"Mamiiii."
"Mamiiii"
"Mamiiii."
Eya meneriaki sang ibu saat memasuki rumah-nya, Eya berjalan seraya memasang wajah muram.
"Ya ampun Eya, masuk rumah bukannya ngucap salam ini malah teriak-teriak. Gak sopan banget sih, malu tuh, mami lagi ada tamu." Omel Zely pada Eya.
Eya masa bodoh dan lalu menghempaskan tubuh-nya di sofa depan teve.
Seraya merengek. "Mami, Eya tuh lagi kesal. Masa tadi ada cowok ngeselin banget, nuduh-nuduh Eya ngikutin dia, malah tadi Eya di katain penguntit segala. Huaa." Adu Eya pada Zely.
Eya memang selalu seperti itu, dia selalu menceritakan hal apapun pada mami-nya. Menjadikan-nya teman curhat kala kondisi hati-nya sedang tidak beres.
"Siapa yang berani ngatain anak mami penguntit, siapa? Bilang sama mami, nanti mami jewer telinga-nya." Ucap Zely menenangkan.
"Ada. Dia juga sekampus sama Eya tapi gak tau siapa namanya. Eya lupa." Ucap Eya sambil terus merengek.
"Yaudah, besok mami cari tahu orang-nya. Udah sini, mami mau kenalin kamu sama temen mami."
Eya mengernyit, lalu bertanya. "Siapa mi?"
Zely hanya tersenyum. "Udah ayo."
••••
"Nah, kenalin ini Tante Aeera. Teman kuliah mami dulu." Ucap Zely mengenalkan.
"Wah.., cantik sekali anakmu. Mirip kayak mami nya waktu muda ya." Ucap Aeera memuji.
Eya hanya tertawa seraya memberi salam pada Aeera. "Kalau sekarang udah tua ya Tante?" Tanya Eya spontan.
Sontak Aeera langsung tertawa. "Enak aja, mami sering perawatan tau." Ucap Zely tak terima.
Mereka tertawa. "Ma." Hingga suara berat itu terdengar di telinga.
Mereka semua menoleh ke asal suara.
"Elo?" Eya terkejut kala melihat pria di depan-nya.Sementara pria itu hanya memandang tanpa ekspresi, tak merasa terkejut sama sekali. "Lho, kamu kenal sama anak Tante Aeera." Tanya Zely heran.
Eya mendengus. "Ini lho, mi. Cowok yang aku bilang tadi, kok elo ada disini sih?" Ujar Eya seraya menatap sinis lelaki di depannya.
"Ini anaknya Tante Aeera." Ucap Zely.
Aeera tersenyum, lalu menarik anaknya mendekat. "Iya, kenalin ini anak Tante. Namanya Cross, dia baru datang dari Sydney Minggu lalu." Ucap Aeera mengenalkan Cross pada Eya.
Eya hanya mendesis, lalu berkata. "Enggak ah. Anak Tante nakal, dia jahat sama aku." Eya melipat tangannya di dada.
Sementara Cross hanya menggeleng tak mengerti pada gadis di depannya ini. "Hush. Kamu jangan ngomong kayak gitu." Tegur Zely.
Eya cemberut. "Ih, mami. Dia ini emang jahat kok, kan tadi aku udah cerita sama mami." Protes Eya dengan bibir mengerucut.
Aeera hanya tertawa, Eya gadis yang lucu.
"Emang Eya di apain sama anak Tante, hmm?" Tanya Aeera lembut.
Eya langsung menoleh lalu berkata. "Tadi aku di tuduh penguntit sama dia, padahal kan enggak. Nyebelin." Ungkap Eya sembari menjulurkan lidahnya pada Cross.
"Emang bener kok, dia tuh tadi ngikutin aku ma." Ucap Cross membela dirinya.
"Ih, orang enggak kok!" Tolak Eya.
"Udah jelas Lo ngikutin gue, gak mau ngaku lagi." Balas Cross.
Akhirnya dua orang itu adu mulut, para ibu di depannya hanya memandang heran di sertai senyuman.
"Udah. Udah. Kenapa jadi ribut sih, baikan gih baikan." Ucap Zely menengahi.
"Iya Cross gak boleh gitu, minta maaf gih sama Eya." Titah Aeera pada putra sulungnya.
Cross menatap Eya tajam, lalu menghembuskan napasnya berat.
Berhubung Cross pria yang dewasa, akhirnya dia mengalah.
"Sorry." Ucap Cross biasa saja.
Eya mendelik. "Apaan tuh, gak ikhlas minta maafnya."
Cross mendengus. "Sorry, Eya. Maafin gue." Kata Cross dengan senyum terpaksanya.
Eya mengangguk senang, sementara Cross menatap sebal pada Eya.
"Yaudah, kamu mandi gih. Bau." Ucap Zely seraya menjepit hidungnya dengan tangan.
"Ih, mami. Eya nggak bau tau, enak aja."
"Kamu bau, abis keringetan soalnya. Udah sana mandi dulu, gak malu apa sama Cross tuh." Titah Zely memaksa walau sebenarnya Eya memang tidak bau, tapi kalau tidak di gituin Eya gak akan mau mandi.
"Ish, mami." Eya cemberut lalu menatap lesu pada sang ibu.
Sementara Aeera menatap gemas pada Eya. "Iya Eya, kamu mandi dulu gih sana. Abis panas-panasan kan, biar seger lagi." Ujar Aeera berniat membantu Zely.
"Eya laper tapi--"
"Nanti kita makan siang abis ini, bareng Cross sama Tante Aeera" Ucap Zely seraya mendorong bahu putrinya itu.
"Udah sana." Titah Zely lagi.
Eya hanya mendengus pasrah, lalu berjalan gontai menuju kamarnya.
Cross hanya tersenyum menatap kepergian Eya.
Senyum berjuta makna.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTED - End 2019 | Proses Revisi
RandomEya Rodriguez adalah satu - satunya perempuan yang paling cuek mengenai penampilan, dia tidak pernah make up, keramas pun bisa dihitung oleh jari dalam sebulan. bahkan Eya cuek jika ada satu atau dua jerawat mampir diwajahnya, rasanya tingkat percay...