Prolog•

292 6 0
                                    

  Wajah wanita itu datar.
Ia menghela nafas semakin dalam dari sebelumnya.

Tempat ini semakin panas.
Ruangan pengap yang di takuti oleh cahaya dari luar adalah satu-satunya saksi bisu selama beberapa hari ini.

Ruangan ini sudah tidak layak di sebut sebagai ruangan.
Lebih tepatnya disebut sebagai kuburan masal.
seluruh sudutnya di penuhi oleh daging yang berceceran dan beberapa potongan tubuh yang sudah berair dan mengeluarkan bau amis dan busuk.

Suara sunyi yang begitu mencekam dan lantai yang lembab karena air berwarna merah yang perlahan-lahan mengental nan kotor semakin membuat kesan bahwa tempat ini tidak pernah terawat dan di abaikan.
dinding ruangan yang semula berwarna kuning telur kini berubah menjadi bercak merah yang bau.

Seorang gadis yang tengah duduk di kursi dengan kaki dan tangan yang terikat masih belum sadarkan diri setelah beberapa hari dan seharian penuh ini di siksa dengan sadis.
Dia satu-satunya orang yang masih tersisa Dan bernafas di dalam kuburan masal ini.

"Ha-Ha-Ha-Ha......".
Gelak tawa horror itu tidak bisa terhindar dari tempat sunyi ini.
Tawa itu seolah-olah memenuhi ruangan gelap yang di isi oleh seseorang Gadis yang sudah lemas kehabisan darah.

Entah dari mana asalnya, Iblis itu perlahan menyalakan korek api yang sedari tadi ia bawa dan menyalakan lilin yang sengaja ia matikan semalam.
Ternyata, sedari tadi, dia hanya berdiri di sudut ruangan sembari melihat gadis yang tengah pingsan itu tanpa melakukan apa-apa.

"Tolol... hhhh".  Desisnya pelan.

Gadis itu mulai menggerakan kepala yang tertunduk dari tempat duduknya.
Matanya mulai menangkap bayangan seseorang yang akan siap membantainya.

Apakah ini adalah hari terakhirnya?
Semoga saja benar.
Dia tidak ingin berlama-lama di tempat terkotor ini.
Dia tidak ingin hidup dalam kesakitan di tempat menjijikan ini.
Goresan luka di pipi dan di seluruh tubuhnya  sudah tidak bisa ia rasakan sakitnya.

saat gadis itu melihat mata sang Iblis, dia langsung bersuara.k
"Bunuh aku".
Hampir tidak bisa di dengar oleh sang Iblis karena suaranya benar-benar parau.

Dia sudah tidak merasakan apapun.
Dia hanya ingin cepat mati agar semua kesakitan dan penderitaannya berhenti sampai disini.
Sekarang.!

Gadis itu terkekeh pelan.
Meludah di depan sang Iblis yang telah menyekap dan menyiksanya selama beberapa hari.
Meludah.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan disini.
Dan satu-satunya perbuatan kesukaannya.

"Puas??" Gadis itu melanjutkan.
"Hahahahaha". Tertawa juga bagian dari kesukaannya selain meludah didepan Iblis itu.

Namun semua perlakuan dan omongannya tidak di hiraukan oleh Iblis didepannya yang sekarang sibuk mengelus pisau kecil tajam yang selalu ia bawa.

Gadis itu melihat di sudut ruangan, di mana bangkai seseorang yang tengah bersandar di tembok menghentikan suaranya.
Dia ingin bernasib sama seperti orang yang mati dengan keadaan tenang seperti itu.
Dimana ia tidak akan merasakan sakit yang luar biasa lagi.

Sang iblis kini melihat apa yang tengah Gadis itu lakukan.

"Ingin seperti dia?". Tanya sang iblis.

Gadis itu mengangguk kecil.
"Keluar, atau mati". Jawabnya.

Iblis itu menggerakan tulang pipinya.
Terkekeh sehingga menunjukan gigi atasnya.

No RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang