4

25 2 0
                                    

Jam masih menunjukan jam tujuh malam, Arey duduk di meja belajar nya dengan laptop yang menyala di depan nya.

Sekarang ini Arey memang sedang di sibukkan dengan menulis beberapa naskah drama untuk beberapa pertunjukan yang akan di mainkan oleh rekan nya di tim drama Antariksa 

Tok..tok..tok..

"Masuk aja mba Sri" suara Arey membuat pintu kamar nya terbuka dan menampakan Mba Sri perempuan yang terlihat muda tetapi sudah mempunyai anak satu, yang berkerja mengurus rumah Arey

"Arey ini mba bikinin susu, di minum ya, jangan tidur terlalu malem" perhatian bukan.

Ya. Arey memang dekat dengan mba Sri karna sang ibu yang biasa di panggil dengan sebutan 'mama' harus menjalani pengobatan khusus, karna terkena gangguan mental. Pada awalnya ia tak terima. tapi, berjalannya waktu membuat Arey sadar bahwa dengan jalan ini ia bisa merasakan pahitnya hidup dan menjadikan ia lebih dewasa.

"Tadi siang ayah nya Arey dateng kesini. Katanya dia mau bicara sama kamu, tapi kamu nya ngga ada, Arin juga pulang sekolah langsung tidur jadi ngga ketemu" jelas mba Sri yang berdiri di sebelah meja belajar Arey

"Ayah bilang apa mba?" Tanya Arey memberhentikan kerjanya

"Dia bilang ke mba, kalo kamu mau punya adik" Hati Arey rasanya ingin runtuh seketika

"Aku ngga peduli lah mba dia mau ngapain. Terserah dia aja"

"Mba aku minta tolong ke mba ya, besok kalo mba sempet tolong liat keadaan mama ya, akhir-akhir ini aku jarang kesana, takutnya mama gaada temen" lanjut Arey lalu meminum susu nya

"Iya nanti mba Sri kesana, mba cuma mau bilang kalo nanti adik kamu lahir, kamu jangan benci dia, dia ga salah apa-apa" setelah itu mba Sri kembali ke lantai bawah.

Arey bangkit dari tempat duduknya, ia melihat bingkai foto yang ada di dinding kamarnya. Menampilkan dua bayi perempuan yang memakai baju seiras berwarna biru

Arina Lugas Rinjani
Arey Lugas Himalaya

020202

Arey memiliki saudara kembar yang juga perempuan, sebenarnya Arey tidak terlalu membenci ayah nya, namun rasa kesal Arey yang selalu membuncah ketika mengingat sang ayah malah meninggalkan ibunya disaat bipolar sang ibu tidak terkontrol. Lain lagi dengan Arin yang sangat membenci ayahnya sampai suatu hari ia bicara 'gue ga punya ayah Rey'

Arey melangkahkan kakinya keluar kamar dan membuka pintu kamar berwarna putih bertuliskan 'kamar Arin'

"Ya ampun Arin, Lo belom ganti baju dari pulang sekolah?!" Arin yang mendengar itu kaget bukan main

"Lo kenapa sih Rin, cerita sama gue?" Belakangan Arin agak murung, namanya juga saudara kembar pasti ada ikatannya kan

"Di saat gue butuh dia, dia malah ninggalin gue Rey, dia jahat sama gue, dia bilang gue harus lupain dia gue gabisa rey, gue sayang sama dia" ucap Arin yang masih mengenakan baju putih abu-abu nya dengan mata berkaca memperhatikan Arey

Arey memeluk kembarannya itu
"Gapapa Rin, Lo ga boleh egois dia punya masa depan dan Lo masih punya gue yang sayang sama Lo" Arey berusaha menenangkan Arin yang masih sesegukkan di pelukan nya

"Percaya sama gue Rin, kalo emang dia di takdirin buat Lo sejauh apapun dia ninggalin lo, di ujung jalan yang dia tempuh selalu ada elo" Arey menepuk-nepuk punggung Arin yang masih berlinang

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang