bu, saat itu buku Silfia tidak ada yang sobek. Setelah selesai menulis saya segera kembali menyimpan buku Silfia ke kolong mejanya" bohong Vina yang tentu saja diketahui semua murid dikelas, termasuk Silfia karena dia tau Vina bukannya menyalin pelajaran minggu lalu tapi menyalin jawaban, Silfia tau itu tapi sayangnya dia tidak tau bahwa Vina lah dalang dari semua ini.

"Apa kau yakin tidak melihat bekas sobekan kertas itu?" tanya bu guru.

"Tidak buk" ~ Vina

"Baiklah, kau boleh kembali duduk!" perintah guru yang dituruti Vina

"Dan untuk mu Silfia, kali ini ibu memberikanmu bebas, tapi bila ini terulang lagi, ibu akan memberikanmu hukuman, sekarang kau boleh duduk, dan ibu harap setelah ini kau menjaga kembali bukumu dengan lebih baik lagi" ucap ibu guru lalu berjalan kembali ke depan kelas.

"Baiklah, setelah ibu keluar kalian boleh pulang, dan juga apa ada yang bisa membantu ibu membawa buku-buku ini kekantor?" tanya guru kemudian dua orang siswa maju ke depan dan mengambil buku-buku itu.

"Kalau begitu selamat tinggal, sampai bertemu lagi minggu depan" salam guru kemudian keluar kelas dan diikuti dua siswa yang membawa buku.

Setelah guru keluar dari kelas, semua murid tidak langsung pulang, tapi malah mengerumuni bangku Silfia yang masih duduk mematung.

"Silfia, apa yang terjadi?, kenapa bukumu sobek?" tanya siswi A

"Sil, kau baik-baik saja kan?" tanya siswa B

Sementara Silfia hanya mengabaikan pertanyaan 'teman-teman'-nya dan lebih fokus memikirkan bukunya yang sobek hingga tidak jadi mengumpulkan tugas, hingga sebuah suara mengingtruksi gerombongan pelajar itu untuk pergi.

"HUS..., semuanya tolong beri ruang untuk pangeran kita yang akan menemui sang putri" lagi-lagi ucapan seperti itu keluar dari mulut seorang siswa dan diikuti dua siswa lain yang kali ini mengusir semua murid agar keluar dari kelas. Setelah semua murid keluar termasuk tiga siswa tadi, sekarang terlihat seorang siswa tertampan disekolah yang juga satu kelas dengan Silfia, siapa lagi kalau bukan si Wiliam yang kayanya minta ampun.

Terjadi keheningan diantara mereka berdua hingga akhirnya Wiliam yang jengah akan kesunyian membuka suaranya.

"Hah..., Silfia, apa kau tidak apa-apa?, apa kau tau siapa yang melakukannya?" tanya Wiliam tapi tidak dijawab oleh Silfia.

"Jawablah Silfia, jangan hanya diam!" ucap Wiliam sabil mengangkat dagu Silfia ke atas hingga kedua mata mereka bertemu dan disitulah Wiliam terkejut, kedua mata Silfia berair.

"Silfia?, kau... menangis?" tanya wiliam sambil menatap tidak percaya kewajah Silfia.

Silfia tidak menjawab, hanya diam dengan senggukan kecil.

Selang beberapa detik, Wiliam masih terdiam tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan Silfia masih menangis kecil. Sampai Wiliam yang tersadar bersuara kembali.

"Silfia?, kenapa kau menangis hanya dengan masalah sepele seperti ini?, ini hanya masalah kecil, kita berdua, aku dan kamu akan mencari pelakunya bersama-sama ok?, jadi berhentilah menangis ya!" ucap Wiliam mencoba menenangkan sambil mengusap air mata Silfia.

Silfia yang mendengar itu tetap diam karena bagaimanapun juga ini pertama kalinya dia merasakan bagai mana rasanya di bully disekolah.

Wiliam yang tidak melihat respon apapun dari Silfia segera melepaskan tangannya dari wajah Silfia kemudian memelukanya sambil beberapa kali mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja".

Di sela-sela pintu kelas, terlihat sebuah kamera ponsel genggam yang diarahkan kearah Silfia dan Wiliam yang sedang berpelukan.

TBC

Maap bila ada kesalahan dalam penulisan cerita ini dan trimakasih sudah membaca cerita saya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HUMANITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang