chap 3

17 3 0
                                    

CHAPTER 3

*

Tertatih-tatih, aku mendekati satu layar yang berada di lorong sekolah. Biasanya, lorong itu menjemukkan bagaikan film usang tapi pagi ini, dengan layar plasma yang terpasang tinggi dan kerumunan murid yang berbisik-bisik parau, aku pun jadi tertarik. Apalagi Yora ikut menarikku masuk ke dalam lautan manusia yang tersebut.

"Terungkap oleh media bahwa Pengacara Cha memiliki seorang anak laki-laki yang selama ini disembunyikan oleh keluarga besar mereka ...

... desas-desus tersebut akhirnya mendapatkan titik terang. Putra Pengacara Cha yang selama ini diberitakan meninggal justru muncul di publik; Min Yoongi."

Yora terkesiap, begitu pun murid di sekitarku. Nama Min Yoongi mungkin punya banyak rupa, tapi satu profil wajah yang ada di layar tersebut tidak dapat mengecoh kewarasan kami. Dia Yoongi yang biasa aku lihat.

"Cih, pantas saja dia seenaknya. Ayahnya adalah Pengacara Cha dan Ibunya ..."

"Sampai saat ini belum ada keterangan lebih lanjut dari Presdir Haneul mengenai putra mereka."

"Seorang Presdir kaya itu!" pekik sahabatku tersebut. Aku seperti ditampar telak. Bagaimana mungkin Yoongi yang itu? Yang selama ini terlihat tidak punya semangat hidup justru ternyata anak emas yang disembunyikan kedua orang tuanya? Apakah dia adalah ... rahasia?

Aku mengeryit heran. Ini bukanlah yang aku ingin lihat. Aku bahkan masih menangih janjinya untuk mengatakan hal yang seebarnya kepadaku! Yah, aku perlu menanyakannya langsung daripada terus tenggelam dalam pemberitaan bohong ini.

"Dia berasal dari sendok emas."

*

*

Sore itu, aku tetap menunggu layaknya gadis polos. Aku tidak tahu apakah dia akan datang meskipun aku yakin 101% dia tidak akan datang apalagi dengan banyak awak media di depan sekolahku. Sekolah kami tidak pernah mendapatkan tempat di publik tapi hanya karena satu kabar terkuak seperti sekarang, kami seperti berada di tengah-tengah segalanya. Sekolah ini seperti punya wajah baru yang dapat dipamerkan dengan angkuh.

Apakah aku harus menyalahkan Yoongi?

Aku menunggu Yoongi dalam cemas. Pemikiran bahwa dia lenyap kemudian sudah mati sudah menghantuiku dengan sangat mengerikan. AKu tidak dapat memikirkan apapun lagi selain, apakah dia benar-benar serius atau hanya sekadar mempermainkanku? Aku sudah gila seharian ini dan akan bertambah buruk jika dia tidak muncul padahal dia sudah berjanji kepadaku. AKu tahu, seharusnya aku tidak terlibat sejauh ini.

Seseorang menyelinap masuk, mengenakan hoodie gelap. Aku langsung terkesiap dari posisi dudukku kemudian mendekatinya.

"Si—siapa kau?"

"Kau teman Yoongi-ya?'

"Ya! Apakah kau tahu di mana dia?"

Pemuda itu tersenyum misterius lantas memberikanku amplop. "Dia akan kembali. Jangan khawatir. Kalau begitu, aku pait." Aku hendak menahannya, namun dia lebih dahulu ebralik kepadaku. "Kau tidak perlu cemas. Sungguh."

"Tapi berita di media itu.."

"Itu bukan masalah besar. Yang lebih besar, itu justru di depan matamu sendiri." Kemudian dia membungkuk dan pergi dari hadapanku. Aku merasa kosong dalam tempo cepat. Apa-apaan itu semua? Namun, sebelum aku bergerak lebih jauh, aku lebih dahulu memasukkan amplop tadi ke ransel dan pergi dari tempat itu.

*

*

Ini hanyalah amplpo, tapi mengapa aku tegang bukan main? Ini bukan surat cinta! Astaga, biarpun ini dari laki-laki seperti Yoongi aku tidak sampai berpikiran bahwa dia akan memberikanku surat cinta di momen seperti ini. Aku membukannya hati-hati seolah aku dapat merobeknya dalam tempo cepat.

"Aku tahu kau bingung. Tapi tenanglah sejenak. Aku tidak pergi begitu saja, ada banyak hal yang harus aku urus. Kau tahu? AKu ingin menunjukkannya kepadau tapi aku menundanya. Ada banyak pikiran di kepalaku apalagi kau sudah tahu identitas kedua orang tuaku. Semua orang pasti heboh ya sekarang? Apalagi, kau mungkin masih terkejut soal pembicaraan kita tempo hari....

Soal dia yang mati. Aku cepat menggeleng kepalaku.

"Aku akan menunjukannya nanti, aku janji. Sekarang, kau hanya perlu menutup mulutmu. Jika ada yang bertanya soalku, kau tidak perlu terlibat. Aku hanya bersembunyi unyuk sekarang karena aku benci disekap keluargaku terus menerus. Aku benci dalam kurungan, jadi jangan khawatir. Kau tahu? Aku memang tahu waktu kematianku, tapi tidak sedekat ini. Aku tahu persisnya tapi kau tidak perlu cemas sekarang. Lagipula kematianku itu sepertinya tidak akan berpengaruh kepada kehidupanmu. Tetap jaga dirimu. Aku akan kembali.

- YOONGI.

Aku tertegun, cukup kama. Lembaran itu jadi lebih kosong daripada yang aku mau. Dia hanya berusaha menjelaskan hal semcacam ini? Yoongi tidak pernah pengerian. Aku tahu tapi sekarang rasa kesal dan penasaranku bagaikan ledakan atom yang tidak akan terputus. Bagaimana bisa dia pergi seenaknya begitu saja setelah semuanya menanyakan di mana kerbarannya? Aku tah, aku tidak perlu percaya soal kematian atau pun hal-hal mengerikan semacam itu. Tapi Yoongi mengatakannya seolah dia menyakini itu. Aku pun mau tidak mau jadi setengah mempercayainya.

Kematianku tidak akan berperangaruh kepada kehidupanmu.

Apa yang dia sembunyikan sebenarnya? Dan apa yang dia berusaha tunjukkan?

*

*

BLACK CARD.

Setengah mengerjap, aku mengusap tulisan yang terlampir di bagian bawah surat tersebut. Black Card?

[]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ECLIPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang