PROLOG

173 39 67
                                    

Hallo semua saya kembali dengan membawa Prolog di cerita ku ini . Jangan lupa di putar playlistnya!.

"Don't Watch Me Cry - Jorda Smith. (Cover by Alexandra porat)

Happy Reading...!

❤❤❤

Present day 11.00 AM
Room VIP Mount Elizabeth Hospital - Singapore

Di sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih dan cream itu terbaring seseorang laki-laki yang sedang berjuang melawan penyakitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih dan cream itu terbaring seseorang laki-laki yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Dokter menvonis laki-laki tersebut menderita kanker otak stadium akhir.
Di sampingnya tampak seorang wanita yang duduk dengan pandangan selalu tertuju pada laki laki tersebut sambil menggenggam tangannya, perlahan-lahan kelopak mata lelaki tersebut terbuka.

"Sayang...?" tanya wanita tersebut.

Laki laki itu tersenyum sambil menjawab "iya, wanita terhebatku."

" Apa yang kamu rasakan? kamu lapar, kamu haus, mau minum hmm...? " ucap wanita itu sambil mengusap kening laki-laki tersebut.

"Iya, tolong ambilkan, please!" jawab laki-laki itu.

Wanita tersebut mengambil minuman di atas meja dan dengan perlahan-lahan membantu lelaki itu untuk sedikit demi- sedikit meminumnya.

"Bagaimana keadaan anak-anak sayang...?"

"Anak-anak sedang di kediaman keluarga Sudjatmiko". jawab enggan wanita yang bernama Alethaa itu.

Tiba-tiba sang laki laki yang bernama Andrew itu memegang kedua tangan sang istri yang sangat di cintainya itu.
"Kamu mau berjanji satu hal padaku hmm...?" ucap Andrew.

"Aku tidak mau, aku tidak mau mendengar apapun yang kau katakan!" jawab Alethaa dengan nada tinggi sambil memalingkan wajah dari sang suami, perlahan-lahan bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipi wanita cantik tersebut.

" Hei..hei... Jangan menangis sayang, Please! jangan menangis!" Andrew perlahan-lahan beranjak dari tempat tidur dan memeluk sang istri. Seketika tangis Alethaa pecah. Alethaa menangis dengan hebatnya, Andrew menenangkan sang istri sambil terus memeluk sambil mengusap punggungnya dan membisikan kata-kata cinta untuk menenangkan Alethaa. Setelah Alethaa sudah tidak menangis sehisteris tadi, Andrew melepas pelukan Alethaa dan dengan perlahan mulai menghapus air mata sang istri.

"Dokter mengatakan, kemungkinan aku bertahan hidup sangat kecil." lanjut Andrew.

"Dokter bukan Tuhan!" sentak Alethaa seketika emosinya naik.
"Demi Tuhan, dia bukan Tuhan yang bisa memprediksi hidup dan mati seseorang." tangis Alethaa kembali pecah dan Andrew kembali memeluk dan menenangkan istri.

"Benar dia bukan Tuhan, akan tetapi dia hanya menjalankan tugasnya, dengan mengupayakan semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasiennya , tapi hasil akhirnya Tuhan yang menentukan. Kita sudah sering membicarakan hal ini bukan lambat laun pasti akan ada dimana kita harus terpisah jarak , ruang dan waktu, tapi percayalah walau ragaku tidak ada di sampingmu tapi aku akan tetap hidup di hatimu."

OUR FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang