She's

7 1 0
                                    

Dino pov

Aku mengintip rumah baru yang berhadapan dengan rumahku. Dapat ku lihat beberapa orang sedang sibuk mengangkut kardus yang sepertinya cukup berat.

Hendak membantu tapi takut berkeringat. Gak jadi ah.

Aku menutup kembali tirai jendela yang tadi ku buka sedikit lalu menghela nafas dan menatap foto keluarga yang terpajang di dinding ruang tamu.

Ada mamak, bapak, dan dua adik kembar perempuanku yang benar benar menyebalkan.

Saking menyebalkannya, mereka selalu mengejekku yang katanya mirip dengan peramal.

Aku berjalan dan duduk di kursi rotan yang tak jauh dari jendela.

Seandainya aku tak punya kemampuan mengetahui isi hati dan pikiran seseorang, mungkin aku sedang bersekolah dan sudah memiliki pacar.

Ding dong

Aku menoleh pada pintu rumah yang tepat berada di samping jendela lalu berdiri dan kembali mengintip melalui jendela.

Ada seorang cewek membawa sepiring kue dan sepiring rendang. Seketika aku menjadi lapar.

Aku pun membuka pintu dan berusaha tersenyum ramah.

Dia menyodorkan kedua piring tersebut dengan senyum terpaksa.

"buat lo" gue terpaksa. Ucapnya dengan diiringi suara batin.

Aku berdecak lalu bersedekap dada dan menatapnya. "kalo gak niat gausah"

Dia memelotot sejenak lalu berbalik dengan menbawa makanan tadi senbari menghentakkan kaki. Biarkan saja aku kelaparan, yang penting aku tidak memakan makanan dari orang yang ngasih secara terpaksa.

Tapi... Aku lapar.

Aishh. Aku memasuki rumah lalu menutup pintu dan berjalan menuju dapur untuk mencari sepiring makanan yang mungkin dapat mengganjal rasa laparku.

Saat ku buka kulkas, nihil.

Saat ku buka lemari, nihil.

Aku ingin membuka yang lainnya, tapi rasa malas lebih dominan. Aku pun berdecak lalu duduk di kursi makan.

Nih mamak kapan pulang dah, aku menatap jam dinding. Jam 17:16. Sebentar lagi mamak pulang.

Tapi, si kembar ini kemana coba?

Kerjaan mereka padahal cuma sekolah, makan, tidur, ngerepotin, dan selalu merengek padahal mereka sudah kelas 3 smp.

Tadi pagi mereka izinnya kan sekolah,  trus aku anter. Siangnya mereka pulang, ganti baju trus izin ke..........

ASTAGAAAA

mereka izin tugas kelompok dan seharusnya pulang pada pukul 16:00 tadi. Aishhhh

Aku pun berlari menuju pintu keluar. Sebelumnya, aku mengambil kunci mobil yang tergantung di belakang pintu dan terus berlari menuju bagasi untuk mengeluarkan mobil.

Semoga saja mereka tidak marah marah. 

Saat mobil telah keluar dari bagasi, aku menatap cewek tadi yang sedang menyapu halaman dengan wajah masam.

Apa memang dia tak bisa senyum? Sejak pertama bertemu wajahnya sudah tertekuk.

Aku menjalankan mobil dengan perlahan agar dapat mendengar suara isi pikirannya.

"pindah ke rumah yang jelek. Katanya banyak duit, tapi malah pindah ke perumahan sempit. Hishhh tau gini fue ikut mami aja. Pake di suruh nyapu segala. Taik Taik Taik." lalu gadis itu melempar sapunya.

Hadehh gajelas.

Aku pun mulai menjalankan mobil dengan kecepatan yang wajar. Sampe di sana bilang aja jalanan macet.

Dino pov end

Author pov

Saat sampai di tempat si kembar, si kembar langsung berjalan memasuki mobil dan Dino langsung di hujat habis habisan oleh kedua adiknya.

"abang ini, kenapa lama banget? Sudah setengah jam kita nunggu. Liat sekarang jam berapa?  17:42 abang mau bikin kita jadi orang negro? Di sini tuh panas taukkk.  Pokoknya Marsha sama Binar bakal bilang ke mamak sama bapak kalo abang sudah nyiksa kami berdua. " celoteh Marsha yang paling cerewet. 

Binar yang sudah duduk di belakang mendengus "iya iya, ntar kita bilang ke mamak sama bapak. Kamu diem, aku mau tidur capek"

Marsha pun menoleh pada Binar yang telah mata sembari bersandar pada kursi mobil. Seketika wajah Marsha yang tadinya merah padam kembali berwarna kuning langsat. 

Ia kembali menatap Dino yang sedang sibuk menyetir dengan wajah menahan senyum.

"bang, jabarkan isi hatinya Binar dongg. Dia marah sama Marsha gak? Sejak keluar tadi Marsha emang udah bikin dia kesel" ucap Marsha dengan suara yang dipelankan takut Binar mendengar.

"dia bilang, 'Marsha ini cerewet banget, untung sodara. Kalo enggak, mungkin sejak dulu dia udah gak bernyawa'. gitu katanya"

Plakk

Dari belakang Binar memukul kepala Dino hingga membuat Marsha terjungkal kebelakang karena terkejut.

Untung Dino sempat membaca isi pikiran Binar hingga ia tak ikutan kaget massal dengan Marhsa.

"dasar tukang adu domba!"

Dino mengabaikan ucapan Binar. Bukannya menyetir mobil menuju pulang, Dino malah menyetir mobil menuju minimarket.

"kita belanja dulu, makanan di kulkas abis. Kalian kalo mau beli sesuatu satu macam aja. Abang belanjanya banyak, kalo kalian belanja banyak juga, bayar sendiri" ucap Dino sebelum keluar dari mobil.

Si kembar hanya berkata "iya bang"

Saat Dino hendak memasuki minimarket, Dino melihat cewek yang tadi marah marah sedang memasuki market dengan wajah tertekuk dan kaki yang dihentak hentakkan.

"semoga gue gak kena pelototan lagi" gumam Dino yang malah mendapat tatapan bingung dari kedua adiknya.

Bersambung

Butuh komen kalian untuk cerita pertama Abang yaa.

My GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang