Rumah Mewah

318 48 1
                                    

Happy Reading


══════•❁❀❁•══════


.


.


.


Ini adalah kali pertama Everly melihat dan menginjakkan kakinya di rumah mewah, seperti mimpi tapi ini adalah kenyataan. Rumah dominan warna putih memiliki pilar yang sangat tinggi dan juga sorot lampu berwarna kuning yang menyala menerangi setiap sudut rumah tersebut membuat rumah itu tampak sangat indah apalagi di padukan dengan warna langit senja di sore hari.

"Gila! Gila! Gila! Mimpi apa gw bisa jadi anak orang kaya seperti ini. Oke oke tenang Everly walau sekarang kamu anak orang kaya pasti ada tantangannya, tidak semua anak orang kaya itu hidupnya mulus," batin Everly menarik nafas dalam dalam kemudian mengeluarkannya secara perlahan.

Andriana menepuk pelan punggung Everly. "Ada apa, mengapa kamu melamun?" tanyanya.

Everly tersenyum lalu menggelengkan pelan kepalanya. "Tidak apa apa," balasnya.

"Kalau seperti itu, ayo masuk," ucap Andriana berjalan masuk terlebih dahulu meninggalkan Everly yang masih menatap kagum terhadap rumah itu.

Tuk

Azka memukul kepala Everly pelan. "Ngapain lo diem, nggak mau masuk lo?" tanyanya menyusul Andriana masuk ke dalam rumah itu.

"Aish... kenapa gue harus tinggal serumah dengan Human seperti dia." bibirnya menggerutu melihat Azka yang berlari menyusul Andriana. Everly juga segera berlari mengejar langkah Azka.

Everly memelankan langkahnya menatap setiap inci ruangan itu yang di desain dengan sangat elegan. Dirinya merasa sangat kagum dengan rumah ini, apalagi dia sangat memimpikan hidup di rumah mewah dan megah seperti seorang ratu.

Semakin ke dalam suasana rumah tersebut semakin dingin. Andriana berhenti secara tiba tiba membuat Everly yang tidak melihat jalan menubruk tubuh Andriana.

"Aduh!" pekik Everly mengelus elus dahinya yang berbenturan dengan tubuh sang mama.

Andriana diam mematung melihat seorang pria yang duduk di ruang tengah, Everly tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena pria itu membelakangi mereka.

Azka langsung berjalan mengampiri orang itu dan segers duduk di samping pria itu. "Papa kamu sudah pulang, malam ini Azka ijin..."

"Papa tidak akan mengijinkan salah satu dari kalian keluar malam ini," potong pria itu dengan suara yang tegas dan dingin membuat Everly yang mendengarnya merinding. "Pergilah ke kamar dan belajar!"

Pria itu berdiri dari duduknya dan berjalan menaiki tangga. Everly menghembuskan nafas lega karena ruangan itu sekarang tidak terasa tegang seperti sebelumnya.

Everly menyentuh tangan mamanya. "Ma...di mana kamar Livi?" tanyanya

"Ayo, mama akan mengantar kamu," balas Andriana mengandeng tangan putrinya, menaiki tangga dan berjalan ke kamar yang terletak di ujung ruangan.

Cklek..

Andriana membuka pintu kamar itu terlihat warna pink mendominasi ruangan tersebut.

'Gila ini kamar atau kamar milik barbie,' gumam Everly menyipitkan matanya, dirinya paling tidak suka dengan warna berdominan pink.

Bukan Tokoh Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang