"Cekkk cekkkk jiaan mantul tenan," gumam Parjo sambil memandangi foto yang baru saja dicetak. Senyumnya melekat di pipi kanan kiri plus bibirnya yang selalu manyun. Sepertinya hari ini ada hujan bahagia di hatinya. Basahnya sampai pada ruang kering di dadanya. Mak nyesss! Adem.
"Kau ini gendeng apa, Jo. Senyum-senyum sendiri," tegur Mat Boler karibnya. Mereka sama-sama jones (jomblo ngenes) yang sering mangkal di pos kamling ujung desa.
"Lihat ini, Mat. Lihat...!" kata Parjo sambil memperlihatkan sebuah foto keluarga ukuran 4R.
"Wuiiihhh jiamput! Ini foto siapa, Jo? Keluarga siapa ini?
Lha ini kayak wajahmu?" Mat Boler memberondong Parjo dengan berbagai pertanyaan. Matanya masih mendeliki foto yang disodorkan oleh Parjo. Sebuah foto keluarga yang kelihatan harmonis lengkap dengan seorang anak manis dalam gendongan ibunya."Ini istrimu? Kapan kamu nikahnya?" tanya Mat Boler penasaran. Ia mengingat-ingat kapan kira-kira Parjo pernah menikah, sebab selama perkoncoannya Mat Boler tak pernah melihat Parjo punya gandengan, Upss... kayak truk aja hehehe.
"Ini anak dan istrimu?"
Mat Boler masih penasaran, sementara Parjo senyum-senyum sendiri. Matanya berbinar-binar cemerlang seperti lampu senter yang baru diganti baterainya. Sesekali kepalanya geleng-geleng, entah apa yang dirasa, mungkin telinganya gatal dengan pertanyaan Mat Boler yang sesungguhnya sangat menusuk hati lelakinya.***
"Gawat Mat, gawat,"Sore itu Parjo tampak panik, tergesa-gesa menemui Mata Boler. Wajahnya pucat, keringatnya mengucur deras seperti pancuran.
"Apanya yang gawat, Jo. Ada apa?" tanya Mat Boler ikutan panik. Baru kali ini ia melihat Parjo begitu ketakutan.
"Ada hantu to? Masak sore begini sudah muncul. Biasanya kan malam hari, saat gelap," canda Mat Boler sekenanya.
"Hantu gundulmu," jawab Parjo sebel.
"Ehhh...tapi ini lebih menakutkan dari hantu," sambung Parjo makin serem.
"Apaaaa?" teriak Mat
Boler ketakutan. Secara reflek ia berlari mencari tempat persembunyian yang aman."Mat...kau di mana? Jangan tinggalkan aku!" teriak Parjo bingung.
"Aku di balik Pos?" jawab Mat Boler ketakutan.
Segera Parjo berlari menyusul Mat Boler. Nafasnya terengah-engah. Detak jantungnya berdentam-dentam saking takutnya. Mereka merunduk di belakang pos kamling dengan wajah pucat pasi, seolah menunggu sesuatu yang menyeramkan akan muncul di hadapan mereka. Semenit, dua menit tidak terjadi sesuatu yang menakutkan. Justru apa yang mereka lakukan menimbulkan pertanyaan oleh orang yang lalu lalang melewati pos kamling.
Bahkan anak-anak kecil yang pulang TPA ikut merasakan hawa ketakutan mereka. Lalu buru-buru pulang ke rumah masing-masing. Padahal biasanya mereka akan ngepos di situ bersenda gurau dengan Lek Parjo dan Lek Mat panggilan keren mereka.
"Aman, Jo. Gak lewat sini mungkin?" kata Mat Boler memecah keheningan. Kepalanya tengak tengok seperti serdadu yang sedang gerilya.
"Siapa?" tanya Parjo bingung.
"Lha yang menakutkan dari hantu tadi apa?" jawab Mat Boler keras.
"Nganu...Mat," jawab Parjo cengar-cengir kemudian berdiri dan keluar dari persembunyian.
"Nganuuuu....,"
"Lha...lha....ketemu di sini kau...!" Sebuah suara menggelegar mengagetkan mereka.
Mat Boler melongo melihat Parjo berteriak-teriak histeris, ketika seorang perempuan menjewer telinganya dengan sekonyong-konyong."Ampuuunnn," teriak Parjo.
"Mbak, mbak ini ada apa? Gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba menganiaya teman saya,'' tanya Mat Boler mencoba menengahi.
"Ohhh, ini temen sampeyan ya Mas? Jangan ikut campur ya ... Si Parjo ini punya hutang sama saya. Janjinya habis lebaran mau dikembalikan. Eh ini sudah seminggu nggak ada beritanya. Tiap kali ditagih selalu sembunyi." ucap wanita itu tanpa melepaskan tangannya yang nangkring di telingan Parjo.
"Lho.... Sampeyan?"
Mat Boler seperti mengingat sesuatu. Ya, sepertinya ia pernah melihat wanita ini.
"Sampeyan istrinya Parjo? Mana putranya mbak?" kata Mat Boler sambil mengulurkan tangan.
"Kampreeet, istri apaan?" jawab wanita itu dengan wajah bersungut-sungut. Lalu menceritakan persoalannya pada Mat Boler.
Sontak Mat Boler tertawa ngakak, "Guendeenggg sampeyan iku, Jo. Menyewa Mbake dan ponakannya yang kecil untuk Poto keluarga. Mana mbayar sewanya diangsur lagi."
Parjo mati kutu.
"Aku kan bosen jadi jomblo, Mat. Pengen punya keluarga seperti orang-orang itu."
"Jadi hutang Parjo kurang berapa, Mbak?" tanya Mat Boler sambil mengeluarkan dompet.
"Ini angsuran yang ke empat mas, kurang tujuh puluh lima ribu. Kalau kontan dua ratus ribu, Mas." jawab wanita itu sambil melepaskan jewerannya.
"Ini mbak, lunas ya,"
"Sah...lunas!"Parjo garuk-garuk kepala, pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foto 4R
Short Story"Kau ini gendeng apa, Jo. Senyum-senyum sendiri," tegur Mat Boler karibnya. Mereka sama-sama jones (jomblo ngenes) yang sering mangkal di pos kamling ujung desa. "Lihat ini, Mat. Lihat...!" kata Parjo sambil memperlihatkan sebuah foto keluarga ukura...