Langit
Langit
Langit.
Aury menghela nafas, melihat jam tangannya. "Sekarang sudah pukul 17.34" gumamnya, terus menerus. Aury masih duduk di bangku sekolahnya, mendengar ucapan ketua osis yang sangat panjang. Mau bagaimana lagi? Sebentar lagi ada event sekolah, yang urus anak-anak osis, satu hal yang membuat sang ketua osis berpidato 1000 lembar, yaitu kepala sekolah yang tidak mengizinkan event ini, padahal event ini, event yang diusulkan oleh kepala sekolah ini. Duh, aneh.
"Oke, baiklah. Mungkin sekian dulu, untuk tanda tangan kepsek, saya akan rayu pak Kepsek." Ucap Sang ketua osis alias Kak Ramdan. "Andre, pimpin doa" lanjut Kak Ramdan. Andre yang ditunjuk memipin doa pun melaksanakan perintahnya, tak lama seluruh anggota osis pun pulang ke kandang masing-masing, eeh, maksudnya rumah.
"Aury, ayuk pulang" ajak Indri. "Iya, ndro" ucap Aury, sekarang mataya fokus ke langit. "Ndro.. ndro..ndro.. sekalian ndroid" cibir Indri, tangannya sudah berubah seperti tangan kepiting yang siap mencapit tangan kanan Aury. "Android kali" sahut Aury, yang masih fokus.
Seketika tangan kepiting Indri berada di tangan kanan Aury. "Auuu! Kebiasaan!" teriak Aury spontan. "lu kali! Jalan kedepan, mata ke atas, lieuur! (pusing!)" Indri langsung melipat kedua tangannya. "Gajadi pulang bareng,ah! Ntar kebawa gila" ejek Indri. "Huh, ah! Gitupun marah, kamu lupa, yaa? Uang kamu kan, hilang. Nanti pinjam ongkos ke siapa hayoo?" balas Aury. "Eh.. I . .i ya, ampuni Indri yang jelita yaa, wahai Aurynda –quh" ucap Indri diiringi cekikan. "Iya lah, serah U!" kini Aury yang ikut cekikan.
Jika kalian bertemu Aury dan Indri di trotoar jalan, jangan heran, ya apalagi kalau mereka yang tadinya bertengkar, terdiam, lalu cekikan sendiri-sendiri, karena itulah ciri khas mereka, bahkan Ibu Indri pernah cerita kepada Ibu Aury, saat Indri lahir, Indri tidak menangis, malah cekikan. Sementara Aury tertular Indri yang sering cekikan sendiri.
"Sampai besok! Uangnya aku ganti, kok!" ucap Indri di pinggir jalan, tangannya melambai kepada Aury yang berada di dalam mobil angkutan umum. "Iya, dua kali lipat juga gak apa!" teriak Aury. Indri mengacungkan jempolnya.
Beberapa menit kemudian, Aury turun dari mobil angkot. Tak lupa bayar, setelah itu ia berjalan dan masuk ke dalam perumahannya.
"Ahhh iya! Kok aku santui gini, sih? Yaah sudah jam segini lagi, aku gabisa lihat . . ." ucapan Aury berhenti. "Langiiiiiiittttt!" pekik seorang anak kecil dari jauh, suaranya maju mendekati telinga Aury.
"Hello Kakak, mau lihat langit, yeaa?" ucap anak kecil itu. "Adzra!" ucap Aury. Benar saja, itu Adzra, adik Aury yang selalu Aury paksa melihat sunset di belakang rumahnya.
"Bareng sini kak, Adzra buru-buru, takut Mama marah, buruan kak, Adzra bonceng" ajak Adzra. "I..iya". dengan secepat kilat, Adzra menggenjot sepedanya.
***
"Hayoyo.. Adzra, Aury, dari mana saja kau nak" ucap Mama. "Aku baru pulang dari kumpul osis Ma, tadi Kak Ramdan pidato 1000 lembar" ucap Aury, wajah sangat resah. "Adzra?". "Adzra, Adzra tadi kan, mancing ikan, Ma" ucap Adzra, wajahnya yang hampir mirip seperti Aury, sekarang sama-sama memasang ekspresi resah.
"Oke, Adzra, mana ikannya?" tanya Mama. "I..ini Mama" Adzra memberikan kantung yang ada di tangannya kepada Mama.
"Oke, hari ini kita makan ikan, ya! Cepat, kalian mandi dan salat!" ucap Mama. "Baik , ma" ucap Aury. "Tapi, Ma. Itu kan . ." ucap Adzra. "Apa, nak?". "itu ikan cupang".
"TLANG!"
"TLANG!"
"TLANG!".
"Hari ini, makan mi instan sajo, ya nak" ucap Mama di meja makan. "Papa belum transfer" lanjut Mama. "Iya, tak apo, mak" ucap Adzra. "Aury, besok pulang sekolah mama titip belanja ya ke super market, kalau kalian tidak mau makan mi , hehe". "Iya, mak".
Setelah makan, Aury masuk ke dalam kamarnya. Aury mengambil buku novel dari rak bukunya, lalu duduk di kursi depan meja belajar. Baru selembar ia membaca, tiba-tiba.
"Tring .. tudadidut". "Tring.. Tudadidut".
Suara ringtone handphone Aury. "Ya ampun,". Aury pun membuka pesan dari grup chat whatsappnya. Ternyata, pesan dari grup osis.
Ketua Osis alias Kak Ramdan : "Assalamu'alaikum, kepada seluruh anggota osis besok kumpul lagi yaa, bantu aku fikirkan pantun rayu-an ke kepala sekolah, terimakasih untuk waktunya, wassalam"
"Hilihh" komentar Aury dalam hati. "Yah mau gimana lagi, kalau tidak kumpul nanti di gosipin sama si Indri kayak dulu, yasudah lah pasrah" gumam Aury.
***
Halo, mungkin disini cerita dan judul belum nyambung karena puncaknya di atas ya, bukan spoiler sih, tapi intinya disini masih pengenalan Aury dan sifat – sifat lingkungannya yang ada yang normal dan juga tidak.
terimakasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit
RandomAury adalah seorang murid biasa dan mengikuti satu organisasi di sekolahnya. Hari - hari ia lalui dengan menyenangkan dan seperti biasa, namun sampai suatu hari ia terus menerus menatap langit dengan lebih serius di banding biasanya. Ia juga selalu...