Aku bahagia bersamamu, dulu
Aku tidak akan menyalahkanmu atas perpisahan ini, karena pada akhirnya aku menyadari bahwa tidak ada yang salah dari sebuah perpisahan. Namun, secerca tanya masih terngiang pada bagian labirin ingatan. Jika saja kau berniat meninggalkan, lantas mengapa kau mengimingiku dengan seberkas masa depan dan kebersamaan selamanya?
Sungguh malam itu adalah malam terburuk bagiku, ketika kau mengatakan sebuah kalimat yang membuat jantungku berdegup kencang dan mulutku terdiam seribu bahasa. Malam itu dihadapanmu aku mencoba untuk menahan air mataku agar tidak jatuh, mengiyakan kalimat yang telah kau lontarkan adalah jalan satu-satunya saat itu. Aku patah, aku runtuh, dan aku hancur. Aku tak bisa mengumpat dari semua ini, aku merasa telah kehilangan seseorang yang paling membahagiakan saat itu.
Mulai detik itu kau bukan milikku lagi dan mulai detik itu juga aku akan belajar untuk mengikhlaskanmu. Satu hal yang perlu kamu tahu, bahwa aku tidak akan pernah berusaha untuk melupakanmu karena dirimu ada dibagian terkecil ingatanku dan aku akan mensyukurinya sebagai mesin waktu.
Saat itu aku selalu meminta pada Tuhan agar mengembalikan kita pada titik itu, kala kita pertama kali bertemu. Kau pasti masih mengenaliku dengan baik, namun langkah kakimu semakin menjauhiku dan wajahmu selalu berpaling dariku saat tak sengaja kita berpapasan. Dan aku menyadari, bahwa kita hanyalah sebatas pernah. Ya, pernah saling mendoakan dan saling membahagiakan.
Aku tidak munafik, suatu waktu beberapa bagian dari kenangan terlintas didalam pikiran tapi aku selalu menyambutnya dengan baik. Aku tidak pernah berusaha menolak ketika kenangan itu mampir bertamu ke dalam pikiranku, kenangan selalu berhasil membuatku halu dibawanya.
Dulu kita adalah dua anak manusia yang saling bertukar kabar, tapi sekarang kita adalah dua anak manusia yang saling mengasingkan.
Terimakasih teruntuk semesta telah mempertemukan kami, dan
Terimakasih teruntukmu telah hadir dan mengajariku hal-hal kecil yang mungkin dapat ku jadikan sebagai pelajaran hidupku.
Holaa gaess!! Jangan lupa vote and comment ya biar author semangat hehee
KAMU SEDANG MEMBACA
FRI(END)
RomanceDia membuktikan bahwa aku sepenuhnya keliru. "Kenapa harus begini sih?" ucapku dengan suara yang sangat parau. Aku ikhlas, tetapi mengapa harus dengan teman dekatku? Aku porak poranda, runtuh, kecewa.