Two

333 61 17
                                    

Aurel dan Aquila melangkah menuju perpustakaan dengan raut wajah panik. Membawa buku cetak Matematika di masing-masing tangan kanan, dengan sangat tergesa-gesa mereka melepas masing-masing sepatu sebelum masuk, karena itu adalah peraturan sekolah. 

"Gila, ya, si Arkan! Kerjain PR gak bilang-bilang! Jahat banget, ih!" gerutu Aquila kesal seraya mencari-cari buku referensi yang bisa dipakai sebagai bantuan. Aurel terkekeh pelan mendengar gerutuan gadis di sampingnya itu.

Hari ini Aurel dan Aquila sangat kesal. Pagi tadi ketika baru saja sampai di kelas, ternyata sudah banyak yang mengerjakan tugas Matematika, padahal mereka sudah sepakat untuk tidak mengerjakan tugas tersebut dikarenakan sangat sulit. Lantas saja mereka sangat kesal, dan yang lebih membuat mereka ingin memakan Arkan, ialah lelaki itu tidak memberitahu apa-apa pada mereka. Devan yang memang jarang membuka groupchat pun sebenarnya tidak tahu. Tetapi karena talenta menulisnya yang cepat, jadilah lelaki itu tenang.

Setelah beberapa menit mencari, akhirnya Aurel dan Aquila menemukan buku referensi yang sangat membantu. Dengan cepat mereka mengambil tempat duduk yang strategis dan nyaman, yaitu di paling ujung belakang.

"Gue heran, deh, sama yang lain. Kenapa coba niat banget ngerjain tugas si Minar? Sok pinter!" gerutu Aquila seraya berusaha menulis dengan cepat. Gerutuannya lagi-lagi dibalas oleh kekehan Aurel. Gadis itu terus saja menggerutu sepanjang hari, jadi Aurel tidak pusing lagi mendengar ocehannya. Lama-lama dirinya terbiasa selaku teman dekat Aquila.

"Kenapa coba—"

"Diem, La. Biar cepat selesai, mending lo kerjain sekarang," pinta Aurel jengah sembari memutar kedua bola mata malas. Memang dirinya sudah sangat terbiasa, tetapi terkadang lelah dan jengah. Setiap hari mendengar suara berisik yang tidak ada manfaatnya, membuat Aurel pusing seketika.

Aquila mencibir sesaat kemudian kembali membuka lembaran bukunya. Saat hendak mencari materi, tiba-tiba sebuah surat dari buku tersebut jatuh ke pahanya. Lantas, si gadis mengernyit. Kenapa ada surat? Aquila berpikir itu hanya surat mainan yang isinya acak-acakan, tetapi tinta berwarna merah dan bau anyir sontak mengundang rasa penasarannya.

"Rel, su-surat!" bisik Aquila gagu dan pelan agar tidak terdengar pada yang lain. Aurel lantas menoleh dan membelalak saat melihat surat sembari mencium bau anyir yang pekat.

"Bau darah, Rel. Darah!" Aquila nyaris memekik kalau saja tidak teringat bahwa ini di perpustakaan dan surat aneh yang mungkin tidak boleh diketahui oleh siapapun. Dirinya memang selalu saja histeris bila menyangkut hal-hal yang seperti ini. Lain halnya dengan Aurel. Gadis itu tetap tenang sembari hendak membuka lipatan surat aneh itu.

"Rel, lo gila, ya?! Udah balikin aja!" seru Aquila yang sudah masa bodoh dengan keadaan. Terdengar suara gerutuan dan desisan dari sana, tetapi si gadis tidak mempedulikan hal itu. Perbuatan Aurel yang nekat jauh lebih penting daripada harus kena marah penjaga perpustakaan, atau menerima cibiran dari penghuni perpustakaan.

"Tintanya pake darah. Pasti ada hubungannya dengan mayat kemarin. Ini bisa membantu," sahut Aurel keras kepala. Tangannya dengan cepat membuka lipatan kertas itu, dan tercium lah bau anyir yang menyeruak keluar. Wajah Aquila memerah, perutnya mual. Rasanya ingin muntah, tetapi sebisa mungkin ia tahan.

"Rel, gue mau muntah." Aquila memohon dengan sangat agar Aurel bisa tidak mengatasi rasa penasarannya yang akut. Apalagi sudah bertemu dengan darah, Aquila tidak tahu pasti apa yang bisa menghentikan gadis tersebut.

"Tahan dulu." Aurel tidak mempedulikan Aquila yang sudah memohon padanya. Memang bila rasa penasaran sudah menggerogoti dirinya, bisa dipastikan kemungkinan untuk menghentikannya sangat kecil. Bahkan ketiga sahabatnya pun sudah lelah dan jengah menghadapi kebiasaan gadis tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Terror Of SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang