03 Juli 2019

30 1 0
                                    

Hari itu masih sangat jelas hadir di depan mata, dimana jam 1 pagi aku terbangun untuk buang air kecil seperti biasanya, namun saat membuka celana dalam ada darah yg menembus celanaku itu. Aku panik, ak sedang hamil 2 bulan saat itu.  Aku raih handphoneku segera, aku menelepon suamiku yang sedang bekerja. Dia berusaha menenangkan katanya semua akan baik-baik saja. Akupun menjadi lebih tenang, aku kembali ke kamar, berusaha tidur sambil memegang perutku dan juga menggenggam tangan anak pertamaku yang masih tertidur pulas. Sebelum tidur aku masih sempat berdoa, agar bayi didalam perutku baik-baik saja.

Keesokan harinya aku bersama suami memutuskan untuk memeriksakan kandunganku ke dokter, untuk memastikan bahwa bayiku masih sehat. Selama menunggu giliran hatiku bergejolak, aku berusaha tenang tapi memang sangat susah. Sesekali masi kuraba perutku sambil mendengarkan cerita-cerita yang menenangkan dari suamiku.

Giliran kamipun tiba, aku masuk ke ruang dokter dan langsung menceritakan kejadian tadi pagi buta, dokter langsung menyuruhku untuk tidur di kasur dan melakukan USG. Hatiku semakin berdegub kencang.
"Wah ini sudah semakin kecil, janinnya tidak berkembang" kata dokter sambil terus melakukan USG pada perutku.
"Ini nanti akan gugur dengan sendirinya, tapi tidak tau kapan, jadi lebih baik kita ambil tindakan kuret sekarang".
Kepalaku langsung pening, pandanganku langsung kosong, baru rasanya kami bertiga berbahagia atas kehamilanku tapi harus seperti ini.
"Tidak ada cara lain dok" ak masih saja berusaha
"Kuret yang terbaik, hari ini saja ya, jam 3 sore, sekarang tes darah dulu, lalu daftar ke ruang tindakan"
"Baik dok" suamiku menggenggam tanganku mengajak keluar ruangan, aku masih berusaha menata hati, namun ketika sudah diluar ruang praktik tangisku pecah dah langsung membahana. Aku tidak peduli dengan ramainya orang kala itu, yang aku tahu hidupku hancur. Suamiku langsung memeluk tanpa berkata apapun. Sampai akhirnya dia berkata lirih "Sabar sayang, mungkin memang harus seperti ini, yang penting kamu tidak apa-apa". Aku tetap menangis smbil memeluk perutku yang sudah sedikit menonjol itu. Dalam hati aku berkata, kenapa kamu pergi secepat ini nak?.

Little Love in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang